Jakarta (ANTARA) - Para peneliti mendapati penggunaan minyak goreng secara ulang dapat meningkatkan risiko degenerasi syarat dan kerusakan otak.
Menurut hasil studi pada tikus yang disajikan di Discover BMB 2024, pertemuan tahunan American Society for Biochemistry and Molecular Biology, diet yang mengandung minyak masak yang dipanaskan ulang menyebabkan peningkatan signifikan level degenerasi syaraf dibandingkan dengan diet standar.
Sebagaimana dikutip oleh Medical Daily pada Rabu (27/3), Kathiresan Shanmugam dari Central University of Tamil Nadu, India, selaku pemimpin studi menyampaikan bahwa penelitiannya menunjukkan dampak jangka panjang konsumsi minyak goreng pada peningkatan degenerasi syaraf pada keturunan generasi pertama.
Dalam studinya, tikus dibagi menjadi lima kelompok. Setiap kelompok diberi makanan standar saja atau makanan standar yang disertai dengan 0,1 ml per hari minyak wijen yang tidak dipanaskan, minyak bunga matahari yang tidak dipanaskan, minyak wijen yang dipanaskan ulang, atau minyak bunga matahari yang dipanaskan ulang selama 30 hari.
Baca juga: Tips hindari gorengan dengan minyak berkali-kali pakai yang berbahaya
Tikus yang mengkonsumsi minyak wijen atau bunga matahari yang dipanaskan ulang mengalami peningkatan stres oksidatif dan peradangan di hati.
Mereka juga mengalami kerusakan signifikan pada usus besar dan perubahan terkait pada endotoksin dan lipopolisakarida, racun yang dilepaskan dari bakteri tertentu.
Para peneliti mencatat tingkat degenerasi syaraf yang lebih tinggi pada tikus yang mengkonsumsi minyak yang dipanaskan ulang dan keturunannya dibandingkan dengan tikus dengan diet normal. Hal ini dihubungkan dengan gangguan pada sumbu hati-usus-otak yang terkait dengan minyak yang dipanaskan ulang.
Baca juga: Penderita maag harus hati-hati jika makan gorengan saat berbuka
"Akibatnya, metabolisme lipid hati mengalami perubahan signifikan, dan transportasi asam lemak omega-3 penting untuk otak DHA berkurang. Ini, pada gilirannya, menyebabkan degenerasi syaraf, yang terlihat dalam histologi otak tikus yang mengonsumsi minyak yang dipanaskan ulang serta keturunannya," tulis para peneliti.
Tim peneliti melakukan eksperimen lebih lanjut dengan menggunakan monosodium glutamat (MSG) untuk meningkatkan neurotoksisitas pada keturunan tikus.
Hasilnya menunjukkan bahwa keturunan yang mengonsumsi minyak yang dipanaskan ulang lebih mungkin mengalami kerusakan saraf daripada kelompok kontrol yang tidak menerima minyak atau yang menerima minyak yang tidak dipanaskan.
Baca juga: Pisang goreng jadi kudapan terbaik di dunia
Baca juga: Hindari gorengan selama berbuka demi kenyamanan lambung
Baca juga: Ini efek pada kulit jika makan gorengan berlebih saat buka puasa
Menurut hasil studi pada tikus yang disajikan di Discover BMB 2024, pertemuan tahunan American Society for Biochemistry and Molecular Biology, diet yang mengandung minyak masak yang dipanaskan ulang menyebabkan peningkatan signifikan level degenerasi syaraf dibandingkan dengan diet standar.
Sebagaimana dikutip oleh Medical Daily pada Rabu (27/3), Kathiresan Shanmugam dari Central University of Tamil Nadu, India, selaku pemimpin studi menyampaikan bahwa penelitiannya menunjukkan dampak jangka panjang konsumsi minyak goreng pada peningkatan degenerasi syaraf pada keturunan generasi pertama.
Dalam studinya, tikus dibagi menjadi lima kelompok. Setiap kelompok diberi makanan standar saja atau makanan standar yang disertai dengan 0,1 ml per hari minyak wijen yang tidak dipanaskan, minyak bunga matahari yang tidak dipanaskan, minyak wijen yang dipanaskan ulang, atau minyak bunga matahari yang dipanaskan ulang selama 30 hari.
Baca juga: Tips hindari gorengan dengan minyak berkali-kali pakai yang berbahaya
Tikus yang mengkonsumsi minyak wijen atau bunga matahari yang dipanaskan ulang mengalami peningkatan stres oksidatif dan peradangan di hati.
Mereka juga mengalami kerusakan signifikan pada usus besar dan perubahan terkait pada endotoksin dan lipopolisakarida, racun yang dilepaskan dari bakteri tertentu.
Para peneliti mencatat tingkat degenerasi syaraf yang lebih tinggi pada tikus yang mengkonsumsi minyak yang dipanaskan ulang dan keturunannya dibandingkan dengan tikus dengan diet normal. Hal ini dihubungkan dengan gangguan pada sumbu hati-usus-otak yang terkait dengan minyak yang dipanaskan ulang.
Baca juga: Penderita maag harus hati-hati jika makan gorengan saat berbuka
"Akibatnya, metabolisme lipid hati mengalami perubahan signifikan, dan transportasi asam lemak omega-3 penting untuk otak DHA berkurang. Ini, pada gilirannya, menyebabkan degenerasi syaraf, yang terlihat dalam histologi otak tikus yang mengonsumsi minyak yang dipanaskan ulang serta keturunannya," tulis para peneliti.
Tim peneliti melakukan eksperimen lebih lanjut dengan menggunakan monosodium glutamat (MSG) untuk meningkatkan neurotoksisitas pada keturunan tikus.
Hasilnya menunjukkan bahwa keturunan yang mengonsumsi minyak yang dipanaskan ulang lebih mungkin mengalami kerusakan saraf daripada kelompok kontrol yang tidak menerima minyak atau yang menerima minyak yang tidak dipanaskan.
Baca juga: Pisang goreng jadi kudapan terbaik di dunia
Baca juga: Hindari gorengan selama berbuka demi kenyamanan lambung
Baca juga: Ini efek pada kulit jika makan gorengan berlebih saat buka puasa