Sampit (ANTARA) - Meningkatnya curah hujan membuat Pemerintah Kabupaten Kotawaringin Timur semakin mewaspadai banjir, bahkan mengerahkan alat berat untuk membersihkan saluran air di Kota Sampit untuk mencegah banjir.
"Saat pembersihan tadi, banyak batang kayu dan sampah. Itu menghambat arus air dan bisa memicu banjir, makanya harus dibersihkan secara rutin," kata Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Kabupaten Kotawaringin Timur H Machmoer di Sampit, Jumat.
Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat mengerahkan ekskavator besar untuk membersihkan saluran air di sisi Jalan Pramuka. Pembersihan dilakukan dengan mengeruk lumpur di dasar alur yang dangkal dan membersihkan sampah dan batang pohon yang menghalangi arus air.
Normalisasi atau pembersihan alur dilakukan di 12 titik di Kecamatan Baamang dan Mentawa Baru Ketapang. Pembersihan dilakukan bertahap dengan mengerahkan ekskavator agar cepat selesai.
Bupati Kotawaringin Timur H Supian Hadi turut memantau pembersihan saluran yang dilakukan sejak pagi itu. Dia ingin memastikan pembersihan saluran air di semua tempat dilakukan secara maksimal untuk mencegah banjir.
Machmoer mengatakan, pembersihan saluran air dilakukan secara menyeluruh di Kota Sampit yang meliputi Kecamatan Baamang dan Ketapang. Langkah ini untuk memudahkan air mengalir dengan cepat menuju Sungai Mentaya sehingga tidak sampai meluber ke badan jalan.
Beberapa tahun lalu, Sampit tidak luput dari banjir saat hujan deras cukup lama. Penyebabnya adalah saluran air yang tidak berfungsi maksimal sehingga air sempat meluber ke badan jalan dan permukiman.
Baca juga: Kunjungan kerja legislator Kotim disambut keluhan kualitas air
Penanganan secara besar-besaran dilakukan sejak 2019 dengan membongkar dan membuat ulang drainase di kiri dan kanan Jalan Achmad Yani dan MT Haryono. Sebelumnya, dua ruas jalan ini memang sering terendam saat hujan deras yang berlangsung lama.
Hingga saat ini pembenahan drainase masih berlangsung, namun dampaknya mulai terlihat. Air dengan cepat mengalir sehingga tidak sampai meluber ke badan jalan.
Upaya lain yang dilakukan adalah membersihkan beberapa saluran air besar atau anak sungai yang bermuara ke Sungai Mentaya. Harapannya anak sungai ini bisa mengalirkan dengan cepat ke Sungai Mentaya sehingga tidak terjadi banjir.
Machmoer menyebutkan, pembersihan saluran harus dilakukan secara rutin, idealnya setiap tiga bulan sekali. Pihaknya mengoptimalkan alat berat yang ada meski jumlahnya masih kurang.
"Kami juga meminta masyarakat rutin membersihkan saluran air, setidaknya di sekitar rumah masing-masing. Kalau malas membersihkan saluran air, banjir masih mungkin terjadi. Makanya masyarakat juga harus peduli untuk mencegah banjir," demikian Machmoer.
Baca juga: Kadin Kotim berharap iklim investasi tetap kondusif
Baca juga: DPRD Kotim apresiasi dukungan pers
"Saat pembersihan tadi, banyak batang kayu dan sampah. Itu menghambat arus air dan bisa memicu banjir, makanya harus dibersihkan secara rutin," kata Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Kabupaten Kotawaringin Timur H Machmoer di Sampit, Jumat.
Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat mengerahkan ekskavator besar untuk membersihkan saluran air di sisi Jalan Pramuka. Pembersihan dilakukan dengan mengeruk lumpur di dasar alur yang dangkal dan membersihkan sampah dan batang pohon yang menghalangi arus air.
Normalisasi atau pembersihan alur dilakukan di 12 titik di Kecamatan Baamang dan Mentawa Baru Ketapang. Pembersihan dilakukan bertahap dengan mengerahkan ekskavator agar cepat selesai.
Bupati Kotawaringin Timur H Supian Hadi turut memantau pembersihan saluran yang dilakukan sejak pagi itu. Dia ingin memastikan pembersihan saluran air di semua tempat dilakukan secara maksimal untuk mencegah banjir.
Machmoer mengatakan, pembersihan saluran air dilakukan secara menyeluruh di Kota Sampit yang meliputi Kecamatan Baamang dan Ketapang. Langkah ini untuk memudahkan air mengalir dengan cepat menuju Sungai Mentaya sehingga tidak sampai meluber ke badan jalan.
Beberapa tahun lalu, Sampit tidak luput dari banjir saat hujan deras cukup lama. Penyebabnya adalah saluran air yang tidak berfungsi maksimal sehingga air sempat meluber ke badan jalan dan permukiman.
Baca juga: Kunjungan kerja legislator Kotim disambut keluhan kualitas air
Penanganan secara besar-besaran dilakukan sejak 2019 dengan membongkar dan membuat ulang drainase di kiri dan kanan Jalan Achmad Yani dan MT Haryono. Sebelumnya, dua ruas jalan ini memang sering terendam saat hujan deras yang berlangsung lama.
Hingga saat ini pembenahan drainase masih berlangsung, namun dampaknya mulai terlihat. Air dengan cepat mengalir sehingga tidak sampai meluber ke badan jalan.
Upaya lain yang dilakukan adalah membersihkan beberapa saluran air besar atau anak sungai yang bermuara ke Sungai Mentaya. Harapannya anak sungai ini bisa mengalirkan dengan cepat ke Sungai Mentaya sehingga tidak terjadi banjir.
Machmoer menyebutkan, pembersihan saluran harus dilakukan secara rutin, idealnya setiap tiga bulan sekali. Pihaknya mengoptimalkan alat berat yang ada meski jumlahnya masih kurang.
"Kami juga meminta masyarakat rutin membersihkan saluran air, setidaknya di sekitar rumah masing-masing. Kalau malas membersihkan saluran air, banjir masih mungkin terjadi. Makanya masyarakat juga harus peduli untuk mencegah banjir," demikian Machmoer.
Baca juga: Kadin Kotim berharap iklim investasi tetap kondusif
Baca juga: DPRD Kotim apresiasi dukungan pers