Sampit (ANTARA) - Merelokasi permukiman warga di daerah langganan banjir parah di Kabupaten Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah, bisa menjadi opsi yang sedang dipertimbangkan pemerintah daerah. 

"Hari ini kami memantau tempat relokasi apabila di Desa Hanjalipan terjadi banjir. Dulu pernah dilakukan relokasi untuk warga berupa rumah-rumah yang tempatnya disesuaikan dengan kepemilikan tanah," kata Kepala Dinas Sosial Kotawaringin Timur, Wiyono di Sampit, Kamis. 

Wiyono bersama stafnya turun ke Kecamatan Kota Besi menyalurkan bantuan untuk korban banjir. Bantuan tersebut dari Kementerian Sosial melalui Bulog sebanyak satu ton berupa 200 sak dengan setiap sak 5 kilogram. Untuk Desa Hanjalipan sebanyak 100 sak, Simpur 50 sak dan Soren 50 sak.

Dia berharap bantuan tersebut bisa membantu masyarakat korban banjir, setidaknya satu minggu. Desa Hanjalipan ini sudah tiga kali diberikan bantuan dalam banjir yang 1,5 bulan. 

Pemerintah Kabupaten Kotawaringin Timur melalui Dinas Sosial sudah tiga ton disalurkan ke beberapa kecamatan yang dilanda banjir. Dinas Sosial juga ada mengusulkan bantuan kepada Kementerian Sosial dan diharapkan segera dikabulkan. 

Terkait dapur umum, kata Wiyono, bisa didirikan jika pemerintah daerah menetapkan status dari siaga menjadi tanggap darurat banjir. Melihat kondisi saat ini, paling tidak ada beberapa desa yang statusnya dinaikkan menjadi tanggap darurat sehingga bisa menjadi dasar membuat dapur umum. 

"Kalau Desa Hanjalipan layak naik status karena kedalamannya sudah lebih dari 1,5 meter dari tanah sehingga mereka sudah tidak bisa lagi beraktivitas. Nanti ada program beras CBD yang bisa kita gunakan sesuai kebutuhan masyarakat karena dihitung per hari 0,4 kilogram," jelas Wiyono. 

Baca juga: Dinkes Kotim imbau larangan penggunaan obat sirup dipatuhi

Desa Hanjalipan merupakan desa yang selalu menjadi terparah jika terjadi banjir setiap tahunnya. Saat ini, banjir sudah 1,5 bulan melanda desa itu dengan kondisi sangat parah. 

Beberapa tahun silam pemerintah pernah membantu pembangunan rumah untuk warga Desa Hanjalipan di lokasi yang lebih tinggi. Sayangnya saat itu sebagian rumah tersebut tidak ditempati oleh warga. Namun dengan banjir yang semakin parah, kini banyak warga yang menyuarakan opsi relokasi tersebut. 

Saat meninjau ke lokasi relokasi, Wiyono menyaksikan sendiri terlihat ada dua rumah yang masih berdiri tetapi sudah tidak layak untuk dihuni. Ada juga informasi dari pemerintah desa bahwa beberapa tempat sudah tidak ada rumahnya.

"Lahan yang di bukit cocok untuk relokasi karena dekat dengan pusat desa dan akses jalannya juga dekat dengan ibu kota kecamatan. Jaraknya sekitar satu kilometer dari sungai di atas bukit. Sebagian ada juga yang tidak bagus lagi karena banjir," demikian Wiyono. 

Kepala Desa Hanjalipan, Sapransyah menjelaskan, desa tersebut dihuni 461 kepala keluarga. Saat ini banjir sudah merendam 100 persen rumah yang ada di desa itu, bahkan sudah 15 kepala keluarga mengungsi sejak dua hari ini ke bukit-bukit dengan membangun pondok. 

Pihaknya sudah mengumumkan kepada masyarakat, bagi yang ingin mengungsi, Pemerintah Desa Hanjalipan siap membuatkan tenda karena ada bantuan terlalu dan peralatan di dapur umum. 

"Ketinggian air di atas jalan desa 150 sampai 250 centimeter. Warga yang bertahan, mereka membangun apar-apar. Kalau banjir sudah hampir mencapai atap, mereka sudah tidak bisa lagi. Sekarang masih bisa bertahan. Ada juga yang pindah ke lanting," demikian Sapransyah. 

Baca juga: Puas hasil TMMD, Pemkab Kotim siap tingkatkan anggaran

Baca juga: Legislator Kotim minta pemkab segera sosialisasikan larangan obat sirup

Baca juga: Pemanah muda Kotim sumbang dua medali untuk Kalteng

Pewarta : Norjani
Editor : Muhammad Arif Hidayat
Copyright © ANTARA 2024