Sampit (ANTARA) - Anggota Komisi I DPRD Kabupaten Kotawaringin Timur Kalimantan Tengah, Parningotan Lumban Gaol dengan lantang menyebut banjir yang sering terjadi di daerah ini cenderung semakin parah akibat rusaknya hutan.
"Saya menilai banjir ini tidak ada kaitannya dengan fenomena lima tahunan. Ini karena alam kita rusak. Kita sudah terlanjur memberikannya kepada investor untuk mengeksploitasi hutan kita. Hutan kita hampir habis," kata Lumban Gaol di Sampit, Selasa.
Pendapat itu disampaikannya saat rapat dengan mitra kerja terkait RAPBD 2022. Lumban Gaol meminta musibah banjir saat ini menjadi perhatian serius semua pihak untuk ditangani.
Dia sengaja menyampaikan hal tersebut karena rapat itu dihadiri hampir semua camat yang ada di Kotawaringin Timur. Dia meminta camat selaku pimpinan wilayah dapat menjadi inisiator dalam kegiatan-kegiatan pencegahan kerusakan hutan.
Rusaknya hutan akibat perambahan untuk perkebunan, penebangan liar, kebakaran maupun hal lainnya, diyakini memberi andil besar terhadap kerusakan ekosistem yang memicu banjir semakin sering terjadi.
Kini sungai dengan mudah meluap merendam permukiman saat curah hujan tinggi. Menyusutnya kawasan hutan yang berfungsi sebagai daerah resapan air, membuat potensi banjir semakin meningkat.
Baca juga: Binda Kalteng bantu percepatan vaksinasi COVID-19 pelajar Kotim
Untuk itulah Lumban Gaol mengajak semua pihak, termasuk pemerintah daerah untuk mempertahankan hutan. Kerusakan yang telah terjadi diharapkan bisa diperbaiki secara perlahan dengan harapan potensi banjir juga akan berkurang.
"Camat diharapkan mempertahankan hutan tersisa. Jangan ada lagi pembukaan hutan murni, baik oleh investor maupun masyarakat berskala besar. Apalagi orang dari luar. Jangan sampai alam kita semakin rusak karena kita yang akan merasakan dampak buruknya," demikian Lumban Gaol.
Sementara itu Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kotawaringin Timur pada Selasa sore, masih terdapat 22 desa/kelurahan yang tersebar di tujuh kecamatan yang dilanda banjir.
Jumlah rumah yang terdampak banjir sebanyak 2.396 buah yang dihuni 3.383 kepala keluarga dengan 11.118 jiwa. Sementara fasilitas publik yang terdampak banjir yaitu 15 sekolah, 8 fasilitas kesehatan dan rumah ibadah 16 buah.
Baca juga: DPRD Kotim soroti bocornya atap gedung baru RSUD Murjani
"Saya menilai banjir ini tidak ada kaitannya dengan fenomena lima tahunan. Ini karena alam kita rusak. Kita sudah terlanjur memberikannya kepada investor untuk mengeksploitasi hutan kita. Hutan kita hampir habis," kata Lumban Gaol di Sampit, Selasa.
Pendapat itu disampaikannya saat rapat dengan mitra kerja terkait RAPBD 2022. Lumban Gaol meminta musibah banjir saat ini menjadi perhatian serius semua pihak untuk ditangani.
Dia sengaja menyampaikan hal tersebut karena rapat itu dihadiri hampir semua camat yang ada di Kotawaringin Timur. Dia meminta camat selaku pimpinan wilayah dapat menjadi inisiator dalam kegiatan-kegiatan pencegahan kerusakan hutan.
Rusaknya hutan akibat perambahan untuk perkebunan, penebangan liar, kebakaran maupun hal lainnya, diyakini memberi andil besar terhadap kerusakan ekosistem yang memicu banjir semakin sering terjadi.
Kini sungai dengan mudah meluap merendam permukiman saat curah hujan tinggi. Menyusutnya kawasan hutan yang berfungsi sebagai daerah resapan air, membuat potensi banjir semakin meningkat.
Baca juga: Binda Kalteng bantu percepatan vaksinasi COVID-19 pelajar Kotim
Untuk itulah Lumban Gaol mengajak semua pihak, termasuk pemerintah daerah untuk mempertahankan hutan. Kerusakan yang telah terjadi diharapkan bisa diperbaiki secara perlahan dengan harapan potensi banjir juga akan berkurang.
"Camat diharapkan mempertahankan hutan tersisa. Jangan ada lagi pembukaan hutan murni, baik oleh investor maupun masyarakat berskala besar. Apalagi orang dari luar. Jangan sampai alam kita semakin rusak karena kita yang akan merasakan dampak buruknya," demikian Lumban Gaol.
Sementara itu Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kotawaringin Timur pada Selasa sore, masih terdapat 22 desa/kelurahan yang tersebar di tujuh kecamatan yang dilanda banjir.
Jumlah rumah yang terdampak banjir sebanyak 2.396 buah yang dihuni 3.383 kepala keluarga dengan 11.118 jiwa. Sementara fasilitas publik yang terdampak banjir yaitu 15 sekolah, 8 fasilitas kesehatan dan rumah ibadah 16 buah.
Baca juga: DPRD Kotim soroti bocornya atap gedung baru RSUD Murjani