New York (ANTARA) - Dolar AS tergelincir terhadap sekeranjang mata uang utama lainnya pada akhir perdagangan Jumat (Sabtu pagi WIB), karena daya tarik safe haven-nya berkurang, di tengah harapan vaksin potensial untuk virus corona baru melebihi kekhawatiran tentang lonjakan infeksi di Amerika Serikat dan di seluruh dunia.
Mata uang AS membukukan kerugian persentase mingguan terbesar terhadap sekeranjang mata uang utama lainnya dalam sebulan terakhir.
Pada Jumat (10/7/2020), Gilead Sciences Inc mengatakan data tambahan dari penelitian tahap akhir menunjukkan antivirus remdesivir mengurangi risiko kematian dan secara signifikan meningkatkan kondisi pasien COVID-19 yang sakit parah.
Berita itu membantu reli di saham AS dan mendorong dolar lebih rendah.
"Ketika kita berbicara tentang dolar akhir-akhir ini, ini tentang korelasi dengan risiko dan itu masih terjadi sekarang," kata John Doyle, wakil presiden untuk transaksi dan perdagangan di Tempus, Inc di Washington.
"Saya pikir berita vaksin mengimbangi lonjakan kasus," tambahnya.
Lebih dari 60.500 infeksi baru COVID-19 dilaporkan di seluruh Amerika Serikat pada Kamis (9/7/2020), menurut penghitungan Reuters, peningkatan satu hari terbesar di negara mana pun sejak pandemi muncul di China tahun lalu.
Tetapi para analis mengatakan investor mata uang mungkin menantikan obat yang sedang dikembangkan untuk virus ini.
Pada perdagangan sore hari, indeks dolar yang mengukur greenback terhadap enam mata uang utama saingannya, turun 0,2 persen menjadi 96,624.
Dolar juga melemah setelah harga produsen AS secara tak terduga turun 0,2 persen pada Juni, menyusul rebound 0,4 persen pada Mei, ketika pertempuran ekonomi menekan permintaan di tengah pandemi COVID-19.
Mencerminkan selera risiko pasar yang meningkat, euro naik 0,2 persen terhadap dolar menjadi 1,1300 dolar per euro, sedangkan pound Inggris naik 0,1 persen pada 1,2631 dolar.
Dolar juga jatuh ke level terendah dua minggu terhadap mata uang safe-haven yen, terakhir turun 0,3 persen pada 106,92 yen
Sementara itu, yuan China di pasar luar negeri turun sekitar 0,2 persen pada 7,0114 per dolar, setelah menyentuh level tertinggi hampir empat bulan di 6,9808 pada Kamis (9/7/2020).
Mata uang China telah naik hampir satu persen minggu ini, didukung oleh harapan aliran modal karena harga saham rebound setelah Beijing mengindikasikan ingin pasar bullish yang sehat.
Reuters
Mata uang AS membukukan kerugian persentase mingguan terbesar terhadap sekeranjang mata uang utama lainnya dalam sebulan terakhir.
Pada Jumat (10/7/2020), Gilead Sciences Inc mengatakan data tambahan dari penelitian tahap akhir menunjukkan antivirus remdesivir mengurangi risiko kematian dan secara signifikan meningkatkan kondisi pasien COVID-19 yang sakit parah.
Berita itu membantu reli di saham AS dan mendorong dolar lebih rendah.
"Ketika kita berbicara tentang dolar akhir-akhir ini, ini tentang korelasi dengan risiko dan itu masih terjadi sekarang," kata John Doyle, wakil presiden untuk transaksi dan perdagangan di Tempus, Inc di Washington.
"Saya pikir berita vaksin mengimbangi lonjakan kasus," tambahnya.
Lebih dari 60.500 infeksi baru COVID-19 dilaporkan di seluruh Amerika Serikat pada Kamis (9/7/2020), menurut penghitungan Reuters, peningkatan satu hari terbesar di negara mana pun sejak pandemi muncul di China tahun lalu.
Tetapi para analis mengatakan investor mata uang mungkin menantikan obat yang sedang dikembangkan untuk virus ini.
Pada perdagangan sore hari, indeks dolar yang mengukur greenback terhadap enam mata uang utama saingannya, turun 0,2 persen menjadi 96,624.
Dolar juga melemah setelah harga produsen AS secara tak terduga turun 0,2 persen pada Juni, menyusul rebound 0,4 persen pada Mei, ketika pertempuran ekonomi menekan permintaan di tengah pandemi COVID-19.
Mencerminkan selera risiko pasar yang meningkat, euro naik 0,2 persen terhadap dolar menjadi 1,1300 dolar per euro, sedangkan pound Inggris naik 0,1 persen pada 1,2631 dolar.
Dolar juga jatuh ke level terendah dua minggu terhadap mata uang safe-haven yen, terakhir turun 0,3 persen pada 106,92 yen
Sementara itu, yuan China di pasar luar negeri turun sekitar 0,2 persen pada 7,0114 per dolar, setelah menyentuh level tertinggi hampir empat bulan di 6,9808 pada Kamis (9/7/2020).
Mata uang China telah naik hampir satu persen minggu ini, didukung oleh harapan aliran modal karena harga saham rebound setelah Beijing mengindikasikan ingin pasar bullish yang sehat.
Reuters