Sampit (ANTARA) - Petani hortikultura di Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim), Kalimantan Tengah, terkhusus di jalan HM Arsyad Km 6 Sampit, terpaksa merugi akibat lahan pertanian mengalami kerusakan akibat dilanda banjir.
"Kalau kondisi lahan terendam seperti ini bisa dikatakan tanaman mati semua. Apalagi untuk cabai ketahanannya cuma 2 sampai 3 hari sudah layu," kata salah seorang petani, Handoko di Sampit, Rabu.
Banjir yang merendam sejumlah titik di Kota Sampit sejak Minggu 28 April 2024 berdampak terhadap banyak sektor, salah satunya pertanian. Handoko mengaku sudah tiga hari terakhir lahan pertaniannya yang memiliki luas kurang dari satu hektare terendam dengan kedalaman air hingga lutut orang dewasa.
Akibatnya hampir semua tanaman di lahannya rusak, bahkan beberapa jenis tanaman tenggelam di bawah permukaan air. Tanaman yang selamat hanya sebagian kecil yang diletakkan di atas bangunan kayu khusus tempat pembibitan.
"Kalau sudah terendam begini bisa dipastikan rusak, kondisinya tidak bisa diselamatkan. Apalagi cabai, makanya besok rencananya bakal saya cabut," ujarnya.
Beberapa jenis tanaman yang ada di lahannya antara lain bawang prei, cabai, jagung dan sawi. Akibat kondisi ini ia mengalami kerugian hingga Rp10 juta lebih. Padahal, beberapa jenis tanaman hanya tinggal menunggu waktu panen, namun Handoko hanya bisa pasrah.
Ia hanya berharap banjir segera surut agar bisa kembali menanami lahan pertaniannya. Ia juga berharap pemerintah daerah bisa memberikan bantuan berupa bibit dan pupuk untuk meringankan beban para petani.
Kondisi tak jauh berbeda dialami oleh petani di Jalan Teratai IV Barat, Kecamatan Mentawa Baru Ketapang. Terlebih tanaman di lahan pertanian tersebut adalah jenis yang kurang kokoh dan usianya masih muda, seperti sawi dan selada, sehingga bisa dipastikan tanaman tersebut gagal panen.
Baca juga: BPBD Kotim pasok air bersih untuk korban banjir
"Tanaman seperti ini tidak bisa terendam terlalu lama, karena akarnya bisa busuk. Contohnya, sawi sudah banyak yang rusak dn tidak bisa diselamatkan lagi,” ucap Munir, salah seorang petani.
Ia menambahkan, kawasan pertanian tersebut memang bisa dibilang langganan banjir. Namun, menurutnya banjir kali ini adalah yang terparah. Diduga hal ini disebabkan curah hujan yang cukup tinggi yang mengguyur Kota Sampit secara berturut-turut dalam beberapa hari terakhir bersamaan dengan itu terjadi air pasang sungai.
"Kami hanya bisa berharap situasi ini dapat segera berakhir, sehingga mereka bisa mengolah lahan kembali," demikian Munir.
Baca juga: Disdik Kotim pastikan hak pendidikan terpenuhi di tengah situasi banjir
Baca juga: Bupati Kotim perintahkan data perusahaan pendukung kegiatan pendidikan
Baca juga: Wabup Kotim tinjau SDN 3 Sawahan terendam banjir
"Kalau kondisi lahan terendam seperti ini bisa dikatakan tanaman mati semua. Apalagi untuk cabai ketahanannya cuma 2 sampai 3 hari sudah layu," kata salah seorang petani, Handoko di Sampit, Rabu.
Banjir yang merendam sejumlah titik di Kota Sampit sejak Minggu 28 April 2024 berdampak terhadap banyak sektor, salah satunya pertanian. Handoko mengaku sudah tiga hari terakhir lahan pertaniannya yang memiliki luas kurang dari satu hektare terendam dengan kedalaman air hingga lutut orang dewasa.
Akibatnya hampir semua tanaman di lahannya rusak, bahkan beberapa jenis tanaman tenggelam di bawah permukaan air. Tanaman yang selamat hanya sebagian kecil yang diletakkan di atas bangunan kayu khusus tempat pembibitan.
"Kalau sudah terendam begini bisa dipastikan rusak, kondisinya tidak bisa diselamatkan. Apalagi cabai, makanya besok rencananya bakal saya cabut," ujarnya.
Beberapa jenis tanaman yang ada di lahannya antara lain bawang prei, cabai, jagung dan sawi. Akibat kondisi ini ia mengalami kerugian hingga Rp10 juta lebih. Padahal, beberapa jenis tanaman hanya tinggal menunggu waktu panen, namun Handoko hanya bisa pasrah.
Ia hanya berharap banjir segera surut agar bisa kembali menanami lahan pertaniannya. Ia juga berharap pemerintah daerah bisa memberikan bantuan berupa bibit dan pupuk untuk meringankan beban para petani.
Kondisi tak jauh berbeda dialami oleh petani di Jalan Teratai IV Barat, Kecamatan Mentawa Baru Ketapang. Terlebih tanaman di lahan pertanian tersebut adalah jenis yang kurang kokoh dan usianya masih muda, seperti sawi dan selada, sehingga bisa dipastikan tanaman tersebut gagal panen.
Baca juga: BPBD Kotim pasok air bersih untuk korban banjir
"Tanaman seperti ini tidak bisa terendam terlalu lama, karena akarnya bisa busuk. Contohnya, sawi sudah banyak yang rusak dn tidak bisa diselamatkan lagi,” ucap Munir, salah seorang petani.
Ia menambahkan, kawasan pertanian tersebut memang bisa dibilang langganan banjir. Namun, menurutnya banjir kali ini adalah yang terparah. Diduga hal ini disebabkan curah hujan yang cukup tinggi yang mengguyur Kota Sampit secara berturut-turut dalam beberapa hari terakhir bersamaan dengan itu terjadi air pasang sungai.
"Kami hanya bisa berharap situasi ini dapat segera berakhir, sehingga mereka bisa mengolah lahan kembali," demikian Munir.
Baca juga: Disdik Kotim pastikan hak pendidikan terpenuhi di tengah situasi banjir
Baca juga: Bupati Kotim perintahkan data perusahaan pendukung kegiatan pendidikan
Baca juga: Wabup Kotim tinjau SDN 3 Sawahan terendam banjir