Jakarta (ANTARA) - Brand clothing asal Bandung besutan Fadli Maulana Ibrahim yakni Miracle Mates sukses meraup keuntungan hingga Rp1 miliar di momen Lebaran 2023.
"Dengan modal awal Rp600 ribu, lebaran kali ini Miracle Mates berhasil menghasilkan omzet lebih dari Rp1 miliar dalam satu bulan. Angka yang patut disyukuri meski sejujurnya bukan itu yang bisa memuaskan aku untuk melakoni karier sebagai pengusaha," kata Fadli dalam keterangannya pada Sabtu.
Fadli memulai Miracle Mates di usia 16 tahun pada 2014 saat dia duduk di bangku SMA kelas 10.
Fadli yang tertarik mengikuti perkembangan fashion di dalam dan luar negeri itu memulai jenamanya sendiri dengan dibantu seorang teman menyematkan idenya pada t-shirt dengan modal Rp600 ribu untuk jumlah satu lusin.
"Lalu produk itu aku jual ke teman-teman terdekat saja. Ketika itu benar-benar enggak money oriented, enggak mikir uang sama sekali, karena suka saja dan merasa keren punya brand sendiri," kata Fadli.
Baca juga: Brand lokal bukuqu cari ilustrator untuk kolaborasi
Modal Rp600 ribu itu akhirnya menelurkan penghasilan sebesar Rp1 juta rupiah. Itulah penghasilan awal Miracle Mates yang akhirnya diputar kembali sebagai modal kerja.
Ketika memulai Miracle Mates, ia hanya memiliki seorang partner yang memang menyimpan ketertarikan pada dunia fashion. Sembilan tahun berlalu, kini Miracle Mates ditukangi oleh 12 orang yang memiliki tugas masing-masing dalam menjaga eksistensi Miracle Mates di skena local brand.
Fadli bercerita, ketika awal mendirikan Miracle Mates, ia benar-benar tak mengerti bagaimana cara memanfaatkan teknologi. Ia hanya memanfaatkan Instagram, media sosial populer bagi generasi z sepertinya, dalam mengenalkan produk-produk Miracle Mates.
"Bahkan waktu itu aku sendiri yang anter produk yang dibeli. Aku ngerasa senang saja, bisa nyamperin pembeli ke rumahnya, atau COD-an untuk anter-anter baju. Bahkan, enggak sedikit juga pembeli yang mau datang ke rumah aku untuk mengambil sendiri produk yang mereka pesan," kata Fadli.
Miracle Mates tidak serta-merta mencapai eksistensinya dalam sekejap mata. Bahkan, Fadli mengaku harus melalui beberapa kisah pilu dalam melakoni bisnisnya, salah satunya adalah yang berkaitan dengan orangtua.
Suatu hari menjelang Hari Raya Lebaran 2016, Fadli bercerita, ia membuka booth di Jalan Trunojoyo, Kota Bandung, yang berstatus sebagai pusat industri fashion lokal dan menjadi incaran masyarakat dalam berbelanja. Di hari pertama ia membuka lapaknya, sedikit sekali peminat yang mau mampir dan membelanjakan uangnya untuk Miracle Mates.
“Waktu itu orangtua datang dan lihat aku berjualan di booth. Pas pulang ke rumah, orangtua nanya ada yang kejual enggak barangnya? Aku jawab ada, padahal waktu itu enggak ada yang beli sama sekali. Aku hanya enggak mau mereka kepikiran,” tuturnya.
Tapi sepertinya ucapan adalah doa. Di hari ketiga booth itu berdiri, akhirnya produk Miracle Mates berhasil terjual dan banyak peminat.
Transformasi digital
Seiring berjalannya waktu, dunia mengalami pandemi COVID-19 yang menghantam ekonomi. Seperti yang dialami merek lainnya, Miracle Mates pun terancam tak bisa melanjutkan berkarya karena lesunya daya beli dan berbagai keterbatasan yang ada.
Tapi Fadli tak menyerah, ia terus memutar otak dan mencari jalan keluar memanfaatkan transformasi digital dengan membawa brand nya ke ranah e-commerce.
"Akhirnya itu adalah titik kali pertama Miracle Mates bikin toko di e-commerce. Market Miracle Mates yang awalnya hanya offline saja, ketika itu justru mendapat sambutan cukup luar biasa dari market online. Itu menjadi awal di mana Miracle Mates mendapat penghasilan yang sepadan," kata Fadli.
Berbagai pengorbanan itu membuahkan hasil yang sepadan bagi Fadli. Antrean pengunjung telah menjadi pemandangan yang biasa di toko Miracle Mates yang berdiri di The Hallway, Pasar Kosambi, Kota Bandung.
Fadli mengatakan bahwa kunci dari kesuksesannya ialah dengan terus berupaya konsisten, mengingat sembilan tahun bukanlah waktu yang sebentar.
"Untuk bisa konsisten, kuncinya kita harus menyukai apa yang sedang kita jalani. Misalnya aku, ya aku suka banget fashion, suka industrinya, suka orang-orangnya, dan aku bergaul di lingkungan itu. Jadi cobalah untuk mengembangkan sesuatu sambil main, sehingga dijalankannya bisa dengan enjoy," kata Fadli.
"Dengan modal awal Rp600 ribu, lebaran kali ini Miracle Mates berhasil menghasilkan omzet lebih dari Rp1 miliar dalam satu bulan. Angka yang patut disyukuri meski sejujurnya bukan itu yang bisa memuaskan aku untuk melakoni karier sebagai pengusaha," kata Fadli dalam keterangannya pada Sabtu.
Fadli memulai Miracle Mates di usia 16 tahun pada 2014 saat dia duduk di bangku SMA kelas 10.
Fadli yang tertarik mengikuti perkembangan fashion di dalam dan luar negeri itu memulai jenamanya sendiri dengan dibantu seorang teman menyematkan idenya pada t-shirt dengan modal Rp600 ribu untuk jumlah satu lusin.
"Lalu produk itu aku jual ke teman-teman terdekat saja. Ketika itu benar-benar enggak money oriented, enggak mikir uang sama sekali, karena suka saja dan merasa keren punya brand sendiri," kata Fadli.
Baca juga: Brand lokal bukuqu cari ilustrator untuk kolaborasi
Modal Rp600 ribu itu akhirnya menelurkan penghasilan sebesar Rp1 juta rupiah. Itulah penghasilan awal Miracle Mates yang akhirnya diputar kembali sebagai modal kerja.
Ketika memulai Miracle Mates, ia hanya memiliki seorang partner yang memang menyimpan ketertarikan pada dunia fashion. Sembilan tahun berlalu, kini Miracle Mates ditukangi oleh 12 orang yang memiliki tugas masing-masing dalam menjaga eksistensi Miracle Mates di skena local brand.
Fadli bercerita, ketika awal mendirikan Miracle Mates, ia benar-benar tak mengerti bagaimana cara memanfaatkan teknologi. Ia hanya memanfaatkan Instagram, media sosial populer bagi generasi z sepertinya, dalam mengenalkan produk-produk Miracle Mates.
"Bahkan waktu itu aku sendiri yang anter produk yang dibeli. Aku ngerasa senang saja, bisa nyamperin pembeli ke rumahnya, atau COD-an untuk anter-anter baju. Bahkan, enggak sedikit juga pembeli yang mau datang ke rumah aku untuk mengambil sendiri produk yang mereka pesan," kata Fadli.
Miracle Mates tidak serta-merta mencapai eksistensinya dalam sekejap mata. Bahkan, Fadli mengaku harus melalui beberapa kisah pilu dalam melakoni bisnisnya, salah satunya adalah yang berkaitan dengan orangtua.
Suatu hari menjelang Hari Raya Lebaran 2016, Fadli bercerita, ia membuka booth di Jalan Trunojoyo, Kota Bandung, yang berstatus sebagai pusat industri fashion lokal dan menjadi incaran masyarakat dalam berbelanja. Di hari pertama ia membuka lapaknya, sedikit sekali peminat yang mau mampir dan membelanjakan uangnya untuk Miracle Mates.
“Waktu itu orangtua datang dan lihat aku berjualan di booth. Pas pulang ke rumah, orangtua nanya ada yang kejual enggak barangnya? Aku jawab ada, padahal waktu itu enggak ada yang beli sama sekali. Aku hanya enggak mau mereka kepikiran,” tuturnya.
Tapi sepertinya ucapan adalah doa. Di hari ketiga booth itu berdiri, akhirnya produk Miracle Mates berhasil terjual dan banyak peminat.
Transformasi digital
Seiring berjalannya waktu, dunia mengalami pandemi COVID-19 yang menghantam ekonomi. Seperti yang dialami merek lainnya, Miracle Mates pun terancam tak bisa melanjutkan berkarya karena lesunya daya beli dan berbagai keterbatasan yang ada.
Tapi Fadli tak menyerah, ia terus memutar otak dan mencari jalan keluar memanfaatkan transformasi digital dengan membawa brand nya ke ranah e-commerce.
"Akhirnya itu adalah titik kali pertama Miracle Mates bikin toko di e-commerce. Market Miracle Mates yang awalnya hanya offline saja, ketika itu justru mendapat sambutan cukup luar biasa dari market online. Itu menjadi awal di mana Miracle Mates mendapat penghasilan yang sepadan," kata Fadli.
Berbagai pengorbanan itu membuahkan hasil yang sepadan bagi Fadli. Antrean pengunjung telah menjadi pemandangan yang biasa di toko Miracle Mates yang berdiri di The Hallway, Pasar Kosambi, Kota Bandung.
Fadli mengatakan bahwa kunci dari kesuksesannya ialah dengan terus berupaya konsisten, mengingat sembilan tahun bukanlah waktu yang sebentar.
"Untuk bisa konsisten, kuncinya kita harus menyukai apa yang sedang kita jalani. Misalnya aku, ya aku suka banget fashion, suka industrinya, suka orang-orangnya, dan aku bergaul di lingkungan itu. Jadi cobalah untuk mengembangkan sesuatu sambil main, sehingga dijalankannya bisa dengan enjoy," kata Fadli.