Muara Teweh (Antara Kalteng) - Kodim 1013 Muara Teweh Kabupaten Barito Utara, Kalimantan Tengah menggelar susur Sungai Barito untuk mengenang napak tilas seorang pejuang Suku Dayak bernama Panglima Batur dengan memberikan bendera merah putih di setiap desa yang dilewati.
"Kegiatan ini bertujuan sebagai wujud penghormatan dan 'flashback' untuk mengenang sejarah perjuangan Panglima Batur melalui Sungai Barito," kata Bupati Barito Utara (Barut) Nadalsyah saat menjadi inspektur upacara dalam apel sebelum susur sungai di kawasan water front city di Jalan Panglima Batur Muara Teweh, Senin.
Dalam kegiatan itu juga dihadiri Wakil Bupati Ompie Herby, Dandim 1013 Muara Teweh Letkol Inf Adhi Giri Ibrahim, Kapolres setempat AKBP Tato Pamungkas Sunyono dan pejabat lainnya.
Nadalsyah menceritakan kilas balik singkat sejarah perjuangan Panglima Batur bin Baru lahir di Buntok Baru Kecamatan Teweh Selatan tahun 1852 dan wafat di Banjarmasin, Kalimantan Selatan pada tahun 1905 silam.
"Masyarakat Daerah Aliran Sungai (DAS) Barito sangat mengenal nama Panglima Batur yang gigih melawan penjajah Belanda," katanya.
Pejuang perang Barito yang terjadi pada 1865 - 1905 silam itu meninggal di usia 53 atau pada 5 Oktober 1905 dan dimakamkan di Banjarmasin, Kalimantan Selatan.
Panglima Batur ditahan dan dipenjara di Banjarmasin sampai dengan Pengadilan Tinggi Belanda di Surabaya Jawa Timur. Mahkamah konstitusi Belanda di Batavia menetapkan bahwa Panglima Batur bersalah atas tuduhan makar.
"Jenazahnya di kubur di Kuin Banjarmasin, selanjutnya pada tanggal 21 April 1958 makam beliau dipindahkan ke komplek makam pahlawan Banjar di Kawasan masjid Jami Banjarmasin," jelas dia.
"Kegiatan ini bertujuan sebagai wujud penghormatan dan 'flashback' untuk mengenang sejarah perjuangan Panglima Batur melalui Sungai Barito," kata Bupati Barito Utara (Barut) Nadalsyah saat menjadi inspektur upacara dalam apel sebelum susur sungai di kawasan water front city di Jalan Panglima Batur Muara Teweh, Senin.
Dalam kegiatan itu juga dihadiri Wakil Bupati Ompie Herby, Dandim 1013 Muara Teweh Letkol Inf Adhi Giri Ibrahim, Kapolres setempat AKBP Tato Pamungkas Sunyono dan pejabat lainnya.
Nadalsyah menceritakan kilas balik singkat sejarah perjuangan Panglima Batur bin Baru lahir di Buntok Baru Kecamatan Teweh Selatan tahun 1852 dan wafat di Banjarmasin, Kalimantan Selatan pada tahun 1905 silam.
"Masyarakat Daerah Aliran Sungai (DAS) Barito sangat mengenal nama Panglima Batur yang gigih melawan penjajah Belanda," katanya.
Pejuang perang Barito yang terjadi pada 1865 - 1905 silam itu meninggal di usia 53 atau pada 5 Oktober 1905 dan dimakamkan di Banjarmasin, Kalimantan Selatan.
Panglima Batur ditahan dan dipenjara di Banjarmasin sampai dengan Pengadilan Tinggi Belanda di Surabaya Jawa Timur. Mahkamah konstitusi Belanda di Batavia menetapkan bahwa Panglima Batur bersalah atas tuduhan makar.
"Jenazahnya di kubur di Kuin Banjarmasin, selanjutnya pada tanggal 21 April 1958 makam beliau dipindahkan ke komplek makam pahlawan Banjar di Kawasan masjid Jami Banjarmasin," jelas dia.
Baca: - Panglima Batur Menanti Pengakuan Pahlawan Nasional
Pemerintah Kabupaten Barito Utara membangun monumen Panglima Batur setinggi empat meter terbuat dari tembaga (perunggu) dengan berat 800 kilogram yang diresmikan Kepala Staf TNI Angkatan Darat (KSAD) Jenderal TNI George Toisutta pada 9 Maret 2010.
Monumen yang dibuat secara khusus oleh pematung I Nyoman Alim Mustapha dari Dusun Batikan Pabelan, Mungkid, Magelang, Jawa Tengah di taman Seribu Riam yang terletak di depan rumah dinas bupati setempat di Muara Teweh.
"Saya atas nama pemerintah daerah menghimbau kepada semua untuk selalu menjaga ketertiban, ketenteraman dan keamanan dilingkungan masing-masing dan selalu waspada terhadap isu-isu yang dapat memecah belah persatuan dan kesatuan. Serta wawasan kebangsaan harus terus dimantapkan demi persatuan bangsa dan keutuhan wilayah NKRI," ujarnya.
Pemerintah Kabupaten Barito Utara membangun monumen Panglima Batur setinggi empat meter terbuat dari tembaga (perunggu) dengan berat 800 kilogram yang diresmikan Kepala Staf TNI Angkatan Darat (KSAD) Jenderal TNI George Toisutta pada 9 Maret 2010.
Monumen yang dibuat secara khusus oleh pematung I Nyoman Alim Mustapha dari Dusun Batikan Pabelan, Mungkid, Magelang, Jawa Tengah di taman Seribu Riam yang terletak di depan rumah dinas bupati setempat di Muara Teweh.
"Saya atas nama pemerintah daerah menghimbau kepada semua untuk selalu menjaga ketertiban, ketenteraman dan keamanan dilingkungan masing-masing dan selalu waspada terhadap isu-isu yang dapat memecah belah persatuan dan kesatuan. Serta wawasan kebangsaan harus terus dimantapkan demi persatuan bangsa dan keutuhan wilayah NKRI," ujarnya.