Palangka Raya (ANTARA) - Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah Suyuti Syamsul, Jumat (12/6) mengatakan, jika laju infeksi COVID-19 tidak teratasi dengan baik, maka akan berdampak buruk terhadap sistem layanan rumah sakit.
"Sistem layanan rumah sakit, khususnya RSUD Doris Sylvanus akan lumpuh akibat penumpukan pasien COVID-19, tumbangnya tenaga kesehatan hingga habisnya anggaran," katanya melalui rilis resminya.
Bahkan tidak menutup kemungkinan RSUD Doris Sylvanus meminta sharing biaya ke kabupaten dan kota yang warganya dirawat, agar bisa memperluas bangsal perawatan, menberikan gaji dan insentif untuk rekrutmen relawan baru, serta mendukung biaya operasional.
"Agar hal ini tidak sampai terjadi, maka kepatuhan terhadap protokol kesehatan seperti menjaga jarak, memakai masker ketika keluar rumah dan rajin cuci tangan tidak bisa ditawar," tegasnya.
Pada saat yang sama, Dinas Kesehatan di kabupaten dan kota harus melakukan tracing agresif, pemeriksaan massal dan isolasi bagi yang positif.
"Tanpa upaya tersebut, maka penularan COVID-19 akan semakin tidak terkendali," ungkapnya yang juga menjabat Wakil Ketua Harian Tim Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 Kalteng tersebut.
Baca juga: Sembilan anggota Tim Gugus Tugas Palangka Raya terinfeksi COVID-19
Baca juga: Keluarga bawa paksa jenazah pasien COVID-19 akan ditindak polisi
Baca juga: Pasien baru COVID-19 di Kotim diduga terpapar di Banjarmasin
Ia menjabarkan, grafik harian pertambahan pasien postif COVID-19 di Kalimantan Tengah belum menunjukkan tanda-tanda penurunan.
Dari 14 kabupaten dan kota, hanya ada empat kabupaten yang memiliki angka tingkat penularan (RT) di bawah satu yang berarti tingkat penularan secara umum di Kalteng masih sangat tinggi.
Tingginya angka penularan inilah yang menimbulkan masalah pada daya tampung rumah sakit di seluruh Kalimantan Tengah.
RSUD Doris Sylvanus beserta perluasannya di Asrama BPSDM Provinsi Kalteng, memiliki sekitar 196 tempat tidur yang tersedia untuk pasien COVID-19 dan sampai saat ini hanya tersisa beberapa yang kosong.
Perkiraan dalam satu hingga dua hari kedepan, RSUD Doris Sylvanus akan kehabisan tempat tidur. Sedangkan di sisi lain, RSUD Doris Sylvanus tidak mungkin mengosongkan tempat tidur untuk pasien selain COVID-19.
"Tingginya pemakaian tempat tidur karena COVID-19 memiliki masa perawatan yang sangat panjang. Kalau penyakit lain rata-rata hanya 3-5 hari, sedangkan COVID-19 rata-rata 25 hari," terangnya.
Akhirnya pasien menumpuk karena lambat keluar. Lamanya penyembuhan disebabkan sampai saat ini belum ada obat yang benar-benar tepat untuk terapi pasien.
"Tidak adanya obat yang pasti menyebabkan angka kematian bagi pasien dengan co-morbid menjadi sangat tinggi," katanya.
Baca juga: 36 orang dinyatakan reaktif hasil tes cepat massal di Gumas
Baca juga: Sayur dan buah organik makin dicari di tengah pandemi COVID-19
Baca juga: Kadishub Palangka Raya sebut pungli di perbatasan hoax
"Sistem layanan rumah sakit, khususnya RSUD Doris Sylvanus akan lumpuh akibat penumpukan pasien COVID-19, tumbangnya tenaga kesehatan hingga habisnya anggaran," katanya melalui rilis resminya.
Bahkan tidak menutup kemungkinan RSUD Doris Sylvanus meminta sharing biaya ke kabupaten dan kota yang warganya dirawat, agar bisa memperluas bangsal perawatan, menberikan gaji dan insentif untuk rekrutmen relawan baru, serta mendukung biaya operasional.
"Agar hal ini tidak sampai terjadi, maka kepatuhan terhadap protokol kesehatan seperti menjaga jarak, memakai masker ketika keluar rumah dan rajin cuci tangan tidak bisa ditawar," tegasnya.
Pada saat yang sama, Dinas Kesehatan di kabupaten dan kota harus melakukan tracing agresif, pemeriksaan massal dan isolasi bagi yang positif.
"Tanpa upaya tersebut, maka penularan COVID-19 akan semakin tidak terkendali," ungkapnya yang juga menjabat Wakil Ketua Harian Tim Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 Kalteng tersebut.
Baca juga: Sembilan anggota Tim Gugus Tugas Palangka Raya terinfeksi COVID-19
Baca juga: Keluarga bawa paksa jenazah pasien COVID-19 akan ditindak polisi
Baca juga: Pasien baru COVID-19 di Kotim diduga terpapar di Banjarmasin
Ia menjabarkan, grafik harian pertambahan pasien postif COVID-19 di Kalimantan Tengah belum menunjukkan tanda-tanda penurunan.
Dari 14 kabupaten dan kota, hanya ada empat kabupaten yang memiliki angka tingkat penularan (RT) di bawah satu yang berarti tingkat penularan secara umum di Kalteng masih sangat tinggi.
Tingginya angka penularan inilah yang menimbulkan masalah pada daya tampung rumah sakit di seluruh Kalimantan Tengah.
RSUD Doris Sylvanus beserta perluasannya di Asrama BPSDM Provinsi Kalteng, memiliki sekitar 196 tempat tidur yang tersedia untuk pasien COVID-19 dan sampai saat ini hanya tersisa beberapa yang kosong.
Perkiraan dalam satu hingga dua hari kedepan, RSUD Doris Sylvanus akan kehabisan tempat tidur. Sedangkan di sisi lain, RSUD Doris Sylvanus tidak mungkin mengosongkan tempat tidur untuk pasien selain COVID-19.
"Tingginya pemakaian tempat tidur karena COVID-19 memiliki masa perawatan yang sangat panjang. Kalau penyakit lain rata-rata hanya 3-5 hari, sedangkan COVID-19 rata-rata 25 hari," terangnya.
Akhirnya pasien menumpuk karena lambat keluar. Lamanya penyembuhan disebabkan sampai saat ini belum ada obat yang benar-benar tepat untuk terapi pasien.
"Tidak adanya obat yang pasti menyebabkan angka kematian bagi pasien dengan co-morbid menjadi sangat tinggi," katanya.
Baca juga: 36 orang dinyatakan reaktif hasil tes cepat massal di Gumas
Baca juga: Sayur dan buah organik makin dicari di tengah pandemi COVID-19
Baca juga: Kadishub Palangka Raya sebut pungli di perbatasan hoax