Palangka Raya (ANTARA) - Apabila ada ditemukan masyarakat atau pasien 'suspect' atau kecurigaan virus corona di wilayah Provinsi Kalimantan Tengah, maka penanganannya sama seperti di daerah lain, yakni harus dilakukan secara terpisah atau isolasi.
"Penanganan pasien 'suspect' kasus ini harus diisolasi dalam waktu agak lama, yakni sekitar tujuh hari untuk didiagnosa. Sebab hasil pemeriksaan harus dikirim ke Litbang Kementerian Kesehatan hingga hasilnya didapat," kata Direktur RSUD Doris Sylvanus Yayu Indriati di Palangka Raya, Senin.
Tak hanya pasien 'suspect' saja yang diisolasi, namun hal yang sama juga diterapkan kepada keluarga yang memang melakukan interaksi dengan pasien. Mereka akan dikarantina di ruang khusus yang juga sudah rumah sakit siapkan, hal itu sengaja dilakukan guna mencegah potensi penularan.
Pada Senin (27/1) tadi, pihaknya juga telah menggelar simulasi penanganan pasien 'suspect' virus corona. Kegiatan itu bertujuan untuk penyegaran kepada tim isolasi yang bertugas di RSUD Doris Sylvanus.
"Meski potensi penyebaran virusnya relatif rendah namun semua pihak tetap harus waspada dan siap menghadapi berbagai kemungkinan," jelasnya kepada ANTARA.
Baca juga: Pemkab Kotim siapkan penanganan pasien suspect virus corona
Baca juga: WHO sebut sebanyak 2.014 orang terjangkit virus corona
Yayu menjelaskan, semua hal telah pihaknya siapkan, mulai dari tim atau petugas, peralatan serta obat-obatan. Pada simulasi yang telah digelar itu, semua tindakan yang diperlukan langsung dipraktikan, termasuk alur penanganannya.
Ruang isolasi yang dimiliki RSUD Doris Sylvanus tak hanya digunakan untuk merawat pasien 'suspect' virus corona saja, namun juga pasien lain yang terkena penyakit infeksi dan harus ditangani secara terpisah.
"Kami juga siap menjadi rumah sakit rujukan dari berbagai kabupaten dan kota, khususnya di wilayah Kalteng," ucapnya.
Apabila nantinya ada pasien 'suspect' yang sulit ditangani, pihaknya juga bisa melakukan rujukan ke sejumlah rumah sakit yang berada di Banjarmasin, Jakarta maupun Surabaya.
Namun tidak menutup kemungkinan apabila diperlukan kompetensi lebih, maka akan dilakukan kolaborasi dalam penanganannya dengan mendatangkan tenaga ahli dari rumah sakit lain ke Palangka Raya.
"Penanganan pasien 'suspect' kasus ini harus diisolasi dalam waktu agak lama, yakni sekitar tujuh hari untuk didiagnosa. Sebab hasil pemeriksaan harus dikirim ke Litbang Kementerian Kesehatan hingga hasilnya didapat," kata Direktur RSUD Doris Sylvanus Yayu Indriati di Palangka Raya, Senin.
Tak hanya pasien 'suspect' saja yang diisolasi, namun hal yang sama juga diterapkan kepada keluarga yang memang melakukan interaksi dengan pasien. Mereka akan dikarantina di ruang khusus yang juga sudah rumah sakit siapkan, hal itu sengaja dilakukan guna mencegah potensi penularan.
Pada Senin (27/1) tadi, pihaknya juga telah menggelar simulasi penanganan pasien 'suspect' virus corona. Kegiatan itu bertujuan untuk penyegaran kepada tim isolasi yang bertugas di RSUD Doris Sylvanus.
"Meski potensi penyebaran virusnya relatif rendah namun semua pihak tetap harus waspada dan siap menghadapi berbagai kemungkinan," jelasnya kepada ANTARA.
Baca juga: Pemkab Kotim siapkan penanganan pasien suspect virus corona
Baca juga: WHO sebut sebanyak 2.014 orang terjangkit virus corona
Yayu menjelaskan, semua hal telah pihaknya siapkan, mulai dari tim atau petugas, peralatan serta obat-obatan. Pada simulasi yang telah digelar itu, semua tindakan yang diperlukan langsung dipraktikan, termasuk alur penanganannya.
Ruang isolasi yang dimiliki RSUD Doris Sylvanus tak hanya digunakan untuk merawat pasien 'suspect' virus corona saja, namun juga pasien lain yang terkena penyakit infeksi dan harus ditangani secara terpisah.
"Kami juga siap menjadi rumah sakit rujukan dari berbagai kabupaten dan kota, khususnya di wilayah Kalteng," ucapnya.
Apabila nantinya ada pasien 'suspect' yang sulit ditangani, pihaknya juga bisa melakukan rujukan ke sejumlah rumah sakit yang berada di Banjarmasin, Jakarta maupun Surabaya.
Namun tidak menutup kemungkinan apabila diperlukan kompetensi lebih, maka akan dilakukan kolaborasi dalam penanganannya dengan mendatangkan tenaga ahli dari rumah sakit lain ke Palangka Raya.