Sampit (ANTARA) - Pemerintah Provinsi Kalimantan Tengah bekerjasama dengan Bulog menyalurkan beras bersubsidi di Sampit Kabupaten Kotawaringin Timur untuk membantu menekan inflasi di daerah ini.
"Kegiatan ini atas arahan Pak Gubernur Sugianto Sabran. Kami berharap dengan beras bersubsidi jenis beras pera (karau) dan pulen itu, masyarakat bisa terbantu dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari. Selain itu, ini juga upaya kita menekan inflasi di Sampit," kata Kepala Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Kalimantan Tengah, Riza Rahmadi di Sampit, Sabtu.
Riza menjelaskan, penghitungan pertumbuhan ekonomi Kalimantan Tengah diukur dari kondisi di Kota Palangka Raya dan Sampit Kabupaten Kotawaringin Timur, termasuk dalam hal inflasi. Untuk itulah pemerintah provinsi berkepentingan membantu pengendalian inflasi di Sampit.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik, inflasi di kota Sampit pada Desember 2022 sebesar 0,28 persen. Beras termasuk dalam lima komoditas yang turut andil terhadap inflasi yaitu sebesar 0,06 persen.
Data itulah yang menjadi dasar pemerintah provinsi memberi subsidi beras dalam kegiatan di Sampit. Dengan begitu masyarakat bisa mendapatkan beras dengan harga jauh lebih murah dibanding di pasar.
"Kami berharap Pemkab Kotawaringin Timur juga terus berupaya untuk mengendalikan inflasi. Seperti halnya pasar penyeimbang, kami melihat itu bagus untuk dilanjutkan karena terbukti efektif berdampak terhadap stabilitas harga kebutuhan pokok di pasaran," kata Riza.
Sementara itu, penyaluran beras bersubsidi dilaksanakan di halaman aula kantor Kecamatan Baamang. Warga sangat antusias karena harga beras yang dijual lebih murah dibanding di pasar.
Baca juga: Penyeberangan mobil di Sampit direalisasikan tahun ini
Kepala Cabang Bulog Sub Divisi Regional Sampit, Rony Hadianto mengatakan, sesuai permintaan pemerintah provinsi yaitu sebanyak delapan ton, yang terbagi pada beras jenis pera (karau) dan beras pulen.
"Ini upaya Pemprov Kalteng melalui Dinas Ketahanan Pangan untuk menekan inflasi di Sampit. Kami dilibatkan dalam menyalurkan beras bersubsidi ini, sekaligus untuk mencegah kenaikan harga beras di pasaran," kata Rony.
Camat Baamang Ady Candra menyampaikan terima kasihnya kepada pemerintah provinsi karena telah membantu masyarakatnya dalam memenuhi kebutuhan beras. Kegiatan ini sangat bermanfaat karena harganya lebih murah dibanding di pasaran.
"Kami meminta kepada Pak Gubernur untuk membantu masyarakat kami dengan menggelar kegiatan seperti ini secara rutin. Nanti kalau bisa ada lagi saat seminggu menjelang Ramadhan dan seminggu menjelang lebaran karena saya itu biasanya terjadi kenaikan harga kebutuhan pokok," kata Ady.
Sementara itu warga sangat antusias membeli beras bersubsidi tersebut. Apalagi penyelenggara tidak membatasi jumlah pembelian sehingga warga bisa membeli beras dengan jumlah sesuai kebutuhan mereka.
"Harganya juga jauh lebih murah. Di pasar harga beras karau antara Rp15.000 hingga Rp21.000 ribu. Ada juga yang dijual Rp70.000 per sak 5 kilogram. Di sini lebih murah Rp20.000 lebih. Makanya ini sangat membantu masyarakat seperti kami," demikian Asiah, salah seorang warga setempat.
Baca juga: Bupati Kotim dorong pemanfaatan lahan kosong mengantisipasi dampak resesi
Baca juga: Perlu inovasi menghidupkan wisata ikon Jelawat agar tidak ditinggalkan
Baca juga: Bupati Kotim minta tenaga kesehatan imbangi upaya peningkatan kualitas pelayanan
"Kegiatan ini atas arahan Pak Gubernur Sugianto Sabran. Kami berharap dengan beras bersubsidi jenis beras pera (karau) dan pulen itu, masyarakat bisa terbantu dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari. Selain itu, ini juga upaya kita menekan inflasi di Sampit," kata Kepala Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Kalimantan Tengah, Riza Rahmadi di Sampit, Sabtu.
Riza menjelaskan, penghitungan pertumbuhan ekonomi Kalimantan Tengah diukur dari kondisi di Kota Palangka Raya dan Sampit Kabupaten Kotawaringin Timur, termasuk dalam hal inflasi. Untuk itulah pemerintah provinsi berkepentingan membantu pengendalian inflasi di Sampit.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik, inflasi di kota Sampit pada Desember 2022 sebesar 0,28 persen. Beras termasuk dalam lima komoditas yang turut andil terhadap inflasi yaitu sebesar 0,06 persen.
Data itulah yang menjadi dasar pemerintah provinsi memberi subsidi beras dalam kegiatan di Sampit. Dengan begitu masyarakat bisa mendapatkan beras dengan harga jauh lebih murah dibanding di pasar.
"Kami berharap Pemkab Kotawaringin Timur juga terus berupaya untuk mengendalikan inflasi. Seperti halnya pasar penyeimbang, kami melihat itu bagus untuk dilanjutkan karena terbukti efektif berdampak terhadap stabilitas harga kebutuhan pokok di pasaran," kata Riza.
Sementara itu, penyaluran beras bersubsidi dilaksanakan di halaman aula kantor Kecamatan Baamang. Warga sangat antusias karena harga beras yang dijual lebih murah dibanding di pasar.
Baca juga: Penyeberangan mobil di Sampit direalisasikan tahun ini
Kepala Cabang Bulog Sub Divisi Regional Sampit, Rony Hadianto mengatakan, sesuai permintaan pemerintah provinsi yaitu sebanyak delapan ton, yang terbagi pada beras jenis pera (karau) dan beras pulen.
"Ini upaya Pemprov Kalteng melalui Dinas Ketahanan Pangan untuk menekan inflasi di Sampit. Kami dilibatkan dalam menyalurkan beras bersubsidi ini, sekaligus untuk mencegah kenaikan harga beras di pasaran," kata Rony.
Camat Baamang Ady Candra menyampaikan terima kasihnya kepada pemerintah provinsi karena telah membantu masyarakatnya dalam memenuhi kebutuhan beras. Kegiatan ini sangat bermanfaat karena harganya lebih murah dibanding di pasaran.
"Kami meminta kepada Pak Gubernur untuk membantu masyarakat kami dengan menggelar kegiatan seperti ini secara rutin. Nanti kalau bisa ada lagi saat seminggu menjelang Ramadhan dan seminggu menjelang lebaran karena saya itu biasanya terjadi kenaikan harga kebutuhan pokok," kata Ady.
Sementara itu warga sangat antusias membeli beras bersubsidi tersebut. Apalagi penyelenggara tidak membatasi jumlah pembelian sehingga warga bisa membeli beras dengan jumlah sesuai kebutuhan mereka.
"Harganya juga jauh lebih murah. Di pasar harga beras karau antara Rp15.000 hingga Rp21.000 ribu. Ada juga yang dijual Rp70.000 per sak 5 kilogram. Di sini lebih murah Rp20.000 lebih. Makanya ini sangat membantu masyarakat seperti kami," demikian Asiah, salah seorang warga setempat.
Baca juga: Bupati Kotim dorong pemanfaatan lahan kosong mengantisipasi dampak resesi
Baca juga: Perlu inovasi menghidupkan wisata ikon Jelawat agar tidak ditinggalkan
Baca juga: Bupati Kotim minta tenaga kesehatan imbangi upaya peningkatan kualitas pelayanan