Sampit (ANTARA) -
Wakil Bupati Kotawaringin Timur (Kotim), Kalimantan Tengah Irawati meninjau kondisi SDN 3 Sawahan, Kelurahan Sawahan, Kecamatan Mentawa Baru Ketapang yang terendam banjir hingga mengganggu aktivitas belajar mengajar.
 
“Banjir dalam kota yang terjadi kali ini memang cukup parah, sebab curah hujan tinggi, air pasang sungai dan drainase kita belum optimal. Salah satu dampaknya bisa dilihat dari SDN 3 Sawahan,” kata Irawati di Sampit, Rabu.
 
Dalam kegiatan tersebut ia didampingi Kepala Dinas Pendidikan, Kepala Dinas Sumber Daya Air, Bina Marga, Bina Konstruksi, Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman, Kepala SDN 3 Sawahan, Camat Mentawa Baru Ketapang, Lurah Sawahan beserta tokoh masyarakat setempat.
 
Irawati menjelaskan, kegiatan ini dalam rangka menanggapi permintaan masyarakat agar pimpinan daerah terjun langsung meninjau banjir. Pasalnya, banjir yang merendam Kota Sampit kali ini adalah yang terparah dalam beberapa tahun terakhir.
 
Keberadaan SDN 3 Sawahan memang tak jauh dari Sungai Pemuatan dan langganan terdampak banjir, tapi biasanya banjir tidak sampai masuk ke ruang kelas. Namun, saat ini semua kelas, termasuk kantor guru dan perpustakaan terendam dengan kedalaman sekitar 10 cm di dalam ruangan dan 30 cm di halaman sekolah.
 
Debit air paling tinggi berada di jalan menuju ke sekolah, yakni sekitar 90 cm, sehingga tidak memungkinkan bagi anak-anak SD untuk menuju ke sekolah dengan berjalan kaki seperti biasa.
 
Menurutnya, hal ini disebabkan curah hujan tinggi yang kerap mengguyur Kota Sampit dalam beberapa hari terakhir dan bersamaan dengan itu terjadi air pasang sungai, ditambah drainase yang tersumbat akibat tumbuhan liar dan sampah membuat aliran tidak lancar.
 
“Ada dua cara yang kami siapkan untuk mengatasi ini, pertama penanganan jangka pendek dengan melakukan gotong royong, kedua pengerukan sungai tapi untuk itu kami memohon kerja sama dari masyarakat,” sebutnya.

Baca juga: Legislator Kotim sebut Sampit darurat banjir
 
Irawati melanjutkan, pada Jumat ini pihaknya kembali melaksanakan gotong royong membersihkan drainase tersumbat. Terkait hal ini pihaknya sesuai arahan bupati segera menyurati camat, lurah dan tokoh masyarakat agar dapat berkolaborasi dengan instansi terkait dalam gotong royong.
 
Namun, hal tersebut hanya sebagai penanganan cepat dan jangka pendek. Sedangkan, untuk penanganan jangka panjang dilakukan pengerukan di Sungai Pemuatan. Akan tetapi, informasi sementara masih banyak rumah warga yang menjorok ke sungai, sehingga berpotensi menghambat kinerja ekskavator amfibi dalam pengerukan sungai.
 
“Kalau di hulu sungai dibersihkan, sedangkan di muara tidak, maka air itu akan tertahan di tengah dan menyebabkan banjir. Untuk itu kami memohon kerja sama masyarakat untuk membongkar sendiri bangunan-bangunan yag menjorok ke sungai,” pintanya.
 
Di samping itu, sesuai permintaan kepala sekolah setempat, Irawati menginstruksikan kepala dinas terkait meningkatkan atau meninggikan jalan menuju SDN 3 Sawahan yang memiliki panjang kurang lebih 90 meter dari tepi Jalan Sampoerna. 
 
Kondisi jalan menuju sekolah harus menjadi perhatian karena ini berdampak pada pendidikan di Kotim. Terlebih, berdasarkan keterangan lurah setempat sudah delapan tahun terakhir usulan tersebut disampaikan dalam musrenbang namun belum dipenuhi. 
 
“Saya sudah minta dinas terkait agar jalan itu segera ditinggikan, karena itu jalurnya ke sekolahan jadi harus segera ditangani,” imbuhnya.

Baca juga: Kodim Sampit manfaatkan lahan kembangkan tanaman hidroponik
 
Sementara itu, Kepala Dinas Pendidikan Kotim Muhammad Irfansyah menyebut SDN 3 Sawahan memang langganan terdampak banjir, tapi belum pernah sampai masuk ke dalam kelas. Pada 2012 pihaknya juga telah menimbun dan meninggikan halaman sekolah agar tidak terendam saat banjir.
 
“Makanya sebelumnya, walaupun area pemukiman warga banjir tapi sekolah ini tidak karena sudah ditinggikan. Tapi banjir saat ini mungkin memang parah, sehingga air sampai masuk ke kelas,” ucapnya.
 
Di sisi lain, Kepala SDN 3 Sawahan Libral menyampaikan total ada delapan ruangan di sekolah tersebut, terdiri atas 6 ruang kelas, 1 kantor guru dan 1 perpustakaan. Dan saat ini semua ruangan terendam dengan kedalaman rata-rata 10 cm dari permukaan lantai.
 
“Kata guru-guru yang 15 tahun lebih mengabdi di sekolah ini, banjir kali ini memang yang paling dalam. Kalau biasanya banjir tidak sampai masuk ke ruangan,” ujarnya.
 
Kondisi ini terjadi sejak Senin 29 April 2024 dan sejak itu aktivitas belajar mengajar dilakukan secara daring, sehingga peserta didik tidak perlu turun ke sekolah. Sementara, untuk guru tetap diwajibkan turun untuk pemenuhan absensi dan mengajar secara daring karena buku-buku pelajaran semua ada di sekolah.
 
Baca juga: Bupati Kotim berharap antusias masyarakat jadi pemicu prestasi sepak bola

Baca juga: Pemkab Kotim anggarkan Rp1 miliar untuk transportasi JCH ke embarkasi

Baca juga: KPU Kotim perpanjang pendaftaran calon anggota PPK di 12 kecamatan
 

Pewarta : Devita Maulina
Editor : Muhammad Arif Hidayat
Copyright © ANTARA 2024