Kuala Kurun (ANTARA) - Bupati Gunung Mas, Kalimantan Tengah Jaya S Monong meresmikan Huma (Rumah) Adat Hamputan (Keturunan) Stefanus Singarasa Tunda di Desa Batu Nyiwuh Kecamatan Tewah, Sabtu.
“Rumah adat ini menambah kekayaan budaya dan bisa menjadi salah satu tujuan wisata di Gumas. Jadi bagi wisatawan baik lokal maupun mancanegara bisa ke sini,” ucapnya.
Dikatakan olehnya, di rumah adat tersebut wisatawan dapat mengetahui sejarah dan silsilah dari Stefanus Singarasa Tunda. Stefanus Singarasa Tunda merupakan salah satu tokoh yang ikut membangun Kalteng.
Selain itu, tutur suami dari Mimie Mariatie ini, wisatawan juga dapat menginap di Huma Adat Hamputan Stefanus Singarasa Tunda. Di sana masyarakat dapat menikmati pemandangan alam yang indah.
Baca juga: SAPMA Pemuda Pancasila dan Keppma Gumas diminta bantu promosikan objek wisata
Dia pun menyambut baik keberadaan Huma Adat Hamputan Stefanus Singarasa Tunda, karena ini akan mendukung salah satu program kepala daerah yakni smart tourism atau pariwisata yang unggul.
“Saya mengucapkan selamat dan sukses atas peresmian Huma Adat Hamputan Stefanus Singarasa Tunda ini,” kata orang nomor satu di kabupaten bermoto ‘Habangkalan Penyang Karuhei Tatau’ ini.
Ketua Hamputan Stefanus Singarasa Tunda Edison S Mangkin mengatakan, pembangunan rumah adat dimulai pada 2018 lalu. Saat itu mereka mendapat bantuan dana hibah dari Pemerintah Pusat senilai Rp400 juta.
Kemudian, pada tahun 2020 mereka juga mendapat bantuan dari Pemerintah Provinsi Kalteng senilai Rp200 juta. Selanjutnya ada juga swadaya dari Hamputan Singarasa serta sejumlah tokoh.
Pembangunan Huma Adat Stefanus Singarasa Tunda berhasil diselesaikan pada Agustus 2021 lalu, namun karena satu dan lain hal peresmian rumah adat baru bisa dilakukan pada saat ini.
Bupati Gumas Jaya S Monong (batik hijau) bersama Wabup Efrensia L.P Umbing (berkacamata) di Huma Adat Hamputan Stefanus Singarasa Tunda di Desa Batu Nyiwuh Kecamatan Tewah, Sabtu (5/3/2022). (ANTARA/Chandra)
Ketua panitia peresmian rumah adat Kartianae S Mangkin mengatakan bahwa Stefanus Singarasa Tunda merupakan tokoh yang ikut berjuang mempertahankan kemerdekaan dengan bukti surat penghargaan, salah satunya dari Panglima Devisi Lambung Mangkurat
Selain itu, sambung dia, Stefanus Singarasa Tunda juga berjasa dalam memelihara, menjaga dan mempertahankan adat, budaya, dan masyarakat adat, serta sebagai juru damai atau pendamai antara pihak Belanda dengan masyarakat, khususnya di Batu Nyiwuh.
Stefanus Singarasa Tunda juga sosok yang berpendidikan pada zaman Belanda dan bisa baca tulis. Beliau juga mendapat gelar Singa karena merupakan sosok pemberani, tegas dan berwibawa, berpengaruh dan dihormati oleh masyarakat.
Dia berharap rumah adat yang memiliki lebar 6,5 meter dan panjang 24 meter tersebut bisa menjadi ikon wisata dan kebanggaan bagi hamputan serta masyarakat Batu Nyiwuh, mengingat sebenarnya desa tersebut memiliki nilai sejarah yang tinggi.
“Desa Batu Nyiwuh sudah ada dan diakui sejak tahun 1940 dan pada tahun itu juga kakek kami diangkat sebagai kepala kampung dengan gelar Singa, melalui Surat Pengakuan Keresidenan Selatan dan Timur Pulau Kalimantan, sebagai Desa Batu Nyiwuh menjadi desa nomor 34 di Kalimantan,” jelasnya.
Stefanus Singarasa Tunda lahir di Batu Nyiwuh pada 1890 dan berpulang ke pangkuan Tuhan Yang Maha Esa pada 20 November 1960. Dia dimakamkan di Batu Nyiwuh.
Baca juga: Legislator apresiasi usaha Pemda Gumas majukan Tahura Lapak Jaru
Baca juga: Penyewaan motor ATV jadi wahana baru di Tahura Lapak Jaru
Baca juga: Pemkab Gumas terus benahi Air Terjun Batu Mahasur
“Rumah adat ini menambah kekayaan budaya dan bisa menjadi salah satu tujuan wisata di Gumas. Jadi bagi wisatawan baik lokal maupun mancanegara bisa ke sini,” ucapnya.
Dikatakan olehnya, di rumah adat tersebut wisatawan dapat mengetahui sejarah dan silsilah dari Stefanus Singarasa Tunda. Stefanus Singarasa Tunda merupakan salah satu tokoh yang ikut membangun Kalteng.
Selain itu, tutur suami dari Mimie Mariatie ini, wisatawan juga dapat menginap di Huma Adat Hamputan Stefanus Singarasa Tunda. Di sana masyarakat dapat menikmati pemandangan alam yang indah.
Baca juga: SAPMA Pemuda Pancasila dan Keppma Gumas diminta bantu promosikan objek wisata
Dia pun menyambut baik keberadaan Huma Adat Hamputan Stefanus Singarasa Tunda, karena ini akan mendukung salah satu program kepala daerah yakni smart tourism atau pariwisata yang unggul.
“Saya mengucapkan selamat dan sukses atas peresmian Huma Adat Hamputan Stefanus Singarasa Tunda ini,” kata orang nomor satu di kabupaten bermoto ‘Habangkalan Penyang Karuhei Tatau’ ini.
Ketua Hamputan Stefanus Singarasa Tunda Edison S Mangkin mengatakan, pembangunan rumah adat dimulai pada 2018 lalu. Saat itu mereka mendapat bantuan dana hibah dari Pemerintah Pusat senilai Rp400 juta.
Kemudian, pada tahun 2020 mereka juga mendapat bantuan dari Pemerintah Provinsi Kalteng senilai Rp200 juta. Selanjutnya ada juga swadaya dari Hamputan Singarasa serta sejumlah tokoh.
Pembangunan Huma Adat Stefanus Singarasa Tunda berhasil diselesaikan pada Agustus 2021 lalu, namun karena satu dan lain hal peresmian rumah adat baru bisa dilakukan pada saat ini.
Ketua panitia peresmian rumah adat Kartianae S Mangkin mengatakan bahwa Stefanus Singarasa Tunda merupakan tokoh yang ikut berjuang mempertahankan kemerdekaan dengan bukti surat penghargaan, salah satunya dari Panglima Devisi Lambung Mangkurat
Selain itu, sambung dia, Stefanus Singarasa Tunda juga berjasa dalam memelihara, menjaga dan mempertahankan adat, budaya, dan masyarakat adat, serta sebagai juru damai atau pendamai antara pihak Belanda dengan masyarakat, khususnya di Batu Nyiwuh.
Stefanus Singarasa Tunda juga sosok yang berpendidikan pada zaman Belanda dan bisa baca tulis. Beliau juga mendapat gelar Singa karena merupakan sosok pemberani, tegas dan berwibawa, berpengaruh dan dihormati oleh masyarakat.
Dia berharap rumah adat yang memiliki lebar 6,5 meter dan panjang 24 meter tersebut bisa menjadi ikon wisata dan kebanggaan bagi hamputan serta masyarakat Batu Nyiwuh, mengingat sebenarnya desa tersebut memiliki nilai sejarah yang tinggi.
“Desa Batu Nyiwuh sudah ada dan diakui sejak tahun 1940 dan pada tahun itu juga kakek kami diangkat sebagai kepala kampung dengan gelar Singa, melalui Surat Pengakuan Keresidenan Selatan dan Timur Pulau Kalimantan, sebagai Desa Batu Nyiwuh menjadi desa nomor 34 di Kalimantan,” jelasnya.
Stefanus Singarasa Tunda lahir di Batu Nyiwuh pada 1890 dan berpulang ke pangkuan Tuhan Yang Maha Esa pada 20 November 1960. Dia dimakamkan di Batu Nyiwuh.
Baca juga: Legislator apresiasi usaha Pemda Gumas majukan Tahura Lapak Jaru
Baca juga: Penyewaan motor ATV jadi wahana baru di Tahura Lapak Jaru
Baca juga: Pemkab Gumas terus benahi Air Terjun Batu Mahasur