Palangka Raya (ANTARA) - Optimal atau tidaknya upaya pelacakan kasus terkait COVID-19 di Provinsi Kalimantan Tengah, tak hanya bergantung pada kinerja tim kesehatan di lapangan, namun juga dipengaruhi kerja sama dari masyarakat.
Saat ditanyakan mengenai potensi adanya seseorang yang mungkin termasuk orang tanpa gejala (OTG) atau orang dalam pemantauan (ODP) tidak berhasil terlacak di lapangan, Kepala Dinas Kesehatan Kalteng Suyuti Syamsul di Palangka Raya, Selasa menegaskan, hal itu mungkin saja terjadi.
"Sangat bisa, terutama jika ada yang tidak jujur," ungkapnya yang juga menjabat Wakil Ketua Pelaksana Harian Tim Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 Kalteng tersebut.
Dalam hal ini, saat petugas kesehatan menanyakan riwayat perjalanan dan lainnya yang diperlukan kepada seseorang, maka kejujuran merupakan hal penting.
Baca juga: Perilaku pasien COVID-19 tak jujur dan kematian dokter di Surabaya
Baca juga: Dinilai lambat, Kadinkes jelaskan mengenai perkembangan pasien sembuh COVID-19 di Kalteng
Baca juga: Wali Kota Tanjungpinang meninggal dunia karena COVID-19
Jika masyarakat ada yang merasa termasuk dalam kategori OTG, ODP bahkan PDP, diminta segera melaporkannya atau memeriksakan diri ke fasilitas kesehatan terdekat, guna memastikan hal tersebut.
Berdasarkan data yang dirilis Tim Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 Kalteng pada Selasa (28/4) sore, jumlah orang dalam pemantauan (ODP) mencapai 346 orang.
Sedangkan OTG jumlahnya sudah lebih dari seribu orang, tepatnya sekitar 1.063 orang. OTG terbanyak sementara ada di Murung Raya yakni 243 orang.
Baca juga: TNI siap bantu penanganan jenazah terkait COVID-19 di Kalteng
Baca juga: KFC turunkan dan tunda gaji karyawan ditengah pandemi COVID-19
Baca juga: Positif COVID-19 capai 121 kasus, pelayanan RSDS akan diperluas hingga BPSDM
Lebih lanjut ia menjelaskan, upaya memutus penyebaran virus tersebut sudah seharusnya disertai peran serta dari semua pihak, termasuk kesadaran dari masyarakat dalam mengikuti anjuran pemerintah guna menerapkan pembatasan sosial dan lainnya.
Bahkan saat ini pihaknya sedang mempersiapkan asrama BPSDM sebagai perluasan pelayanan Rumah Sakit Doris Sylvanus (RSDS) Palangka Raya, dikarenakan jumlah pasien terkait COVID-19 terus bertambah sehingga memerlukan ruangan tambahan.
"Kapasitas maksimal terkait penanganan COVID-19 pada asrama BPSDM ini diperkirakan sekitar 70 pasien. Tetapi kalau tidak ada upaya yang memadai dari masyarakat, untuk disiplin mengikuti anjuran pemerintah guna memutus rantai penyebarannya, maka dalam waktu singkat juga bakal penuh," ucapnya.
Saat ditanyakan mengenai potensi adanya seseorang yang mungkin termasuk orang tanpa gejala (OTG) atau orang dalam pemantauan (ODP) tidak berhasil terlacak di lapangan, Kepala Dinas Kesehatan Kalteng Suyuti Syamsul di Palangka Raya, Selasa menegaskan, hal itu mungkin saja terjadi.
"Sangat bisa, terutama jika ada yang tidak jujur," ungkapnya yang juga menjabat Wakil Ketua Pelaksana Harian Tim Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 Kalteng tersebut.
Dalam hal ini, saat petugas kesehatan menanyakan riwayat perjalanan dan lainnya yang diperlukan kepada seseorang, maka kejujuran merupakan hal penting.
Baca juga: Perilaku pasien COVID-19 tak jujur dan kematian dokter di Surabaya
Baca juga: Dinilai lambat, Kadinkes jelaskan mengenai perkembangan pasien sembuh COVID-19 di Kalteng
Baca juga: Wali Kota Tanjungpinang meninggal dunia karena COVID-19
Jika masyarakat ada yang merasa termasuk dalam kategori OTG, ODP bahkan PDP, diminta segera melaporkannya atau memeriksakan diri ke fasilitas kesehatan terdekat, guna memastikan hal tersebut.
Berdasarkan data yang dirilis Tim Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 Kalteng pada Selasa (28/4) sore, jumlah orang dalam pemantauan (ODP) mencapai 346 orang.
Sedangkan OTG jumlahnya sudah lebih dari seribu orang, tepatnya sekitar 1.063 orang. OTG terbanyak sementara ada di Murung Raya yakni 243 orang.
Baca juga: TNI siap bantu penanganan jenazah terkait COVID-19 di Kalteng
Baca juga: KFC turunkan dan tunda gaji karyawan ditengah pandemi COVID-19
Baca juga: Positif COVID-19 capai 121 kasus, pelayanan RSDS akan diperluas hingga BPSDM
Lebih lanjut ia menjelaskan, upaya memutus penyebaran virus tersebut sudah seharusnya disertai peran serta dari semua pihak, termasuk kesadaran dari masyarakat dalam mengikuti anjuran pemerintah guna menerapkan pembatasan sosial dan lainnya.
Bahkan saat ini pihaknya sedang mempersiapkan asrama BPSDM sebagai perluasan pelayanan Rumah Sakit Doris Sylvanus (RSDS) Palangka Raya, dikarenakan jumlah pasien terkait COVID-19 terus bertambah sehingga memerlukan ruangan tambahan.
"Kapasitas maksimal terkait penanganan COVID-19 pada asrama BPSDM ini diperkirakan sekitar 70 pasien. Tetapi kalau tidak ada upaya yang memadai dari masyarakat, untuk disiplin mengikuti anjuran pemerintah guna memutus rantai penyebarannya, maka dalam waktu singkat juga bakal penuh," ucapnya.