Bandarlampung (ANTARA) - Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan (Disnakeswan) Provinsi Lampung menyebutkan stok telur di daerah itu cukup meskipun terjadi kenaikan harga dalam sepekan terakhir.
"Mengenai kenaikan harga telur ini, mungkin terjadi karena banyak faktor, tetapi untuk stok di Lampung aman. Untuk harga mungkin bisa ditanyakan ke dinas terkait," ujar Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Lampung Lily Mawarti di Bandarlampung, Selasa.
Ia mengatakan mencukupinya ketersediaan telur ayam di Lampung di tengah kenaikan harga di pasaran itu terlihat dari adanya surplus sebanyak 18.750 ton.
"Ketersediaan aman, malah ada surplus produksi telur bulan ini sebanyak 18.750 ton," katanya.
Dia melanjutkan adanya kenaikan harga telur itu bisa juga disebabkan oleh kenaikan harga pakan ternak.
"Yang kita ketahui harga (telur) dipengaruhi harga pakan ternak yang naik, tapi yang pasti ketersediaan cukup selebihnya untuk stok," ucapnya.
Menurut dia, pihaknya akan terus melakukan pemantauan berkala untuk menjaga ketersediaan telur ayam.
Sebelumnya tanggapan atas kenaikan harga disampaikan oleh salah seorang pedagang sembako di salah satu pasar tradisional di Bandarlampung yakni di Pasar Kangkung, Sumartini.
"Harga telur awalnya Rp27.000 an per kilogram, beberapa hari ini harga berubah-ubah sekarang Rp29.500 per kilogram," ujar Sumartini.
Ia mengatakan para pedagang menaikkan harga dengan menyesuaikan harga jual dari distributor serta harga kandang.
"Harga jual tergantung naik turunnya harga di distributor dan kandang. Beberapa hari lalu sempat tinggi sekali harga beli awal bisa Rp28.500 jadi sempat jual Rp30.000 per kilogram," tambahnya.
Diketahui berdasarkan data Pusat Informasi Harga Pangan Strategis Nasional (PIHPS) pada Selasa (23/5) harga telur di Provinsi Lampung secara rata-rata sebesar Rp29 ribu per kilogram.
Dengan harga tertinggi ada di Pasar Tejo Agung 24 Kota Metro dengan harga Rp31 ribu per kilogram dan harga terendah ada di Pasar Tugu Kota Bandarlampung yaitu Rp26.500 per kilogram.
Sebelumnya harga rerata telur ayam ras di Lampung berdasarkan data Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Lampung pada Februari berkisar Rp26.667-Rp27.145 per kilogram, di Maret Rp24.404-Rp26.682 per kilogram, pada April Rp27.000 per kilogram.
Sedangkan ketersediaan stok telur ayam pada Maret-April 2023 lalu total mencapai 59.729 ton dengan konsumsi 32.104 ton, atau dapat dikatakan ada kelebihan stok sebanyak 27.625 ton.
Sebelumnya, Satgas Pangan Polri mengidentifikasi penyebab kenaikan harga telur ayam ras di sejumlah pasar berdasarkan hasil pemantauan di beberapa wilayah.
"Ada beberapa penyebab meningkatnya harga telur ayam ras," kata Kepala Satgas Pangan Pusat Brigjen Pol. Whisnu Hermawan di Jakarta, Senin.
Penyebab pertama, katanya, kenaikan harga disebabkan adanya kelangkaan bahan baku pakan ternak, khususnya ayam petelur. Kondisi itu menyebabkan harga pakan ayam yang tinggi mencapai Rp8.500 sampai Rp8.700 per kilogram.
Menurut Whisnu, tingginya harga pakan merupakan refleksi dari harga bahan baku pakan, sehingga menyebabkan tidak semua peternak ayam petelur dapat membeli pakan ternak.
"Sebagian peternak ayam petelur memilih untuk tutup dan peternak ayam petelur yang sanggup membeli pakan akan menaikkan biaya produksinya," jelasnya.
Kedua, biaya transportasi atau angkutan distribusi telur dari daerah penghasil telur ke daerah yang belum memiliki kemampuan mencukupi kebutuhan telur cukup mahal.
"Beberapa daerah belum bisa mencukupi kebutuhan telur ayam ras di daerahnya, sehingga masih supply dari daerah lain," tambahnya.
Ketiga, permintaan kebutuhan masyarakat akan telur ayam ras cukup tinggi, salah satunya untuk program pencegahan stunting yang dilakukan Pemerintah.
"Adanya bantuan sosial dan kebijakan dari Badan Pangan terkait stunting," katanya.
Satgas Pangan Polri terus berupaya mencari solusi untuk mengendalikan harga serta ketersediaan telur ayam ras di masyarakat.
Solusi tersebut antara lain berkoordinasi dengan Direktorat Jenderal Perdagangan Luar Negeri dan instansi terkait untuk mempercepat realisasi importasi bahan baku pakan ternak karena terbatasnya stok dalam negeri.
"Satgas Pangan turun langsung ke para distributor dan sentra pasar untuk mengecek stabilitas harga dalam rangka menjaga kestabilan bahan pakan ternak, terutama jagung dan bahan pakan yang berasal dari impor," jelasnya.
Kemudian, Satgas Pangan Polri juga berkoordinasi dengan pemerintah daerah dan instansi terkait untuk memastikan kelancaran distribusi transportasi atau angkut terhadap bahan pakan ternak ke peternakan dan peternak ayam petelur ke konsumen.
"Satgas Pangan berupaya memangkas rantai distribusi yang bertujuan untuk mengurangi margin harga, sehingga harga di tingkat konsumen stabil sesuai dengan harga acuan yang ditetapkan oleh pemerintah," ujar Whisnu.
"Mengenai kenaikan harga telur ini, mungkin terjadi karena banyak faktor, tetapi untuk stok di Lampung aman. Untuk harga mungkin bisa ditanyakan ke dinas terkait," ujar Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Lampung Lily Mawarti di Bandarlampung, Selasa.
Ia mengatakan mencukupinya ketersediaan telur ayam di Lampung di tengah kenaikan harga di pasaran itu terlihat dari adanya surplus sebanyak 18.750 ton.
"Ketersediaan aman, malah ada surplus produksi telur bulan ini sebanyak 18.750 ton," katanya.
Dia melanjutkan adanya kenaikan harga telur itu bisa juga disebabkan oleh kenaikan harga pakan ternak.
"Yang kita ketahui harga (telur) dipengaruhi harga pakan ternak yang naik, tapi yang pasti ketersediaan cukup selebihnya untuk stok," ucapnya.
Menurut dia, pihaknya akan terus melakukan pemantauan berkala untuk menjaga ketersediaan telur ayam.
Sebelumnya tanggapan atas kenaikan harga disampaikan oleh salah seorang pedagang sembako di salah satu pasar tradisional di Bandarlampung yakni di Pasar Kangkung, Sumartini.
"Harga telur awalnya Rp27.000 an per kilogram, beberapa hari ini harga berubah-ubah sekarang Rp29.500 per kilogram," ujar Sumartini.
Ia mengatakan para pedagang menaikkan harga dengan menyesuaikan harga jual dari distributor serta harga kandang.
"Harga jual tergantung naik turunnya harga di distributor dan kandang. Beberapa hari lalu sempat tinggi sekali harga beli awal bisa Rp28.500 jadi sempat jual Rp30.000 per kilogram," tambahnya.
Diketahui berdasarkan data Pusat Informasi Harga Pangan Strategis Nasional (PIHPS) pada Selasa (23/5) harga telur di Provinsi Lampung secara rata-rata sebesar Rp29 ribu per kilogram.
Dengan harga tertinggi ada di Pasar Tejo Agung 24 Kota Metro dengan harga Rp31 ribu per kilogram dan harga terendah ada di Pasar Tugu Kota Bandarlampung yaitu Rp26.500 per kilogram.
Sebelumnya harga rerata telur ayam ras di Lampung berdasarkan data Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Lampung pada Februari berkisar Rp26.667-Rp27.145 per kilogram, di Maret Rp24.404-Rp26.682 per kilogram, pada April Rp27.000 per kilogram.
Sedangkan ketersediaan stok telur ayam pada Maret-April 2023 lalu total mencapai 59.729 ton dengan konsumsi 32.104 ton, atau dapat dikatakan ada kelebihan stok sebanyak 27.625 ton.
Sebelumnya, Satgas Pangan Polri mengidentifikasi penyebab kenaikan harga telur ayam ras di sejumlah pasar berdasarkan hasil pemantauan di beberapa wilayah.
"Ada beberapa penyebab meningkatnya harga telur ayam ras," kata Kepala Satgas Pangan Pusat Brigjen Pol. Whisnu Hermawan di Jakarta, Senin.
Penyebab pertama, katanya, kenaikan harga disebabkan adanya kelangkaan bahan baku pakan ternak, khususnya ayam petelur. Kondisi itu menyebabkan harga pakan ayam yang tinggi mencapai Rp8.500 sampai Rp8.700 per kilogram.
Menurut Whisnu, tingginya harga pakan merupakan refleksi dari harga bahan baku pakan, sehingga menyebabkan tidak semua peternak ayam petelur dapat membeli pakan ternak.
"Sebagian peternak ayam petelur memilih untuk tutup dan peternak ayam petelur yang sanggup membeli pakan akan menaikkan biaya produksinya," jelasnya.
Kedua, biaya transportasi atau angkutan distribusi telur dari daerah penghasil telur ke daerah yang belum memiliki kemampuan mencukupi kebutuhan telur cukup mahal.
"Beberapa daerah belum bisa mencukupi kebutuhan telur ayam ras di daerahnya, sehingga masih supply dari daerah lain," tambahnya.
Ketiga, permintaan kebutuhan masyarakat akan telur ayam ras cukup tinggi, salah satunya untuk program pencegahan stunting yang dilakukan Pemerintah.
"Adanya bantuan sosial dan kebijakan dari Badan Pangan terkait stunting," katanya.
Satgas Pangan Polri terus berupaya mencari solusi untuk mengendalikan harga serta ketersediaan telur ayam ras di masyarakat.
Solusi tersebut antara lain berkoordinasi dengan Direktorat Jenderal Perdagangan Luar Negeri dan instansi terkait untuk mempercepat realisasi importasi bahan baku pakan ternak karena terbatasnya stok dalam negeri.
"Satgas Pangan turun langsung ke para distributor dan sentra pasar untuk mengecek stabilitas harga dalam rangka menjaga kestabilan bahan pakan ternak, terutama jagung dan bahan pakan yang berasal dari impor," jelasnya.
Kemudian, Satgas Pangan Polri juga berkoordinasi dengan pemerintah daerah dan instansi terkait untuk memastikan kelancaran distribusi transportasi atau angkut terhadap bahan pakan ternak ke peternakan dan peternak ayam petelur ke konsumen.
"Satgas Pangan berupaya memangkas rantai distribusi yang bertujuan untuk mengurangi margin harga, sehingga harga di tingkat konsumen stabil sesuai dengan harga acuan yang ditetapkan oleh pemerintah," ujar Whisnu.