Sampit (ANTARA) - Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Resort Sampit Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim), Kalimantan Tengah mengimbau masyarakat tak memberi makan buaya yang muncul di kawasan pemukiman, karena berpotensi mengubah perilaku satwa tersebut.
Jika buaya terus diberi makan oleh warga, perilaku alaminya sebagai predator akan berubah, kata Komandan BKSDA Resort Sampit Muriansyah di Sampit, Kamis.
"Perilaku tersebut dibentuk manusia. Alhasil, buaya akan terbiasa mendekati manusia dan tidak lagi takut dengan kerumunan," ucapnya.
Hal ini ia sampaikan sehubungan dengan kemunculan buaya di Sungai Mentawa, Kecamatan Mentawa Baru Ketapang pada Rabu malam yang berhasil di dokumentasikan oleh warga setempat.
Dalam video 49 detik yang direkam oleh warga, tampak ada warga yang memberi makan satwa itu, alih-alih merasa takut. Tindakan ini tidak dibenarkan, lantaran berpotensi mengubah perilaku buaya dan justru membahayakan keselamatan manusia.
Tindakan warga yang memberi makan buaya dapat membentuk perilaku baru terhadap satwa tersebut. Jika buaya terus diberi makan oleh warga, perilaku alaminya sebagai predator akan berubah. Buaya pun akan betah berada di perairan pemukiman karena merasa mudah mendapatkan makanan. Buaya juga akan terbiasa mendekati manusia dan tidak lagi takut dengan kerumunan.
Saat ada manusia, buaya tidak akan menjauh justru akan mendekat, karena sudah terbiasa mendapatkan makanan dari manusia. Meski demikian, bukan berarti menghindarkan kemungkinan terjadinya serangan buaya terhadap manusia.
"Buaya juga akan terus datang selama ada kebiasaan ini terus dilakukan. Meski misalnya kami berhasil menangkap buaya ini, kalau kebiasaan ini tidak dihentikan, maka buaya lain akan kembali datang," jelasnya.
Menindaklanjuti laporan kemunculan buaya di Sungai Mentawa, Muriansyah segera melakukan observasi ke lokasi dan mengumpulkan keterangan dari warga sekitar. Pasalnya, kemunculan buaya di lokasi tersebut sebenarnya bukan pertama kalinya. Sekitar 2023 silam, BKSDA Resort Sampit telah berupaya menangkap buaya di lokasi itu menggunakan metode jerat serta memasang spanduk peringatan bagi warga setempat. Namun, upaya kala itu belum membuahkan hasil.
Kemudian pada 2024 upaya penangkapan buaya kembali dilakukan melibatkan tim gabungan, antara lain BKSDA, BPBD, Babinsa dan komunitas pecinta reptil dengan menyusuri Sungai Mentawa. Upaya ini pun belum mendapatkan hasil yang diharapkan.
Diduga, buaya datang dari Sungai Mentaya yang masuk ke anak sungai, yakni Sungai Mentawa untuk mencari makan. Hal ini diperkuat dengan adanya warga yang memelihara unggas di sekitar Sungai Mentawa dan kebiasaan membuang sampah ke sungai.
BKSDA Resort Sampit pun telah berupaya mengedukasi warga agar menghindari tindakan-tindakan yang dapat mengundang kedatangan buaya ke sungai sekitar pemukiman dan memasang spanduk imbauan. Walau terbukti sulit untuk mengubah kebiasaan tersebut, karena pada observasi terakhir masih ditemukan adanya kandang unggas di sekitar sungai.
Muriansyah memperkirakan buaya yang muncul kali ini berbeda dengan buaya yang muncul tahun lalu. Sebab, ukuran buaya yang dilaporkan warga pada tahun lalu dan tahun ini sama, yakni 1,5 meter. Sedangkan, logikanya buaya tahun lalu telah tumbuh lebih panjang.
"Diduga kuat buaya yang muncul kali ini berbeda dengan tahun sebelumnya dan sejumlah warga juga mengatakan bahwa ada lebih dari satu ekor buaya di lokasi ini," imbuhnya.
Langkah selanjutnya, BKSDA Resort Sampit akan kembali buaya menangkap buaya yang muncul di Sungai Mentawa dengan menggunakan metode jerat. Ia berharap upaya kali ini membuahkan hasil.
Baca juga: Lokasi serangan buaya di Desa Lampuyang dinilai tak biasa
"Kendala kami sebelumnya karena saat dilakukan upaya penangkapan buaya itu tidak pernah muncul. Tetapi dari keterangan warga, sudah dua hari berturut-turut buaya itu muncul, jadi kami berharap malam ini buaya itu kembali muncul," demikian Muriansyah.
Sementara itu, salah seorang warga setempat Jamiaat mengungkapkan saat kemunculan buaya tersebut warga sekitar sempat dibuat heboh dan mendatangi lokasi untuk melihat langsung satwa tersebut.
Meski terkenal sebagai hewan buas, namun kemunculan buaya itu tidak membuat warga takut. Terlebih, perilaku buaya kala itu tampak jinak dan tidak berbahaya. Warga yang menduga buaya itu kelaparan justru memberi makan, seolah menjadi hiburan.
"Respons warga biasa-biasa saja, malah buaya itu dikasih makan ketupat sama usus ayam, karena warga kasihan menduga buaya itu kelaparan," ujarnya.
Menurutnya Jamiaat, respons dari warga lantaran sudah lama mengetahui jika di sungai itu terdapat buaya, walaupun jarang muncul ke permukaan. Apalagi sejak beberapa tahun terakhir, warga sekitar hampir tidak pernah lagi beraktivitas langsung ke Sungai Mentawa. Anak-anak pun dilarang untuk berenang di sungai itu. Hal itu bertujuan untuk menghindari terjadinya serangan buaya terhadap manusia.
Baca juga: Dua warga Desa Lampuyang jadi korban serangan buaya
Baca juga: Konflik manusia dengan buaya di Kotim meningkat selama 2024
Baca juga: BKSDA Sampit berhasil evakuasi buaya 2,5 meter yang resahkan warga