Jakarta (ANTARA) - Beberapa waktu lalu penyanyi Justin Bieber mengungkapkan salah satu alasan dia rehat dari dunia musik adalah karena penyakit lyme yang dideritanya.
Lyme sendiri memiliki gejala yang serupa dengan penyakit yang disebabkan oleh virus corona baru atau COVID-19, meskipun keduanya disebabkan oleh hal yang berbeda.
Lyme adalah penyakit yang disebabkan oleh patogen yang diturunkan dari satu organisme hidup ke organisme lain, menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) seperti dilansir dari laman Health. Penyakit Lyme disebabkan oleh bakteri Borrelia burgdorferi, dan ditularkan ke manusia melalui gigitan kutu belang atau rusa yang terinfeksi.
Gejala awal lyme adalah; demam, meriang, sakit kepala, pegal-pegal, rasa linu pada sendi, pembengkakan kelenjar getah bening serta mudah lelah. Beberapa dari gejala tersebut serupa dengan gejala awal COVID-19.
Baca juga: Kehilangan indra perasa dan penciuman jadi gejala baru COVID-19
Lantas bagaimana membedakan antara penyakit lyme dengan COVID-19?
Ahli imunologi dari NYU Langone Health dokter Purvi Parikh,MD, menyebutkan perbedaan terbesar kedua penyakit itu adalah penyebab dan cara masuknya penyakit ke dalam tubuh manusia.
"Lyme disebabkan oleh bakteri, maka pengobatan dengan antibiotik oral sudah mampu menyembuhkan pasien dengan cepat," kata Parikh.
Sementara COVID-19 disebabkan oleh virus corona yang hingga saat ini masih dicari tata cara pengobatan yang paling sesuai dan manjur.
Jenis virus seperti influenza, virus flu, dan coronavirus masuk ke dalam tubuh melalui saluran hidung atau pernapasan dan jaringan paru-paru, jadi gejala yang paling terlihat dari infeksi ini terdapat pada pernapasan, jelas Parikh.
Baca juga: WHO siapkan aplikasi virus Corona untuk periksa gejala dan lacak kontak
Sementara itu lyme ditularkan melalui kulit, di mana bakteri itu masuk ke dalam pori-pori dan aliran darah sehingga gejala lyme seringkali disertai dengan ruam-ruam.
Karena penularan yang berbeda, maka proteksi terhadap kedua penyakit ini juga berbeda. Untuk penyakit lyme, CDC menganjurkan untuk menghindari paparan kutu dengan membatasi waktu di daerah berumput serta semak.
Bila harus berkegiatan di daerah tersebut, gunakan kemeja lengan panjang dan celana panjang serta menggunakan obat nyamuk untuk melindungi dari kutu.
Sementara untuk COVID-19, CDC merekomendasikan untuk membatasi kontak fisik di luar rumah tangga, mengenakan masker dan mencuci tangan secara teratur.
Baca juga: Dua kasus positif COVID-19 baru di Kobar, termasuk kluster Gowa dan Temboro
Baca juga: Gejala kelelahan akut yang harus diwaspadai
Baca juga: Terjadi penambahan kasus positif COVID-19 dan ralat jumlah pasien sembuh di Kalteng
Lyme sendiri memiliki gejala yang serupa dengan penyakit yang disebabkan oleh virus corona baru atau COVID-19, meskipun keduanya disebabkan oleh hal yang berbeda.
Lyme adalah penyakit yang disebabkan oleh patogen yang diturunkan dari satu organisme hidup ke organisme lain, menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) seperti dilansir dari laman Health. Penyakit Lyme disebabkan oleh bakteri Borrelia burgdorferi, dan ditularkan ke manusia melalui gigitan kutu belang atau rusa yang terinfeksi.
Gejala awal lyme adalah; demam, meriang, sakit kepala, pegal-pegal, rasa linu pada sendi, pembengkakan kelenjar getah bening serta mudah lelah. Beberapa dari gejala tersebut serupa dengan gejala awal COVID-19.
Baca juga: Kehilangan indra perasa dan penciuman jadi gejala baru COVID-19
Lantas bagaimana membedakan antara penyakit lyme dengan COVID-19?
Ahli imunologi dari NYU Langone Health dokter Purvi Parikh,MD, menyebutkan perbedaan terbesar kedua penyakit itu adalah penyebab dan cara masuknya penyakit ke dalam tubuh manusia.
"Lyme disebabkan oleh bakteri, maka pengobatan dengan antibiotik oral sudah mampu menyembuhkan pasien dengan cepat," kata Parikh.
Sementara COVID-19 disebabkan oleh virus corona yang hingga saat ini masih dicari tata cara pengobatan yang paling sesuai dan manjur.
Jenis virus seperti influenza, virus flu, dan coronavirus masuk ke dalam tubuh melalui saluran hidung atau pernapasan dan jaringan paru-paru, jadi gejala yang paling terlihat dari infeksi ini terdapat pada pernapasan, jelas Parikh.
Baca juga: WHO siapkan aplikasi virus Corona untuk periksa gejala dan lacak kontak
Sementara itu lyme ditularkan melalui kulit, di mana bakteri itu masuk ke dalam pori-pori dan aliran darah sehingga gejala lyme seringkali disertai dengan ruam-ruam.
Karena penularan yang berbeda, maka proteksi terhadap kedua penyakit ini juga berbeda. Untuk penyakit lyme, CDC menganjurkan untuk menghindari paparan kutu dengan membatasi waktu di daerah berumput serta semak.
Bila harus berkegiatan di daerah tersebut, gunakan kemeja lengan panjang dan celana panjang serta menggunakan obat nyamuk untuk melindungi dari kutu.
Sementara untuk COVID-19, CDC merekomendasikan untuk membatasi kontak fisik di luar rumah tangga, mengenakan masker dan mencuci tangan secara teratur.
Baca juga: Dua kasus positif COVID-19 baru di Kobar, termasuk kluster Gowa dan Temboro
Baca juga: Gejala kelelahan akut yang harus diwaspadai
Baca juga: Terjadi penambahan kasus positif COVID-19 dan ralat jumlah pasien sembuh di Kalteng