Sampit (ANTARA) - Wakil Ketua DPRD Kabupaten Kotawaringin Timur Kalimantan Tengah, Rudianur sangat prihatin dengan semakin parahnya abrasi yang menghantam Pantai Ujung Pandaran, bahkan kini menghancurkan mushalla di bagian timur pantai tersebut.
"Setelah jalan menuju kubah terputus, kini mushalla di dekat kubah itu yang hancur karena pondasinya tergerus abrasi sehingga sebagian bangunan ambruk," kata Rudianur di Sampit, Selasa.
Pantai Ujung Pandaran terletak di Kecamatan Teluk Sampit. Lokasinya berjarak sekitar 85 kilometer dari Sampit Ibu Kota Kabupaten Kotawaringin Timur.
Di bagian timur pantai yang menjadi objek wisata andalan daerah ini terdapat sebuah kubah atau makam ulama bernama Syekh Abu Hamid bin Syekh Haji Muhammad As`ad Al Banjary.
Ulama tersebut merupakan buyut dari ulama terkenal di Kalimantan Selatan yakni Syekh Muhammad Arsyad Al Banjary atau lebih dikenal dengan sebutan Datu Kelampayan, yang terkenal dengan kitab karangannya berjudul Sabilal Muhtadin yang hingga kini banyak digunakan di sejumlah negara.
Kubah itu menjadi objek wisata religi dan banyak didatangi peziarah dari luar daerah. Namun kini keberadaannya terancam akibat abrasi yang terus menggerus pantai tersebut.
Jalan menuju kubah yang sebelumnya bisa dilewati mobil, sudah terputus sehingga peziarah harus menggunakan perahu motor. Abrasi yang terus menggerus pantai itu kini bahkan telah merusak mushalla yang berjarak hanya beberapa meter dari kubah tersebut.
Baca juga: DPRD Kotim sayangkan jalan desa dilalui truk sawit perusahaan
Rudianur khawatir abrasi yang terus terjadi akan semakin parah dan menghancurkan kubah tersebut. Dia berharap pemerintah kabupaten, pemerintah provinsi maupun pemerintah pusat segera menangani abrasi, setidaknya dengan penanganan darurat.
"Pantai Ujung Pandaran harus segera ditangani agar kerusakan tidak bertambah parah lagi. Apalagi pantai tersebut merupakan objek wisata andalan Kabupaten Kotim, tetapi kondisinya sekarang sangat memprihatinkan," kata Rudianur yang juga merupakan legislator dari daerah pemilihan kawasan selatan tersebut.
Politisi Partai Golkar ini mengatakan, abrasi Pantai Ujung Pandaran harus ditangani secara serius. Sudah banyak aset wisata pemerintah daerah yang hancur di pantai itu seperti gazebo, jalan, bundaran, bahkan tempat menginap berupa betang atau rumah khas Suku Dayak, terpaksa dibongkar sebelum ambruk karena pondasinya digerus abrasi.
Saat ini sebagian titik yang terkena abrasi, telah dibangun tanggul penahan gelombang. Rudianur berharap pembangunan tanggul tersebut dilanjutkan oleh pemerintah pusat sebagai antisipasi jangka panjang, apalagi pemerintah daerah sedang membangun sejumlah fasilitas wisata dengan dana puluhan miliar di objek wisata tersebut.
"Kalau hanya mengandalkan dana kabupaten, akan sangat berat karena dana yang dimiliki pemerintah kabupaten sangat terbatas, apalagi pandemi COVID-19, sementara penanganan abrasi membutuhkan dana besar dan penanganan cepat. Kami minta pemerintah kabupaten segera berkoordinasi dengan pemerintah provinsi untuk segera menangani abrasi tersebut," demikian Rudianur.
Baca juga: Sudah 528 tenaga kesehatan di Kotim divaksin COVID-19
"Setelah jalan menuju kubah terputus, kini mushalla di dekat kubah itu yang hancur karena pondasinya tergerus abrasi sehingga sebagian bangunan ambruk," kata Rudianur di Sampit, Selasa.
Pantai Ujung Pandaran terletak di Kecamatan Teluk Sampit. Lokasinya berjarak sekitar 85 kilometer dari Sampit Ibu Kota Kabupaten Kotawaringin Timur.
Di bagian timur pantai yang menjadi objek wisata andalan daerah ini terdapat sebuah kubah atau makam ulama bernama Syekh Abu Hamid bin Syekh Haji Muhammad As`ad Al Banjary.
Ulama tersebut merupakan buyut dari ulama terkenal di Kalimantan Selatan yakni Syekh Muhammad Arsyad Al Banjary atau lebih dikenal dengan sebutan Datu Kelampayan, yang terkenal dengan kitab karangannya berjudul Sabilal Muhtadin yang hingga kini banyak digunakan di sejumlah negara.
Kubah itu menjadi objek wisata religi dan banyak didatangi peziarah dari luar daerah. Namun kini keberadaannya terancam akibat abrasi yang terus menggerus pantai tersebut.
Jalan menuju kubah yang sebelumnya bisa dilewati mobil, sudah terputus sehingga peziarah harus menggunakan perahu motor. Abrasi yang terus menggerus pantai itu kini bahkan telah merusak mushalla yang berjarak hanya beberapa meter dari kubah tersebut.
Baca juga: DPRD Kotim sayangkan jalan desa dilalui truk sawit perusahaan
Rudianur khawatir abrasi yang terus terjadi akan semakin parah dan menghancurkan kubah tersebut. Dia berharap pemerintah kabupaten, pemerintah provinsi maupun pemerintah pusat segera menangani abrasi, setidaknya dengan penanganan darurat.
"Pantai Ujung Pandaran harus segera ditangani agar kerusakan tidak bertambah parah lagi. Apalagi pantai tersebut merupakan objek wisata andalan Kabupaten Kotim, tetapi kondisinya sekarang sangat memprihatinkan," kata Rudianur yang juga merupakan legislator dari daerah pemilihan kawasan selatan tersebut.
Politisi Partai Golkar ini mengatakan, abrasi Pantai Ujung Pandaran harus ditangani secara serius. Sudah banyak aset wisata pemerintah daerah yang hancur di pantai itu seperti gazebo, jalan, bundaran, bahkan tempat menginap berupa betang atau rumah khas Suku Dayak, terpaksa dibongkar sebelum ambruk karena pondasinya digerus abrasi.
Saat ini sebagian titik yang terkena abrasi, telah dibangun tanggul penahan gelombang. Rudianur berharap pembangunan tanggul tersebut dilanjutkan oleh pemerintah pusat sebagai antisipasi jangka panjang, apalagi pemerintah daerah sedang membangun sejumlah fasilitas wisata dengan dana puluhan miliar di objek wisata tersebut.
"Kalau hanya mengandalkan dana kabupaten, akan sangat berat karena dana yang dimiliki pemerintah kabupaten sangat terbatas, apalagi pandemi COVID-19, sementara penanganan abrasi membutuhkan dana besar dan penanganan cepat. Kami minta pemerintah kabupaten segera berkoordinasi dengan pemerintah provinsi untuk segera menangani abrasi tersebut," demikian Rudianur.
Baca juga: Sudah 528 tenaga kesehatan di Kotim divaksin COVID-19