Jakarta (ANTARA) - Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Agama akan mencetak mushaf Al Quran bahasa isyarat yang saat ini telah diselesaikan penyusunannya dan akan menjadi yang pertama di Indonesia bahkan dunia.

"Alhamdulillah, proses penyusunan mushaf Al Quran isyarat sudah selesai dan akan segera kita cetak. Ini akan menjadi mushaf Al Quran Bahasa Isyarat pertama di Indonesia, bahkan dunia," kata Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas dalam keterangannya di Jakarta, Senin.

Yaqut mengatakan kehadiran mushaf Al Quran bahasa isyarat ini menjadi upaya Kemenag dalam memperluas akses layanan publik yang ramah disabilitas.

Ia berharap kehadiran mushaf Al Quran bahasa isyarat ini dapat memudahkan akses masyarakat disabilitas terhadap kitab suci.

"Ini yang selama ini juga menjadi arahan dari Presiden Joko Widodo agar layanan pemerintahan dapat diakses oleh seluruh lapisan masyarakat," katanya.

Kepala Lajnah Pentashihan Mushaf Al Quran (LPMQ) Badan Litbang dan Diklat Kemenag Abdul Aziz Sidqi mengatakan, mushaf Al Quran isyarat telah hadir dalam format digital dan dapat diakses melalui aplikasi Pusaka Superapps.

Saat ini, pihaknya sedang melakukan proses cetak mushaf Al Quran isyarat dan rencananya terbit pada akhir 2023. "Kita siapkan versi cetaknya. Insya Allah akan selesai pada akhir 2023 ini," katanya.

Aziz mengaku pihaknya telah melakukan kajian. Hasilnya, belum ada cetakan mushaf Al Quran bahasa isyarat di manapun.

"Setelah kami lakukan semacam kajian, ini adalah mushaf Al Quran Isyarat pertama 30 juz yang ada di dunia," katanya.

Menurut Aziz, mushaf Al Quran Isyarat diperkirakan memiliki halaman lebih tebal dari mushaf pada umumnya. Pasalnya, mushaf Al Quran isyarat memuat tidak hanya teks Al Quran semata, tetapi juga akan memuat font isyaratnya.

Mushaf Al Quran isyarat akan dicetak dalam dua jilid. Jilid pertama mencakup Juz 1-15, sementara jilid kedua mencakup Juz 16-30. Rencananya, dalam terbitan pertama akan dicetak kurang lebih 1.000 hingga 2.000 eksemplar.

"Kurang lebih sekitar, 1.000-2.000 eksemplar. Jadi, karena ini tidak sama seperti Al Quran biasa, kita buat dua jilid karena, kalau (juz 1-30) satu jilid, ini akan tebal sekali," katanya.

Terdapat dua metode yang digunakan dalam mushaf Al Quran isyarat, yaitu metode kitabah dan metode tilawah. Pada proses penyusunannya, Kemenag bersinergi dengan para ahli, teman disabilitas tuli, dan berbagai organisasi terkait.

"Bersama-sama merumuskan kesepakatan mengenai huruf, harakat, dan tanda baca. Setelah itu, tim yang sama menyusunnya dengan melibatkan semua stakeholder yang terlibat," katanya.

Proses penyusunan mushaf Al Quran isyarat sudah dimulai sejak 2021 dengan diawali menyusun panduan membaca Al Quran bahasa isyarat.

Setelah peluncuran Juz 'Amma bahasa isyarat pada 2022, pihaknya kemudian melanjutkan penyusunan seluruh 30 juz Al Quran dalam bahasa isyarat.

Pewarta : Asep Firmansyah
Uploader : Admin Kalteng
Copyright © ANTARA 2024