Sampit (ANTARA) - Pemerintah Kabupaten Kotawaringin Timur Kalimantan Tengah diminta melakukan normalisasi irigasi untuk mencegah banjir merendam lahan pertanian yang memicu kegagalan panen.
"Saat ini curah hujan kembali meningkat. Kalau irigasi atau pengairan di lahan pertanian dinormalisasi, maka diharapkan banjir bisa dicegah. Jika pun sampai merendam, diharapkan tidak sampai terlalu lama sehingga tanaman tidak sampai mati," kata Wakil Ketua DPRD Kotawaringin Timur, Rudianur di Sampit, Kamis.
Banjir masih sering merendam lahan pertanian, diantaranya sawah di sejumlah lokasi di Kecamatan Teluk Sampit. Saat hujan deras, sawah terendam akibat air tidak mengalir maksimal pada irigasi.
Kondisi itu bisa membuat petani merugi jika ternyata banjirnya bertahan lama sehingga padi maupun tanaman lainnya menjadi mati. Ini sudah beberapa kali terjadi di Kabupaten Kotawaringin Timur.
Seperti yang terjadi pada pertengahan Mei lalu. Ribuan hektare sawah di Desa Lampuyang Kecamatan Teluk Sampit terendam banjir sehingga banyak tanaman yang gagal dipanen karena rusak akibat terendam banjir.
Baca juga: DPRD Kotim minta pemkab rangkul penambang tradisional
Kondisi ini sangat disayangkan karena Desa Lampuyang merupakan daerah lumbung beras Kotawaringin Timur. Jika panen di desa itu terganggu maka rawan berdampak terhadap produksi beras di daerah ini.
Gagal panen akibat banjir tidak hanya menimbulkan kerugian bagi petani, tetapi juga rawan menimbulkan masalah. Hal itu lantaran berkurangnya hasil panen sehingga berdampak terhadap ketahanan pangan daerah.
Untuk itulah politisi Partai Golkar ini meminta secepatnya dilakukan normalisasi irigasi pertanian sehingga banjir di lahan pertanian bisa dicegah. Apalagi kini sejumlah kecamatan mendapat alat berat sehingga bisa digunakan untuk melakukan normalisasi irigasi pertanian.
"Segera lakukan normalisasi irigasi. Keruk yang sudah dangkal agar air bisa mengalir lancar. Jangan sampai terjadi lagi sawah kebanjiran, baru ribut. Lakukan normalisasi irigasi supaya aliran air di lahan pertanian menjadi lancar dan tidak menyebabkan banjir," demikian Rudianur.
Baca juga: Kebakaran hanguskan rumah seorang guru di Sampit
"Saat ini curah hujan kembali meningkat. Kalau irigasi atau pengairan di lahan pertanian dinormalisasi, maka diharapkan banjir bisa dicegah. Jika pun sampai merendam, diharapkan tidak sampai terlalu lama sehingga tanaman tidak sampai mati," kata Wakil Ketua DPRD Kotawaringin Timur, Rudianur di Sampit, Kamis.
Banjir masih sering merendam lahan pertanian, diantaranya sawah di sejumlah lokasi di Kecamatan Teluk Sampit. Saat hujan deras, sawah terendam akibat air tidak mengalir maksimal pada irigasi.
Kondisi itu bisa membuat petani merugi jika ternyata banjirnya bertahan lama sehingga padi maupun tanaman lainnya menjadi mati. Ini sudah beberapa kali terjadi di Kabupaten Kotawaringin Timur.
Seperti yang terjadi pada pertengahan Mei lalu. Ribuan hektare sawah di Desa Lampuyang Kecamatan Teluk Sampit terendam banjir sehingga banyak tanaman yang gagal dipanen karena rusak akibat terendam banjir.
Baca juga: DPRD Kotim minta pemkab rangkul penambang tradisional
Kondisi ini sangat disayangkan karena Desa Lampuyang merupakan daerah lumbung beras Kotawaringin Timur. Jika panen di desa itu terganggu maka rawan berdampak terhadap produksi beras di daerah ini.
Gagal panen akibat banjir tidak hanya menimbulkan kerugian bagi petani, tetapi juga rawan menimbulkan masalah. Hal itu lantaran berkurangnya hasil panen sehingga berdampak terhadap ketahanan pangan daerah.
Untuk itulah politisi Partai Golkar ini meminta secepatnya dilakukan normalisasi irigasi pertanian sehingga banjir di lahan pertanian bisa dicegah. Apalagi kini sejumlah kecamatan mendapat alat berat sehingga bisa digunakan untuk melakukan normalisasi irigasi pertanian.
"Segera lakukan normalisasi irigasi. Keruk yang sudah dangkal agar air bisa mengalir lancar. Jangan sampai terjadi lagi sawah kebanjiran, baru ribut. Lakukan normalisasi irigasi supaya aliran air di lahan pertanian menjadi lancar dan tidak menyebabkan banjir," demikian Rudianur.
Baca juga: Kebakaran hanguskan rumah seorang guru di Sampit