Jenewa (ANTARA) - Gelombang pertama vaksin COVID-19 melalui program COVAX untuk negara-negara miskin diharapkan akan didistribusikan pada kuartal pertama tahun ini, kata Organisasi kesehatan Dunia (WHO), Jumat (15/1).
"Pada kuartal kedua dan ketiga tahun ini, kami akan mulai melihat volumenya," kata ilmuwan senior WHO, Soumya Swaminathan, saat konferensi pers di Jenewa.
Program COVAX, yang didukung oleh WHO, aliansi vaksin GAVI, dan Koalisi untuk Inovasi Persiapan Epidemi (CEPI), sejauh ini berhasil mengumpulkan dana enam miliar dolar AS (sekitar Rp84,8 triliun) serta telah memesan dua juta dosis vaksin COVID-19 dan dapat memesan satu miliar lebih dosis lagi.
Akan tetapi karena negara-negara kaya mendominasi pengiriman awal vaksin, WHO khawatir sisa persediaan yang sedikit dapat membuat 92 negara berpenghasilan rendah dan menengah tidak memperoleh bagian.
Swaminathan menyebutkan sedikitnya 13 perusahaan telah menyatakan tertarik untuk memasok COVAX dan lima di antaranya sedang membahas kemungkinan tersebut dengan WHO. Sejumlah vaksin sedang dievaluasi oleh tim regulator mereka.
Asisten Dirjen WHO Mariangela Simao mencatat bahwa 38 dari 46 negara yang telah meluncurkan vaksinasi adalah negara berpenghasilan tinggi, sementara dunia perlu meyakinkan bahwa semua pihak bisa memperoleh vaksin yang ampuh dan aman.
"Sekarang ini tidak akan terjadi pada Januari tetapi akan terjadi dalam waktu dekat. Kami berharap mendapat kabar baik untuk Anda mengenai hal ini pada Februari tahun sekarang," katanya.
Sumber: Reuters
Penerjemah: Asri Mayang Sari
"Pada kuartal kedua dan ketiga tahun ini, kami akan mulai melihat volumenya," kata ilmuwan senior WHO, Soumya Swaminathan, saat konferensi pers di Jenewa.
Program COVAX, yang didukung oleh WHO, aliansi vaksin GAVI, dan Koalisi untuk Inovasi Persiapan Epidemi (CEPI), sejauh ini berhasil mengumpulkan dana enam miliar dolar AS (sekitar Rp84,8 triliun) serta telah memesan dua juta dosis vaksin COVID-19 dan dapat memesan satu miliar lebih dosis lagi.
Akan tetapi karena negara-negara kaya mendominasi pengiriman awal vaksin, WHO khawatir sisa persediaan yang sedikit dapat membuat 92 negara berpenghasilan rendah dan menengah tidak memperoleh bagian.
Swaminathan menyebutkan sedikitnya 13 perusahaan telah menyatakan tertarik untuk memasok COVAX dan lima di antaranya sedang membahas kemungkinan tersebut dengan WHO. Sejumlah vaksin sedang dievaluasi oleh tim regulator mereka.
Asisten Dirjen WHO Mariangela Simao mencatat bahwa 38 dari 46 negara yang telah meluncurkan vaksinasi adalah negara berpenghasilan tinggi, sementara dunia perlu meyakinkan bahwa semua pihak bisa memperoleh vaksin yang ampuh dan aman.
"Sekarang ini tidak akan terjadi pada Januari tetapi akan terjadi dalam waktu dekat. Kami berharap mendapat kabar baik untuk Anda mengenai hal ini pada Februari tahun sekarang," katanya.
Sumber: Reuters
Penerjemah: Asri Mayang Sari