Sampit (ANTARA) - Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Resort Sampit Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim), Kalimantan Tengah kembali menerima laporan kemunculan buaya, kali ini lokasinya di sekitar perkebunan kelapa sawit yang kerap menjadi spot pemancingan.
“Kalau melihat dari video yang direkam warga, itu jenis buaya capit atau sinyulong. Bagi warga yang suka memancing, baik itu di sungai besar, sungai kecil, danau, rawa maupun parit kebun agar tetap berhati-hati dan waspada. Usahakan jangan masuk ke air,” kata Komandan BKSDA Resort Sampit Muriansyah di Sampit, Kamis.
Ia menyampaikan, laporan kemunculan buaya itu diterima pada Kamis siang disertai video amatir yang direkam warga. Sejauh ini, pihaknya masih menelusuri lokasi pasti kemunculan buaya tersebut, sebab dua informasi berbeda terkait video tersebut.
Namun, jika melihat dari latar belakang video itu yang banyak pohon kelapa sawit sehingga diduga kuat lokasi itu berada di tengah perkebunan kelapa sawit.
Di sisi lain, diketahui masih banyak masyarakat Kotim yang hobi memancing di sungai kecil atau parit galian di sekitar perkebunan kelapa sawit sehingga adanya laporan kemunculan buaya ini diharap bisa menjadi perhatian dan kewaspadaan bagi para pemancing.
Muriansyah juga mengingatkan kejadian serangan buaya di Sungai Pasir, Desa Lampuyang, Kecamatan Teluk Sampit belum lama ini, tepatnya Selasa (14/1/2025).
Baca juga: Puskesmas Ketapang II sukses laksanakan Program PMT lokal
Sungai itu sebenarnya hanya irigasi galian dan ukurannya terbilang kecil, namun rupanya ada buaya berukuran cukup besar yang kemudian menyerang manusia yang sedang beraktivitas di sungai tersebut.
“Jangan lagi berpikir kalau buaya itu hanya ada di sungai-sungai besar, karena kini buaya bisa muncul di sungai kecil yang sering kali tidak diduga. Maka dari itu, kami mengimbau masyarakat agar lebih waspada,” ujarnya.
Masyarakat juga diimbau agar jangan mencari ikan dengan cara ilegal, seperti setrum atau racun, karena berdampak negatif bagi ekosistem perairan yang pada akhirnya juga berimbas ke manusia.
Ketika mencari ikan dengan cara ilegal, biasanya yang terdampak bukan hanya ikan yang besar tapi juga anak-anak ikan yang berpotensi membuat populasi ikan di lokasi tersebut berkurang.
Sementara itu, ikan merupakan salah satu pakan alami buaya. Apabila, sumber makanannya menipis, maka hal ini bisa mendorong satwa tersebut untuk mencari makan ke lokasi lain, termasuk dengan menyasar kawasan pemukiman.
“Selain itu, bagi pihak perkebunan yang areal atau wilayah perairannya ada satwa liar, contohnya buaya, kami minta agar memasang spanduk atau papan peringatan agar warga bisa mewaspadai keberadaan buaya di areal tersebut,” demikian Muriansyah.
Baca juga: Seluruh OPD Kotim diwajibkan registrasi e-katalog versi 6.0 sebelum Maret
Baca juga: Legislator Kotim dorong pengembangan perikanan dan peternakan
Baca juga: Swalayan UMKM Sampit jadi gerbang jangkau pasar internasional