Buntok (ANTARA) - Dinas Lingkungan Hidup Barito Selatan, Kalimantan Tengah mengatakan pengelolaan sampah pada tanggul sanitary landfil di tempat pembuangan akhir (TPA) menggunakan sistem controlled landfill atau secara terkendali.
"Pengelolaan sampah pada TPA saat ini tidak menggunakan sistem sanitary landfill, akan tetapi dengan sistem controlled landfill," kata Kepala Bidang Pengelolaan Sampah, Bahan Berbahaya Beracun dan Peningkatan Kapasitas Lingkungan Hidup pada DLH Barsel, Nanang Shalahuddin, di Buntok, Selasa.
Sanitary Landfill adalah sistem pemusnahan sampah yang dilakukan dengan cara menimbun sampah dengan tanah yang ditimbun selapis demi selapis. Sementara itu, sistem controlled landfill merupakan peningkatan dari open dumping untuk mengurangi potensi gangguan lingkungan yang ditimbulkan dengan cara sampah ditimbun dengan lapisan tanah setiap tujuh hari.
Jika menggunakan sistem sanitary landfill maka tantangannya adalah masih terbatasnya tanah penutup, sehingga sistem pengelolaan sampah yang ditumpuk dalam tanggul sanitary landfill menggunakan sistem controlled landfil.
"Kalau menggunakan sistem sanitary landfill, sampah yang ada pada tanggul harus ditutup menggunakan tanah setiap hari, namun karena terbatasnya tanah penutup, sistem yang digunakan controlled landfil dengan menutup sampah pada tanggul setiap tujuh hari sekali," ucapnya.
Menurut Nanang, nantinya apabila anggaran dari daerah, pengelolaan sampah pada TPA tersebut nantinya akan menggunakan sistem sanitary landfill.
Ia juga menyampaikan, untuk pengelolaan sampah sistem sanitary landfill ini memang mulai dioperasikan sejak Januari 2022 lalu, setelah serah terima dari Satuan Kerja (Satker) Prasarana Wilayah Kalimantan Tengah.
Baca juga: 240 tenaga kontrak DLH Barsel telah terdaftar di BPJS Ketenagakerjaan
Sementara itu untuk alat pendukung dalam pengelolaan sampah pada tanggul sanitary landfill ini ada dua unit alat berat berupa ekskavator yang terdiri dari satu unit dibeli menggunakan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Barsel. Satu unit lainnya merupakan bantuan dari Satker Prasarana wilayah Kalimantan Tengah.
"Peralatan pendukung tersebut sangat membantu sekali dalam membuang sampah ke dalam tanggul di TPA sanitary landfill tersebut" ujarnya.
Selain itu ia juga menyampaikan, untuk pelayanan sampah yang dilaksanakan DLH Barito Selatan ini hanya di perkotaan yang terdiri dari tiga kelurahan dan dua desa di kota Buntok.
"Untuk rata-rata jumlah sampah yang masuk ke TPA dalam setiap harinya itu sebanyak 70 sampai 75 kubik perhari dan petugas di lapangan bekerja setiap hari dalam pengelolaan sampah ini," demikian Nanang Shalahuddin.
Baca juga: Bupati Barsel: Pembangunan 2023 fokus dukung pemulihan ekonomi
Baca juga: Pelayanan hemodialisis di RSUD Jaraga Sasameh Buntok dinilai sudah optimal
Baca juga: KONI Barsel bersiap hadapi Porprov Kalteng
"Pengelolaan sampah pada TPA saat ini tidak menggunakan sistem sanitary landfill, akan tetapi dengan sistem controlled landfill," kata Kepala Bidang Pengelolaan Sampah, Bahan Berbahaya Beracun dan Peningkatan Kapasitas Lingkungan Hidup pada DLH Barsel, Nanang Shalahuddin, di Buntok, Selasa.
Sanitary Landfill adalah sistem pemusnahan sampah yang dilakukan dengan cara menimbun sampah dengan tanah yang ditimbun selapis demi selapis. Sementara itu, sistem controlled landfill merupakan peningkatan dari open dumping untuk mengurangi potensi gangguan lingkungan yang ditimbulkan dengan cara sampah ditimbun dengan lapisan tanah setiap tujuh hari.
Jika menggunakan sistem sanitary landfill maka tantangannya adalah masih terbatasnya tanah penutup, sehingga sistem pengelolaan sampah yang ditumpuk dalam tanggul sanitary landfill menggunakan sistem controlled landfil.
"Kalau menggunakan sistem sanitary landfill, sampah yang ada pada tanggul harus ditutup menggunakan tanah setiap hari, namun karena terbatasnya tanah penutup, sistem yang digunakan controlled landfil dengan menutup sampah pada tanggul setiap tujuh hari sekali," ucapnya.
Menurut Nanang, nantinya apabila anggaran dari daerah, pengelolaan sampah pada TPA tersebut nantinya akan menggunakan sistem sanitary landfill.
Ia juga menyampaikan, untuk pengelolaan sampah sistem sanitary landfill ini memang mulai dioperasikan sejak Januari 2022 lalu, setelah serah terima dari Satuan Kerja (Satker) Prasarana Wilayah Kalimantan Tengah.
Baca juga: 240 tenaga kontrak DLH Barsel telah terdaftar di BPJS Ketenagakerjaan
Sementara itu untuk alat pendukung dalam pengelolaan sampah pada tanggul sanitary landfill ini ada dua unit alat berat berupa ekskavator yang terdiri dari satu unit dibeli menggunakan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Barsel. Satu unit lainnya merupakan bantuan dari Satker Prasarana wilayah Kalimantan Tengah.
"Peralatan pendukung tersebut sangat membantu sekali dalam membuang sampah ke dalam tanggul di TPA sanitary landfill tersebut" ujarnya.
Selain itu ia juga menyampaikan, untuk pelayanan sampah yang dilaksanakan DLH Barito Selatan ini hanya di perkotaan yang terdiri dari tiga kelurahan dan dua desa di kota Buntok.
"Untuk rata-rata jumlah sampah yang masuk ke TPA dalam setiap harinya itu sebanyak 70 sampai 75 kubik perhari dan petugas di lapangan bekerja setiap hari dalam pengelolaan sampah ini," demikian Nanang Shalahuddin.
Baca juga: Bupati Barsel: Pembangunan 2023 fokus dukung pemulihan ekonomi
Baca juga: Pelayanan hemodialisis di RSUD Jaraga Sasameh Buntok dinilai sudah optimal
Baca juga: KONI Barsel bersiap hadapi Porprov Kalteng