Jakarta (ANTARA) - Sebagian orang mungkin mengeluhkan tak bisa melakukan push-up atau olahraga menaik-turunkan tubuh dengan bertumpu pada kedua tangan di lantai, padahal latihan ini menjadi bagian dalam penguatan otot dada dan menyehatkan tubuh secara umum.
Untuk itu, dokter spesialis kedokteran olahraga, Michael Triangto menyarankan alih-alih lantai, Anda bisa menggunakan media lain mulai dari dinding hingga kursi.
Baca juga: Olah raga yang disarankan saat puasa di tengah pandemi COVID-19
Baca juga: Jenis olahraga yang aman selama berpuasa Ramadhan
"Memang benar tidak semua orang mampu melakukan push-up di lantai, sebagian besar mengatakan ini terlalu berat, enggak kuat. Banyak cara untuk push-up. Boleh tidak di tembok? Boleh, tapi tentu paling ringan," kata dia dalam diskusi via daring, Sabtu (2/5) malam.
Caranya, berdiri dengan kedua kaki dibuka selebar bahu di depan dinding dengan jarak kira kira 50 cm. Taruh kedua tangan bertumpu pada dinding, kemudian mulailah melakukan gerakan seperti push-up pada umumnya.
"Lakukan semampunya dan itu sudah dimaksudkan sebagai gerakan push-up," kata Michael.
Merasa ini terlalu mudah? Cobalah lebih menjauhkan jarak kaki dari dinding lalu lakukan gerakan push-up seperti umumnya, atau Anda bisa meletakkan tangan di meja atau kursi (kaki di lantai), lalu akhirnya benar-benar melakukannya di lantai.
Baca juga: Manfaat push-up bagi kesehatan
"Mungkin bisa di meja, kemudian bisa di kursi, bisa tangan diletakkan di ranjang, setelah itu baru yang paling berat di lantai, kalau mau lebih berat lagi tangan di lantai dan kaki bertumpu di atas kursi," papar Michael.
Bagaimana kita tahu gerakan push-up sudah benar atau belum? Menurut Michael, pemula tentunya harus belajar dengan melihat gerakan yang dicontohkan orang lain (pakar kesehatan atau kebugaran misalnya) lalu menirukannya, bisa dimulai dengan gerakan push-up di dinding.
"Oleh karena itu kalau mau tepat, sudah ada di Google, di handphone. Tapi seperti yang saya contohkan itu sudah 90 persen mengikuti kebenarannya dan dengan risiko lebih kecil dan tingkat kemampuan yang jauh lebih besar," demikian kata Michael.
Selain melatih otot dada, peneliti dari Harvard T.H. Chan School of Public Health di Boston, Amerika Serikat menemukan, para pria yang push-up, semakin rendah risikonya terkena penyakit kardiovaskular.
Mereka yang mampu menyelesaikan puh-up lebih dari 40 kali lebih rendah terkena masalah kadiovaskular sebanyak 96 persen, dibandingkan pria menyelesaikan push-up 10 kali.
Untuk itu, dokter spesialis kedokteran olahraga, Michael Triangto menyarankan alih-alih lantai, Anda bisa menggunakan media lain mulai dari dinding hingga kursi.
Baca juga: Olah raga yang disarankan saat puasa di tengah pandemi COVID-19
Baca juga: Jenis olahraga yang aman selama berpuasa Ramadhan
"Memang benar tidak semua orang mampu melakukan push-up di lantai, sebagian besar mengatakan ini terlalu berat, enggak kuat. Banyak cara untuk push-up. Boleh tidak di tembok? Boleh, tapi tentu paling ringan," kata dia dalam diskusi via daring, Sabtu (2/5) malam.
Caranya, berdiri dengan kedua kaki dibuka selebar bahu di depan dinding dengan jarak kira kira 50 cm. Taruh kedua tangan bertumpu pada dinding, kemudian mulailah melakukan gerakan seperti push-up pada umumnya.
"Lakukan semampunya dan itu sudah dimaksudkan sebagai gerakan push-up," kata Michael.
Merasa ini terlalu mudah? Cobalah lebih menjauhkan jarak kaki dari dinding lalu lakukan gerakan push-up seperti umumnya, atau Anda bisa meletakkan tangan di meja atau kursi (kaki di lantai), lalu akhirnya benar-benar melakukannya di lantai.
Baca juga: Manfaat push-up bagi kesehatan
"Mungkin bisa di meja, kemudian bisa di kursi, bisa tangan diletakkan di ranjang, setelah itu baru yang paling berat di lantai, kalau mau lebih berat lagi tangan di lantai dan kaki bertumpu di atas kursi," papar Michael.
Bagaimana kita tahu gerakan push-up sudah benar atau belum? Menurut Michael, pemula tentunya harus belajar dengan melihat gerakan yang dicontohkan orang lain (pakar kesehatan atau kebugaran misalnya) lalu menirukannya, bisa dimulai dengan gerakan push-up di dinding.
"Oleh karena itu kalau mau tepat, sudah ada di Google, di handphone. Tapi seperti yang saya contohkan itu sudah 90 persen mengikuti kebenarannya dan dengan risiko lebih kecil dan tingkat kemampuan yang jauh lebih besar," demikian kata Michael.
Selain melatih otot dada, peneliti dari Harvard T.H. Chan School of Public Health di Boston, Amerika Serikat menemukan, para pria yang push-up, semakin rendah risikonya terkena penyakit kardiovaskular.
Mereka yang mampu menyelesaikan puh-up lebih dari 40 kali lebih rendah terkena masalah kadiovaskular sebanyak 96 persen, dibandingkan pria menyelesaikan push-up 10 kali.