Jakarta (ANTARA) - Menteri Keuangan Sri Mulyani memperkirakan defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) akan mencapai 5,1 persen - 5,4 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB).

"Perkiraan ini karena adanya pemulihan yang kuat serta pendapatan negara yang kuat disebabkan oleh melonjaknya harga komoditas," kata Sri Mulyani dalam acara Peluncuran Virtual Laporan Prospek Ekonomi Indonesia di Jakarta, Kamis.

Baca juga: Indonesia mampu pulih lebih cepat dibanding krisis 1997-1998, kata Sri Mulyani

Dengan demikian, angka tersebut akan jauh lebih rendah dari target APBN 2021 yang telah dirancang, yakni 5,7 persen dari PDB.

Adapun realisasi defisit APBN per Oktober 2021 tercatat 3,29 persen dari PDB atau Rp548,9 triliun.

Baca juga: Sri Mulyani sampaikan nilai ekonomi digital Indonesia terbesar di Asia Tenggara

Untuk tahun 2022, mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia tersebut mendesain defisit APBN akan menurun ke level 4,8 persen terhadap PDB.

"Namun, desain tersebut belum mempertimbangkan dampak beberapa reformasi di bidang perpajakan maupun fiskal," tegasnya.

Baca juga: Menkeu tekankan pentingnya hilirisasi tingkatkan nilai tambah ekspor

Kendati demikian, ia menuturkan APBN tahun 2022 akan terus mendukung proses pemulihan, dengan area prioritas yang paling utama adalah untuk pembangunan sumber daya manusia (SDM), pendidikan, kesehatan, dan belanja sosial.

Maka dari itu, area prioritas tersebut akan menerima alokasi belanja terbesar untuk anggaran tahun 2022, sehingga diharapkan ekonomi bisa tumbuh hingga 5,2 persen.

"Peran dari kebijakan fiskal masih sangat penting, terutama saat masa-masa COVID-19 ataupun pandemi ini," tutup Sri Mulyani.

Baca juga: Menteri Keuangan: Belanja pemerintah 2022 fokus atasi COVID dan SDM

Baca juga: Indonesia bisa tinggalkan batu bara bertahap dengan bantuan keuangan

Pewarta : Agatha Olivia Victoria
Uploader : Ronny
Copyright © ANTARA 2024