Sampit (ANTARA) - Program Pemberian Makanan Tambahan (PMT) berbahan pangan lokal yang dilaksanakan Puskesmas Ketapang II Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim), Kalimantan Tengah terbilang sukses dengan adanya peningkatan pada tumbuh kembang balita yang menjadi sasaran.
"Alhamdulillah dengan Program PMT berbahan pangan lokal ini banyak anak-anak yang bertambah berat dan tinggi badannya walaupun hanya beberapa sentimeter, namun ini menunjukan progres yang baik," kata Kepala Puskesmas Ketapang II Kotim Siti Aisyah di Sampit, Kamis.
Siti menjelaskan, Program PMT berbahan pangan lokal adalah program yang memberikan makanan tambahan kepada ibu hamil kurang energi kronik (KEK) dan balita gizi kurang menggunakan bahan pangan lokal.
Program yang dilakukan oleh Kementerian Kesehatan (Kemenkes) ini bertujuan untuk meningkatkan status gizi dan menurunkan angka stunting. Manfaat program ini adalah meningkatkan status gizi, menurunkan angka stunting, mendorong kemandirian keluarga dalam penyediaan pangan bergizi. Program ini dijalankan melalui seluruh puskesmas di Indonesia, khususnya di Puskesmas Ketapang II program ini dimulai sejak awal 2024 yang artinya sudah setahun sejak program ini diterapkan.
Dalam melaksanakan Program PMT berbahan pangan lokal ini pihaknya bekerja sama dengan vendor atau kader selaku pihak ketiga yang mengelola makanan yang dibuat sesuai petunjuk teknis dari pengelola gizi yang ada di Puskesmas Ketapang II.
"Makanan apa saja yang harus diberikan kepada balita atau ibu hamil itu sudah disesuaikan dengan kebutuhan gizinya, dalam hal ini kader didampingi oleh petugas gizi puskesmas," sebutnya.
Ia melanjutkan, selama 2024 sasaran Program PMT berbahan lokal dari Puskesmas Ketapang II untuk balita ada sebanyak 49 anak, sedangkan ibu hamil 50 orang namun hasil kunjungan yang aktif hanya 15 orang. Data ini didapatkan dari kegiatan posyandu oleh kader posyandu.
Baca juga: Kotim satu-satunya di Kalteng berhasil tuntaskan perekaman e-KTP di 2024
PMT berbahan pangan lokal ini diberikan setiap hari selama jangka waktu tertentu, misalnya untuk balita gizi kurang pemberian PMT dilaksanakan selama 56 hari. Pemberian PMT ini akan dipantau oleh kader setiap pekan untuk memastikan orang tua memberikan makanan itu ke anak balitanya atau tidak.
Kemudian, setiap dua pekan sekali dilakukan evaluasi guna mengetahui apabila berat atau tinggi badan anak bertambah dari adanya pemberian PMT tersebut. Sejauh ini Program PMT yang pihaknya laksanakan menunjukkan hasil yang positif dengan adanya penambahan berat dan tinggi badan pada mayoritas anak yang menjadi sasaran. Meskipun ada pula yang tidak, disebabkan adanya penyakit bawaan.
"Itulah salah satu program untuk menekan stunting yang ada di Kotim. Program ini sudah berjalan selama satu tahun dan masih akan dilanjutkan untuk tahun 2025 ini sampai sasaran yang kita tentukan bisa tercover semua," demikian Siti.
Baca juga: Seluruh OPD Kotim diwajibkan registrasi e-katalog versi 6.0 sebelum Maret
Baca juga: Legislator Kotim dorong pengembangan perikanan dan peternakan
Baca juga: Swalayan UMKM Sampit jadi gerbang jangkau pasar internasional