Palangka Raya (ANTARA) - Berdasarkan hasil pemantauan Badan Pusat Statistik Kalimantan Tengah terhadap harga-harga di perdesaan pada Mei 2022, Nilai Tukar Petani (NTP) Gabungan gabungan di provinsi ini, sebesar 121,97 atau turun sekitar 7,95 persen dibanding April 2022 yang mencapai 132,50.
Kepala BPS Kalteng Eko Marsoro di Palangka Raya, kemarin, mengatakan turunnya NTP Gabungan itu disebabkan indeks harga hasil produksi pertanian mengalami penurunan, sedangkan indeks harga barang dan jasa yang dikonsumsi oleh rumah tangga (IKRT) terjadi kenaikan.
"Biaya produksi dan penambahan barang modal (BPPBM) di provinsi ini juga mengalami kenaikan," ucapnya.
Penurunan NTP pada Mei 2022, lanjut dia, juga dipengaruhi oleh menurunnya NTP di beberapa subsektor pertanian, yaitu Tanaman Perkebunan Rakyat sekitar 12,36 persen, dan Perikanan 0,25 persen).
"Subsektor lainnya mengalami peningkatan nilai tukar, yakni Peternakan 1,41persen, Hortikultura 1,35 persen, dan Tanaman Pangan 0,09 persen," beber Eko.
Dikatakan, untuk Indeks Harga yang diterima oleh Petani Kalteng pada Mei 2022, turun sekitar 7,14 persen dibanding April 2022, yaitu dari 150,97 menjadi 140,19. Penurunan itu disebabkan turunnya Subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat (11,56 persen).
Sementara Subsektor Hortikultura, Subsektor Peternakan, Subsektor Tanaman Pangan dan Subsektor Perikanan mengalami peningkatan, masing-masing sebesar 2,20 persen, 1,87 persen, 1,06 persen, dan 0,60 persen.
"Untuk indeks harga dibayar oleh petani di Kalteng, dapat dilihat fluktuasi harga barang dan jasa dikonsumsi masyarakat perdesaan, khususnya petani yang merupakan bagian terbesar dari masyarakat perdesaan, serta fluktuasi harga barang dan jasa yang diperlukan untuk memproduksi hasil pertanian," ucapnya.
Berdasarkan data BPS, pada Mei 2022, indeks harga dibayar petani naik sebesar 0,88 persen jika dibanding April 2022, yaitu dari 113,94 menjadi 114,94. Hal ini disebabkan oleh kenaikan nilai diterima petani pada seluruh subsektor, yaitu Tanaman Pangan (0,97 persen), Tanaman Perkebunan Rakyat (0,93 persen), Perikanan (0,86 persen), Hortikultura (0,84 persen), dan Peternakan (0,46 persen).
Kepala BPS Kalteng Eko Marsoro di Palangka Raya, kemarin, mengatakan turunnya NTP Gabungan itu disebabkan indeks harga hasil produksi pertanian mengalami penurunan, sedangkan indeks harga barang dan jasa yang dikonsumsi oleh rumah tangga (IKRT) terjadi kenaikan.
"Biaya produksi dan penambahan barang modal (BPPBM) di provinsi ini juga mengalami kenaikan," ucapnya.
Penurunan NTP pada Mei 2022, lanjut dia, juga dipengaruhi oleh menurunnya NTP di beberapa subsektor pertanian, yaitu Tanaman Perkebunan Rakyat sekitar 12,36 persen, dan Perikanan 0,25 persen).
"Subsektor lainnya mengalami peningkatan nilai tukar, yakni Peternakan 1,41persen, Hortikultura 1,35 persen, dan Tanaman Pangan 0,09 persen," beber Eko.
Dikatakan, untuk Indeks Harga yang diterima oleh Petani Kalteng pada Mei 2022, turun sekitar 7,14 persen dibanding April 2022, yaitu dari 150,97 menjadi 140,19. Penurunan itu disebabkan turunnya Subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat (11,56 persen).
Sementara Subsektor Hortikultura, Subsektor Peternakan, Subsektor Tanaman Pangan dan Subsektor Perikanan mengalami peningkatan, masing-masing sebesar 2,20 persen, 1,87 persen, 1,06 persen, dan 0,60 persen.
"Untuk indeks harga dibayar oleh petani di Kalteng, dapat dilihat fluktuasi harga barang dan jasa dikonsumsi masyarakat perdesaan, khususnya petani yang merupakan bagian terbesar dari masyarakat perdesaan, serta fluktuasi harga barang dan jasa yang diperlukan untuk memproduksi hasil pertanian," ucapnya.
Berdasarkan data BPS, pada Mei 2022, indeks harga dibayar petani naik sebesar 0,88 persen jika dibanding April 2022, yaitu dari 113,94 menjadi 114,94. Hal ini disebabkan oleh kenaikan nilai diterima petani pada seluruh subsektor, yaitu Tanaman Pangan (0,97 persen), Tanaman Perkebunan Rakyat (0,93 persen), Perikanan (0,86 persen), Hortikultura (0,84 persen), dan Peternakan (0,46 persen).