Polisi kaitkan kematian anak dengan sirup batuk impor

Rabu, 12 Oktober 2022 14:56 WIB

Banjul, Gambia (ANTARA) - Kematian 69 anak akibat gagal ginjal akut di Gambia dikaitkan dengan empat sirup batuk buatan India dan yang diimpor melalui perusahaan farmasi yang berbasis di Amerika Serikat, kata polisi Gambia dalam laporan awal, Selasa (11/10).

Penyelidik Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah menemukan jumlah senyawa dietilen glikol dan etilena glikol "yang tidak dapat diterima", yang dapat menjadi racun, pada empat produk buatan Maiden Pharmaceuticals yang berbasis di New Delhi.

Polisi tidak menyebutkan nama Maiden secara langsung, namun memasukkan empat produk yang sama milik perusahaan tersebut yang disebutkan WHO: Promethazine Oral Solution, Kofexmalin Baby Cough Syrup, Makoff Baby Cough Syrup dan Magrip N Cold Syrup.

Atlantic Pharmaceuticals Company yang berbasis di Atlanta, yang mengantongi izin untuk mengekspor obat-obatan ke Gambia, memesan total 50.000 botol sirup-sirup itu, menurut laporan polisi.

Baca juga: Gambia larang impor beras mulai 2016

"Ditetapkan bahwa dari total 50.000 botol sirup bayi yang terkontaminasi tersebut, sebanyak 41.462 botol telah dikarantina/disita... dan 8.538 botol belum ditemukan," tulis pernyataan itu, menambahkan penyelidikan masih berlangsung.

Atlantic Pharmaceuticals tidak dapat dihubungi untuk dimintai komentar.

Pihak Maiden pekan lalu mengatakan kepada Reuters sedang berupaya mencari informasi lebih lanjut.

September lalu otoritas Gambia melakukan penyelidikan setelah para doktor pada Juli memperhatikan bahwa sejumlah anak mengalami gejala seusai mengonsumsi sirup parasetamol yang dijual secara lokal, yang biasanya digunakan untuk mengobati demam.

Gagal ginjal akut menyebabkan 69 anak meninggal, menurut pemerintah, yang telah menangguhkan penjualan semua merek sirup batuk parasetamol dan menariknya dari semua apotek dan rumah tangga.

Sejauh ini sirup Maiden Pharma yang terkontaminasi telah didistribusikan di Gambia, meski produk tersebut kemungkinan juga masuk ke pasar-pasar secara ilegal.

"Kami semua korban malpraktek perusahaan. Sebagai sebuah negara, kami tidak memiliki semua sumber daya dan personel. Kami tidak mempunyai laboratorium untuk menguji obat-obatan," kata Menteri Kesehatan Ahmad Lamin Samateh pekan lalu.

Mitra internasional akan membantu Gambia memperketat sistem pengawasan medis dan aturan impor, katanya, menegaskan bahwa pemerintah sedang mengambil sejumlah langkah untuk manufaktur di India.

Sumber: Reuters

Baca juga: Gambia akan bangun RS herbal untuk pasien AIDS

Baca juga: Bisakah orang dewasa dan anak gunakan obat batuk & flu yang sama?

Baca juga: Mengenal kandungan bahan dalam obat batuk

Pewarta : Asri Mayang Sari
Uploader : Admin Kalteng
Copyright © ANTARA 2024

Terkait

Mali dan Gambia tutup penyisihan Grup F dengan kemenangan

21 January 2022 7:42 Wib, 2022

Dua kasus pertama varian COVID Inggris

15 January 2021 11:50 Wib, 2021

Gambia Tutup Stasiun Radio Setelah Serangan Pada Istana

06 January 2015 9:52 Wib, 2015

AS Kutuk Upaya Kudeta Di Gambia

31 December 2014 9:48 Wib, 2014

Gambia larang impor beras mulai 2016

18 June 2013 15:02 Wib, 2013
Terpopuler

APBN 2025 terbanyak di Pusat, Teras Narang sebut kepala daerah dituntut inovatif

Kabar Daerah - 14 December 2024 18:23 Wib

Disarpustaka Kapuas sambut siswa SD Islam Azza dalam kegiatan literasi

Kabar Daerah - 17 December 2024 10:52 Wib

Waket DPRD Bartim jadi dewan pakar Pemuda Katolik Pusat

Kabar Daerah - 13 jam lalu

DPUPR Perkim: Proyek peningkatan jalan lingkar timur berlanjut 2025

Kabar Daerah - 15 December 2024 6:52 Wib

DPRD Palangka Raya sepakat bahas raperda Penyelenggaraan Ketenagakerjaan

Kabar Daerah - 17 December 2024 11:56 Wib