Sampit (ANTARA) - Sebanyak mahasiswa dari Palangka Raya yang menjalani praktik di RSUD dr Murjani Sampit Kabupaten Kotawaringin Timur Kalimantan Tengah, harus menjalani isolasi mandiri karena terpapar COVID-19.
"Sejak Jumat (18/2) lalu para mahasiswa yang praktik di rumah sakit itu menjalani isolasi. Mereka itu ada beberapa orang yang sebelumnya tinggal di kos, jadi akhirnya kami putuskan di rumah isolasi mandiri karena mereka juga satu klaster," kata Koordinator Lapangan Satuan Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 Kotawaringin Timur, Rihel di Sampit, Senin.
Rihel yang juga Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) ini menjelaskan, ada 37 orang mahasiswa dari sebuah kampus di Palangka Raya yang menjalani praktik di Sampit. Mereka mulai menjalani kegiatan di RSUD dr Murjani pada 7 Februari lalu.
Beberapa hari kemudian, ada yang mengeluhkan sakit dengan gejala-gejala mirip penderita COVID-19. Setelah diperiksa, sebagian dari mereka terkonfirmasi positif COVID-19.
Dari pemeriksaan, ada 10 orang yang dinyatakan positif terpapar COVID-19, sedangkan yang lainnya negatif. Pemantauan tetap dilakukan petugas kesehatan terhadap mereka yang terpapar COVID-19 maupun tidak terpapar.
Pihak kampus juga sudah datang ke Sampit memantau kondisi mahasiswa mereka yang sedang menjalani isolasi mandiri dan mahasiswa lainnya yang masih menjalani praktik.
Setelah berdiskusi dengan pihak RSUD dr Murjani Sampit dan perwakilan kampus tempat para mahasiswa tersebut kuliah, disepakati 10 mahasiswa itu difasilitasi menjalani isolasi mandiri di rumah isolasi mandiri yang disiapkan pemerintah daerah.
Sejak tahun lalu, dua rumah jabatan dua wakil ketua DPRD difungsikan menjadi rumah isolasi mandiri bagi yang membutuhkan. Kebetulan selama ini dua rumah jabatan itu tidak ditempati.
Baca juga: Pemkab Kotim diminta antisipasi puncak lonjakan penderita COVID-19
Para mahasiswa itu menjalani isolasi mandiri selama 10 hari hingga 1 Maret. Kondisi mereka dipantau secara rutin oleh petugas kesehatan yang memang sudah disiapkan.
"Mereka hampir bersamaan terkena COVID-19 itu. Makanya disepakati ditangani di rumah isolasi mandiri. Ini juga untuk memudahkan petugas memantau kondisi mereka. Semoga cepat pulih," ujar Rihel.
Berdasarkan data Senin siang, terdapat 13 kasus baru dandan 16 orang sembuh sehingga jumlah penderita COVID-19 di daerah ini kini menjadi 257 orang. Sebanyak dua orang dirawat di rumah sakit, sedangkan 255 orang menjalani isolasi mandiri di bawah pemantauan petugas kesehatan.
Rihel mengatakan, temuan kasus itu merupakan hasil pelacakan terhadap mereka yang ada kontak erat dengan orang yang terkonfirmasi positif COVID-19. Selain itu, juga diketahui setelah ada pelacakan maupun diarahkan untuk tes PCR ke rumah sakit.
Saat ini kasus COVID-19 tidak hanya berasal dari penularan di masyarakat umum, tetapi juga di sejumlah kelompok seperti klaster perkebunan, sekolah, bahkan ada sejumlah organisasi perangkat daerah yang pegawainya terpapar COVID-19.
Pemerintah daerah mengajak masyarakat meningkatkan kewaspadaan terhadap penularan COVID-19 maupun varian lainnya. Masyarakat juga diimbau mengikuti vaksinasi untuk mengurangi risiko terpapar dan fatalitas akibat COVID-19.
"Secara umum gejala kasus-kasus yang ada saat ini memang ada yang mengarah ke Omicron.Ciri khas batuk, pilek dan demam. Tapi ada juga yang cuma beberapa gejala. Tiga sampai lima hari setelah terpapar, baru ketahuan gejalanya, tergantung daya tahan tubuh masing-masing. Tapi kita menunggu hasil pemeriksaan oleh Balitbangkes, " demikian Rihel.
Baca juga: Legislator Kotim berharap pemkab antisipasi kenaikan harga sembako jelang Ramadhan
Baca juga: DPRD Kotim minta vaksinasi anak dioptimalkan demi keamanan PTM
Baca juga: DPRD Kotim berharap kinerja Bappelitbangda lebih optimal
"Sejak Jumat (18/2) lalu para mahasiswa yang praktik di rumah sakit itu menjalani isolasi. Mereka itu ada beberapa orang yang sebelumnya tinggal di kos, jadi akhirnya kami putuskan di rumah isolasi mandiri karena mereka juga satu klaster," kata Koordinator Lapangan Satuan Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 Kotawaringin Timur, Rihel di Sampit, Senin.
Rihel yang juga Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) ini menjelaskan, ada 37 orang mahasiswa dari sebuah kampus di Palangka Raya yang menjalani praktik di Sampit. Mereka mulai menjalani kegiatan di RSUD dr Murjani pada 7 Februari lalu.
Beberapa hari kemudian, ada yang mengeluhkan sakit dengan gejala-gejala mirip penderita COVID-19. Setelah diperiksa, sebagian dari mereka terkonfirmasi positif COVID-19.
Dari pemeriksaan, ada 10 orang yang dinyatakan positif terpapar COVID-19, sedangkan yang lainnya negatif. Pemantauan tetap dilakukan petugas kesehatan terhadap mereka yang terpapar COVID-19 maupun tidak terpapar.
Pihak kampus juga sudah datang ke Sampit memantau kondisi mahasiswa mereka yang sedang menjalani isolasi mandiri dan mahasiswa lainnya yang masih menjalani praktik.
Setelah berdiskusi dengan pihak RSUD dr Murjani Sampit dan perwakilan kampus tempat para mahasiswa tersebut kuliah, disepakati 10 mahasiswa itu difasilitasi menjalani isolasi mandiri di rumah isolasi mandiri yang disiapkan pemerintah daerah.
Sejak tahun lalu, dua rumah jabatan dua wakil ketua DPRD difungsikan menjadi rumah isolasi mandiri bagi yang membutuhkan. Kebetulan selama ini dua rumah jabatan itu tidak ditempati.
Baca juga: Pemkab Kotim diminta antisipasi puncak lonjakan penderita COVID-19
Para mahasiswa itu menjalani isolasi mandiri selama 10 hari hingga 1 Maret. Kondisi mereka dipantau secara rutin oleh petugas kesehatan yang memang sudah disiapkan.
"Mereka hampir bersamaan terkena COVID-19 itu. Makanya disepakati ditangani di rumah isolasi mandiri. Ini juga untuk memudahkan petugas memantau kondisi mereka. Semoga cepat pulih," ujar Rihel.
Berdasarkan data Senin siang, terdapat 13 kasus baru dandan 16 orang sembuh sehingga jumlah penderita COVID-19 di daerah ini kini menjadi 257 orang. Sebanyak dua orang dirawat di rumah sakit, sedangkan 255 orang menjalani isolasi mandiri di bawah pemantauan petugas kesehatan.
Rihel mengatakan, temuan kasus itu merupakan hasil pelacakan terhadap mereka yang ada kontak erat dengan orang yang terkonfirmasi positif COVID-19. Selain itu, juga diketahui setelah ada pelacakan maupun diarahkan untuk tes PCR ke rumah sakit.
Saat ini kasus COVID-19 tidak hanya berasal dari penularan di masyarakat umum, tetapi juga di sejumlah kelompok seperti klaster perkebunan, sekolah, bahkan ada sejumlah organisasi perangkat daerah yang pegawainya terpapar COVID-19.
Pemerintah daerah mengajak masyarakat meningkatkan kewaspadaan terhadap penularan COVID-19 maupun varian lainnya. Masyarakat juga diimbau mengikuti vaksinasi untuk mengurangi risiko terpapar dan fatalitas akibat COVID-19.
"Secara umum gejala kasus-kasus yang ada saat ini memang ada yang mengarah ke Omicron.Ciri khas batuk, pilek dan demam. Tapi ada juga yang cuma beberapa gejala. Tiga sampai lima hari setelah terpapar, baru ketahuan gejalanya, tergantung daya tahan tubuh masing-masing. Tapi kita menunggu hasil pemeriksaan oleh Balitbangkes, " demikian Rihel.
Baca juga: Legislator Kotim berharap pemkab antisipasi kenaikan harga sembako jelang Ramadhan
Baca juga: DPRD Kotim minta vaksinasi anak dioptimalkan demi keamanan PTM
Baca juga: DPRD Kotim berharap kinerja Bappelitbangda lebih optimal