Pulang Pisau (ANTARA) - Kepala Badan Pemberdayaan Masyarakat Desa (BPMDes) Kabupaten Pulang Pisau, Kalimantan Tengah, Deni Widanarni meminta program kemitraan pengembangan budi daya maggot (belatng) di Desa Mentaren II Kecamatan Kahayan Hilir bisa memberikan dampak nilai ekonomis kepada kelompok penerima.
"Kelompok penerima bantuan ini harapannya bisa benar-benar memanfaatkan bantuan dalam meningkatkan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat sekitar," kata Deni di Pulang Pisau, Kamis.
Menurut dia, pengembangan budi daya maggot dari program Coorporate Social Responsibility (CSR) PT UBJOM PLTU Pulang Pisau, telah menyesuaikan dengan perkembangan kebutuhan pasar dan keinginan kelompok masyarakat.
Di mana, lanjut dia, maggot bisa digunakan sebagai alternatif untuk pakan unggas, ikan, dan kebutuhan ternak lainnya dengan harga yang cukup terjangkau oleh masyarakat.
"Apabila pengembangan budi daya maggot ini berhasil, kami minta BUMDes bisa ikut serta dalam membantu memasarkan. Jadi, bantuan yang diberikan bisa berjalan secara berkelanjutan dan ditularkan kepada masyarakat di desa setempat," kata Deni.
Sementara itu, General Manager PT PJB UBJOM PLTU Pulang Pisau Munif melalui Manajer Administrasi Rinda Primawarto menyatakan, pihaknya terus berkomitmen dalam mendukung pemberdayaan ekonomi masyarakat, diantaranya melalui program CSR yang diberikan kepada masyarakat di sekitar perusahaan.
Dia mengatakan, untuk mendukung program kemitraan pengembangan budi daya maggot ini berhasil, para anggota kelompok ini sebelumnya telah mengikuti pelatihan budi daya maggot di Banjarbaru, Kalimantan Selatan.
"Keberhasilan dari budi daya ini bukan terletak pada fasilitas yang diberikan, tapi pada kemauan dari seluruh anggota kelompok itu sendiri," ucapnya.
Rinda berharap seluruh anggota kelompok memiliki kemauan untuk maju dan berkembang. Dalam pelaksanaan pengembangan budi daya maggot ini pun, harapannya pemerintah setempat melalui dinas tekait dan pemerintah desa, bisa bersama-sama dalam mengawasi dan memantau bantuan yang diberikan terus berkembang dan tidak menjadi sia-sia.
Suyono, Perwakilan Kelompok Budi daya Maggot Desa Mentaren II Kecamatan Kahayan Hilir mengungkapkan bahwa dipilihnya budi daya maggot ini untuk memberikan masyarakat alternatif pakan yang lebih murah dan terjangkau.
"Untuk pengelolaan dan pemeliharaan sampai menghasilkan maggot, juga tidak membutuhkan biaya yang cukup besar dengan memanfaatkan sampah organik," terang Suyono.
Menurutnya, dari mulai telur lalat hingga menghasilkan maggot yang siap jual dibutuhkan waktu selama 20 hari. Dengan kapasitas empat nampan bertingkat yang dibuat kelompok ini, diperkirakan bisa menampung sebanyak 50 kilogram maggot.
"Artinya, dalam waktu 20 hari diperoleh hasil sebesar Rp3 Juta dengan harga jual Rp6 ribu per kilogram," kata Suyono.
Penyerahan bantuan dan fasilitas pengembangan budi daya maggot ini, disaksikan juga oleh Camat Kahayan Hilir Osa Maliki, Plt Kepala Desa Mentaren II Rantau, Perwakilan Dinas Lingkungan Hidup (DLH).
Baca juga: Dinas Pertanian Pulang Pisau tegur dua UPJA
Baca juga: Kawasan food estate di Pulpis menjanjikan dikembangkan pariwisata
"Kelompok penerima bantuan ini harapannya bisa benar-benar memanfaatkan bantuan dalam meningkatkan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat sekitar," kata Deni di Pulang Pisau, Kamis.
Menurut dia, pengembangan budi daya maggot dari program Coorporate Social Responsibility (CSR) PT UBJOM PLTU Pulang Pisau, telah menyesuaikan dengan perkembangan kebutuhan pasar dan keinginan kelompok masyarakat.
Di mana, lanjut dia, maggot bisa digunakan sebagai alternatif untuk pakan unggas, ikan, dan kebutuhan ternak lainnya dengan harga yang cukup terjangkau oleh masyarakat.
"Apabila pengembangan budi daya maggot ini berhasil, kami minta BUMDes bisa ikut serta dalam membantu memasarkan. Jadi, bantuan yang diberikan bisa berjalan secara berkelanjutan dan ditularkan kepada masyarakat di desa setempat," kata Deni.
Sementara itu, General Manager PT PJB UBJOM PLTU Pulang Pisau Munif melalui Manajer Administrasi Rinda Primawarto menyatakan, pihaknya terus berkomitmen dalam mendukung pemberdayaan ekonomi masyarakat, diantaranya melalui program CSR yang diberikan kepada masyarakat di sekitar perusahaan.
Dia mengatakan, untuk mendukung program kemitraan pengembangan budi daya maggot ini berhasil, para anggota kelompok ini sebelumnya telah mengikuti pelatihan budi daya maggot di Banjarbaru, Kalimantan Selatan.
"Keberhasilan dari budi daya ini bukan terletak pada fasilitas yang diberikan, tapi pada kemauan dari seluruh anggota kelompok itu sendiri," ucapnya.
Rinda berharap seluruh anggota kelompok memiliki kemauan untuk maju dan berkembang. Dalam pelaksanaan pengembangan budi daya maggot ini pun, harapannya pemerintah setempat melalui dinas tekait dan pemerintah desa, bisa bersama-sama dalam mengawasi dan memantau bantuan yang diberikan terus berkembang dan tidak menjadi sia-sia.
Suyono, Perwakilan Kelompok Budi daya Maggot Desa Mentaren II Kecamatan Kahayan Hilir mengungkapkan bahwa dipilihnya budi daya maggot ini untuk memberikan masyarakat alternatif pakan yang lebih murah dan terjangkau.
"Untuk pengelolaan dan pemeliharaan sampai menghasilkan maggot, juga tidak membutuhkan biaya yang cukup besar dengan memanfaatkan sampah organik," terang Suyono.
Menurutnya, dari mulai telur lalat hingga menghasilkan maggot yang siap jual dibutuhkan waktu selama 20 hari. Dengan kapasitas empat nampan bertingkat yang dibuat kelompok ini, diperkirakan bisa menampung sebanyak 50 kilogram maggot.
"Artinya, dalam waktu 20 hari diperoleh hasil sebesar Rp3 Juta dengan harga jual Rp6 ribu per kilogram," kata Suyono.
Penyerahan bantuan dan fasilitas pengembangan budi daya maggot ini, disaksikan juga oleh Camat Kahayan Hilir Osa Maliki, Plt Kepala Desa Mentaren II Rantau, Perwakilan Dinas Lingkungan Hidup (DLH).
Baca juga: Dinas Pertanian Pulang Pisau tegur dua UPJA
Baca juga: Kawasan food estate di Pulpis menjanjikan dikembangkan pariwisata