Sampit (ANTARA) - Warga Desa Hanaut Kecamatan Pulau Hanaut Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim), Kalimantan Tengah dibuat geger lantaran seorang pria yang dikabarkan diserang buaya saat mandi di Daerah Aliran Sungai (DAS) Mentaya pada Jumat (4/4) pagi.
“Kejadiannya sekitar pukul 09:00 WIB, saat itu korban sedang mandi di sungai. Saat ini masih dalam proses pencarian,” kata Kepala Desa Hanaut Nanang Qasim ketika dihubungi via telepon.
Nanang menyampaikan, korban bernama Sani berusia sekitar 35 tahun yang merupakan warga asli Desa Babaung, Kecamatan Pulau Hanaut yang kala itu sedang berlibur lebaran ke tempat keluarga istrinya di Desa Hanaut.
Baca juga: BKSDA Sampit berhasil rescue buaya muara di Sungai Mentawa
Informasi yang ia terima dari Linmas setempat, ketika kejadian korban sedang mandi di sungai. Korban duduk di jembatan lanting sambil mengayun-ayunkan kakinya ke sungai dan saat itulah serangan buaya terjadi.
“Ketika kejadian, korban tidak langsung diseret ke dalam air tapi sempat di ambung-ambung (hempas-hempaskan) di permukaan dan saat itu banyak warga yang melihat, makanya diyakini bahwa orang itu diterkam buaya,” ujarnya.
Kejadian ini sontak membuat heboh warga sekitar yang kemudian berbondong-bondong berupaya mengejar buaya tersebut bersama dengan Polsek setempat menggunakan perahu motor atau kelotok.
Pihaknya juga telah melaporkan kejadian ini ke Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Resort Sampit, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) dan Polairud yang kabarnya juga tengah meluncur ke lokasi kejadian.
Baca juga: Warga Sampit diminta tak beri makan buaya ketika muncul ke pemukiman
Nanang menyebutkan, ada sekitar 20 kelotok yang berangkat untuk mencari buaya tersebut bersama korban. Namun, hingga berita ini ditulis keberadaan satwa tersebut belum ditemukan.
Ia menambahkan, kasus serangan buaya di Kecamatan Pulau Hanaut bukan pertama kali terjadi. Kemunculan buaya pun seolah sudah menjadi hal biasa bagi warga setempat.
Meskipun keberadaan satwa yang terkenal buas itu di dekat pemukiman cukup meresahkan, namun pihaknya juga tidak bisa sembarangan mengambil tindakan mengingat adanya aturan terkait satwa liar yang dilindungi Undang-Undang.
Baca juga: Konflik manusia dengan buaya di Kotim meningkat selama 2024
Baca juga: BKSDA Sampit berhasil evakuasi buaya 2,5 meter yang resahkan warga
Di sisi lain, kehidupan masyarakat setempat sedikit banyak masih tergantung dengan sungai, baik itu untuk mandi, mencuci, dan lainnya. Selain itu, satu-satunya jalur transportasi dari Kecamatan Pulau Hanaut ke wilayah seberang hanya melalui sungai.
“Jadi kami hanya bisa mengimbau masyarakat untuk selalu waspada. Adanya kejadian ini tentu menjadi keprihatinan bagi kami,” pungkasnya.
Sementara itu, Komandan BKSDA Resort Sampit Muriansyah mengaku telah menerima laporan terkait serangan buaya di Desa Hanaut dari Kepala Desa setempat.
Pihaknya pun telah berkoordinasi dengan Polairud dan Polsek Pulau Hanaut terkait proses pencarian dan pelumpuhan buaya.
“Kami juga berkoordinasi dengan pihak Desa Hanaut. Informasi sementara, saat ini korban masih di mulut buaya dan masih dilakukan upaya pencarian,” demikian Muriansyah.
Baca juga: Musim kawin buaya, warga diminta jauhi sungai
Baca juga: BKSDA Sampit gencarkan pemasangan spanduk imbauan waspada buaya
Baca juga: Warga Desa Parebok Kotim tewas diterkam buaya besar