Jakarta (ANTARA) - Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) mencatat produksi minyak sawit mentah (CPO) pada April mencapai 3,68 juta ton atau tumbuh 12,6 persen dari produksi Maret sebesar 3,27 juta ton.
"Meningkatnya produksi pada April ini diharapkan merupakan titik awal fase kenaikan produksi musiman untuk tahun 2020," kata Direktur Eksekutif Gapki Mukti Sardjono di Jakarta, Senin.
Berdasarkan catatan GAPKI, tren produksi CPO sejak awal tahun cenderung menurun yakni dari 3,48 juta ton pada Januari 2020, kemudian menjadi 3,3 juta ton pada Februari, dan 3,27 juta ton pada Maret.
Sementara itu jika dibandingkan Januari-April 2019, produksi CPO 2020 lebih rendah sekitar 12,2 persen. Produksi yang lebih rendah dibandingkan dengan tahun lalu merupakan efek dari kemarau panjang.
Untuk konsumsi dalam negeri pada April turun 98.000 ton atau turun sekitar 6,6 persen dibandingkan Maret, yang dipengaruhi dari turunnya konsumsi biodiesel sebanyak 113.000 ton.
Hal itu merupakan dampak dari turunnya mobilitas masyarakat. Namun jika dibandingkan dengan Januari-April 2019, konsumsi biodiesel pada tahun ini lebih tinggi karena implementasi B30.
Jika dilihat dari penggunaannya, konsumsi untuk keperluan pangan naik tipis dari 721.000 ton menjadi 725.000 ton. Sementara itu konsumsi oleokimia naik 11.000 ton menjadi 115.000 ton karena meningkatnya pemakaian hand sanitizer dan sabun.
"Konsumsi oleokimia diperkirakan masih akan bertahan meskipun ada pelonggaran PSBB karena protokol COVID-19 masih tetap diterapkan," kata Mukti.
Mukti menambahkan bahwa di tengah pandemi COVID-19 yang telah berjalan lebih dari dua bulan, kegiatan operasional di perkebunan kelapa sawit dan pabrik kelapa sawit masih berjalan normal dengan mengikuti protokol pencegahan secara disiplin.
"Meningkatnya produksi pada April ini diharapkan merupakan titik awal fase kenaikan produksi musiman untuk tahun 2020," kata Direktur Eksekutif Gapki Mukti Sardjono di Jakarta, Senin.
Berdasarkan catatan GAPKI, tren produksi CPO sejak awal tahun cenderung menurun yakni dari 3,48 juta ton pada Januari 2020, kemudian menjadi 3,3 juta ton pada Februari, dan 3,27 juta ton pada Maret.
Sementara itu jika dibandingkan Januari-April 2019, produksi CPO 2020 lebih rendah sekitar 12,2 persen. Produksi yang lebih rendah dibandingkan dengan tahun lalu merupakan efek dari kemarau panjang.
Untuk konsumsi dalam negeri pada April turun 98.000 ton atau turun sekitar 6,6 persen dibandingkan Maret, yang dipengaruhi dari turunnya konsumsi biodiesel sebanyak 113.000 ton.
Hal itu merupakan dampak dari turunnya mobilitas masyarakat. Namun jika dibandingkan dengan Januari-April 2019, konsumsi biodiesel pada tahun ini lebih tinggi karena implementasi B30.
Jika dilihat dari penggunaannya, konsumsi untuk keperluan pangan naik tipis dari 721.000 ton menjadi 725.000 ton. Sementara itu konsumsi oleokimia naik 11.000 ton menjadi 115.000 ton karena meningkatnya pemakaian hand sanitizer dan sabun.
"Konsumsi oleokimia diperkirakan masih akan bertahan meskipun ada pelonggaran PSBB karena protokol COVID-19 masih tetap diterapkan," kata Mukti.
Mukti menambahkan bahwa di tengah pandemi COVID-19 yang telah berjalan lebih dari dua bulan, kegiatan operasional di perkebunan kelapa sawit dan pabrik kelapa sawit masih berjalan normal dengan mengikuti protokol pencegahan secara disiplin.