Jakarta (ANTARA) - Di tengah pro dan kontra penggunaan bumbu penyedap rasa, salah satunya Monosodium Glutamate (MSG) dalam makanan sehari-hari, para ahli kesehatan membeberkan sederet hal yang bisa menjadi pertimbangan Anda.
Berikut tiga di antaranya:
1. Batas aman konsumsi MSG
Ketua Umum PDGKI (Perhimpunan Dokter Spesialis Gizi Klinik Indonesia), Prof. dr. Nurpudji A. Taslim mengatakan, penggunaaan bijak menjadi salah satu kunci agar konsumsi MSG tidak berdampak buruk untuk kesehatan.
"Amannya 10 mg per kg berat badan," ujar dia dalam konferensi pers "Penggunaan Bumbu Penyedap Rasa dengan Bijak Tidak Berbahaya Bagi Kesehatan" di Jakarta, Rabu.
Jadi, seseorang dengan berat badan 60 kilogram sebaiknya tak mengonsumsi penyedap rasa lebih dari 6 gram atau satu sendok teh per hari.
Lalu, jika berlebihan, adakah dampaknya untuk kesehatan?
Laman Healthline menyebut, secara kimiawi MSG berbentuk bubuk kristal putih mirip garam atau gula, yang mengombinasikan sodium dan asam glutamik.
Asam glutamat berfungsi sebagai neurotransmitter di otak Anda, yang berfungsi merangsang sel-sel saraf untuk menyampaikan sinyalnya.
Beberapa orang mengklaim MSG menyebabkan glutamat yang berlebihan di otak dan stimulasi sel-sel saraf yang berlebihan.
Peningkatan aktivitas glutamat di otak Anda dapat menyebabkan kerusakan dan dosis besar MSG dapat meningkatkan kadar glutamat dalam darah.
Namun, diet rendah glutamat seharusnya memiliki sedikit atau tidak berpengaruh pada otak Anda, karena tidak dapat melewati struktur pembatas pembuluh darah dengan sistem batas darah-otak yang berperan sebagai pelindung otak dari racun atau patogen.
Di sisi lain, ahli diet dari Mayo Clinic, Katherine Zeratsky mengungkapkan, beberapa orang melaporkan reaksi yang terjadi usai mengonsumsi makanan mengandung MSG antara lain: sakit kepala, berkeringat, sakit dada dan mual.
Namun, para peneliti tidak menemukan bukti pasti tentang hubungan antara MSG dan gejala-gejala ini.
Baca juga: Persatuan pabrik MSG sebut vetsin aman dikonsumsi
Baca juga: Sasa ingin bisa bantu pemerintah cari solusi cegah banjir 2. Ada orang yang sensitif MSG
Beberapa orang mungkin mengalami reaksi tertentu usai mengonsumsi makanan dengan MSG atau sensitif terhadap MSG.
"Secara EBM (Evidence-based medicine atau pendekatan medik), MSG tidak berbahaya. Tetapi, ada individu sensitif, dengan dosis tidak banyak sudah bereaksi," kata ahli nutrisi dari PDGKI, DR med. Dr Maya Surjadjaja.
Dalam laman Healtline disebutkan, individu sensitif MSG umumnya mereka ini mengalami gejala seperti sakit kepala, otot tegang hingga mati rasa.
Dalam sebuah studi, orang yang sensitif pada MSG mengonsumsi sekitar 5 gram zat dengan rasa umami itu. Sebanyak 36 persen dari peserta studi itu melaporkan mengalami gejala-gejala yang telah disebutkan di atas.
Hanya saja, peneliti belum bisa menjelaskan alasan hal ini terjadi.
Beberapa peneliti menyebut, MSG juga bisa menyebabkan serangan asma pada individu rentan. Sebuah studi yang melibatkan 32 orang menemukan, sebanyak 40 persen partisipan mengalami serangan asma setelah mengonsumsi MSG dalam dosis besar.
Namun, penelitian serupa lainnya tidak menemukan hubungan antara asupan MSG dan asma 3. Agar bijak gunakan MSG
Menurut Nurpudji, agar bijak menggunakan penyedap rasa, Anda bisa mempertimbangkan makanan yang akan disantap. Jika dalam makanan itu kandungan glutamatnya banyak, maka MSG sebaiknya tak perlu digunakan.
Sejumlah makanan diketahui mengandung glutamat alami antara lain: keju, susu, jamur, daging sapi dan ikan.
Selain itu, umumnya MSG ditemukan pada makanan yang diolah sehingga Anda sebaiknya membatasi atau bahkan menghindarinya. Jika pola makan Anda sudah sehat, Anda tidak perlu khawatir dengan asupan MSG.
Berikut tiga di antaranya:
1. Batas aman konsumsi MSG
Ketua Umum PDGKI (Perhimpunan Dokter Spesialis Gizi Klinik Indonesia), Prof. dr. Nurpudji A. Taslim mengatakan, penggunaaan bijak menjadi salah satu kunci agar konsumsi MSG tidak berdampak buruk untuk kesehatan.
"Amannya 10 mg per kg berat badan," ujar dia dalam konferensi pers "Penggunaan Bumbu Penyedap Rasa dengan Bijak Tidak Berbahaya Bagi Kesehatan" di Jakarta, Rabu.
Jadi, seseorang dengan berat badan 60 kilogram sebaiknya tak mengonsumsi penyedap rasa lebih dari 6 gram atau satu sendok teh per hari.
Lalu, jika berlebihan, adakah dampaknya untuk kesehatan?
Laman Healthline menyebut, secara kimiawi MSG berbentuk bubuk kristal putih mirip garam atau gula, yang mengombinasikan sodium dan asam glutamik.
Asam glutamat berfungsi sebagai neurotransmitter di otak Anda, yang berfungsi merangsang sel-sel saraf untuk menyampaikan sinyalnya.
Beberapa orang mengklaim MSG menyebabkan glutamat yang berlebihan di otak dan stimulasi sel-sel saraf yang berlebihan.
Peningkatan aktivitas glutamat di otak Anda dapat menyebabkan kerusakan dan dosis besar MSG dapat meningkatkan kadar glutamat dalam darah.
Namun, diet rendah glutamat seharusnya memiliki sedikit atau tidak berpengaruh pada otak Anda, karena tidak dapat melewati struktur pembatas pembuluh darah dengan sistem batas darah-otak yang berperan sebagai pelindung otak dari racun atau patogen.
Di sisi lain, ahli diet dari Mayo Clinic, Katherine Zeratsky mengungkapkan, beberapa orang melaporkan reaksi yang terjadi usai mengonsumsi makanan mengandung MSG antara lain: sakit kepala, berkeringat, sakit dada dan mual.
Namun, para peneliti tidak menemukan bukti pasti tentang hubungan antara MSG dan gejala-gejala ini.
Baca juga: Persatuan pabrik MSG sebut vetsin aman dikonsumsi
Baca juga: Sasa ingin bisa bantu pemerintah cari solusi cegah banjir 2. Ada orang yang sensitif MSG
Beberapa orang mungkin mengalami reaksi tertentu usai mengonsumsi makanan dengan MSG atau sensitif terhadap MSG.
"Secara EBM (Evidence-based medicine atau pendekatan medik), MSG tidak berbahaya. Tetapi, ada individu sensitif, dengan dosis tidak banyak sudah bereaksi," kata ahli nutrisi dari PDGKI, DR med. Dr Maya Surjadjaja.
Dalam laman Healtline disebutkan, individu sensitif MSG umumnya mereka ini mengalami gejala seperti sakit kepala, otot tegang hingga mati rasa.
Dalam sebuah studi, orang yang sensitif pada MSG mengonsumsi sekitar 5 gram zat dengan rasa umami itu. Sebanyak 36 persen dari peserta studi itu melaporkan mengalami gejala-gejala yang telah disebutkan di atas.
Hanya saja, peneliti belum bisa menjelaskan alasan hal ini terjadi.
Beberapa peneliti menyebut, MSG juga bisa menyebabkan serangan asma pada individu rentan. Sebuah studi yang melibatkan 32 orang menemukan, sebanyak 40 persen partisipan mengalami serangan asma setelah mengonsumsi MSG dalam dosis besar.
Namun, penelitian serupa lainnya tidak menemukan hubungan antara asupan MSG dan asma 3. Agar bijak gunakan MSG
Menurut Nurpudji, agar bijak menggunakan penyedap rasa, Anda bisa mempertimbangkan makanan yang akan disantap. Jika dalam makanan itu kandungan glutamatnya banyak, maka MSG sebaiknya tak perlu digunakan.
Sejumlah makanan diketahui mengandung glutamat alami antara lain: keju, susu, jamur, daging sapi dan ikan.
Selain itu, umumnya MSG ditemukan pada makanan yang diolah sehingga Anda sebaiknya membatasi atau bahkan menghindarinya. Jika pola makan Anda sudah sehat, Anda tidak perlu khawatir dengan asupan MSG.