Sampit (ANTARA) - Memasuki musim hujan Pemerintah Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim), Kalimantan Tengah melalui Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) bersiap untuk menghadapi bencana banjir yang berpotensi terjadi.
"Rapat koordinasi hari ini adalah bagian dari perintah pimpinan untuk dilakukan kesepakatan atau dilakukan pembahasan terkait dengan persiapan ancaman bencana banjir," kata Kepala Pelaksana BPBD Kotim Multazam di Sampit, Kamis.
Hal tersebut ia sampaikan usai rapat koordinasi sehubungan dengan potensi di Pusdalops BPBD Kotim melibatkan TNI, BMKG, Inspektorat, Dinas Sosial, BKAD, Disdamkarmat, dan lainnya.
Ia menjelaskan, kegiatan ini dilakukan mengingat data historis di Kotim pada 2023 akhir hingga awal 2024 ada beberapa kali kejadian banjir, sehingga pimpinan daerah menginstruksikan agar mengantisipasi dini potensi banjir selanjutnya.
Terlebih berdasarkan informasi dari BMKG setempat, bahwa saat ini Kotim telah memasuki musim hujan dan ada peringatan dini terkait banjir yang disampaikan.
"Informasi BMKG ini juga menjadi atensi kami untuk kemudian berhati-hati melakukan berbagai macam perencanaan terkait dengan ancaman hujan dengan skala yang besar atau intensitas besar, terutama daerah-daerah yang rawan banjir," ujarnya.
Multazam menyebut, BPBD Kotim juga telah mendapat laporan awal kejadian banjir, yakni pada 7-8 Oktober lalu di Desa Rantau Suang, Kecamatan Telaga Antang yang menjadi indikasi bahwa level air di Sungai Mentaya di bagian utara dengan selatan berbeda cukup jauh. Kondisi ini perlu diantisipasi khususnya bagi masyarakat di desa-desa yang berada di bantaran Sungai Mentaya.
Hal ini juga diharapkan menjadi perhatian dan kehadiran pemerintah di tingkat satuan terkecil, mulai dari desa/kelurahan sampai kecamatan harus responsif terhadap apapun informasi kebencanaan. Apalagi dalam waktu dekat akan diselenggarakan event atau kegiatan besar, yakni Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) sehingga semua pihak terkait harus bekerja sama menjaga dan mengamankan Pilkada agar berjalan lancar dan sukses.
"Kami juga sudah menyampaikan kepada para camat segera berkomunikasi dengan teman-teman yang bekerja untuk Pilkada agar mempersiapkan plan B, apabila terjadi hujan yang cukup deras atau banjir pada tanggal pemilihan," tuturnya.
Kendati begitu, Kepala Pelaksana BPBD Kotim itu menegaskan, pengamanan Pilkada hanya salah satu tujuan dalam persiapan menghadapi potensi banjir, karena tujuan utamanya adalah untuk melindungi masyarakat. Itulah standar pelayanan minimal di BPBD.
Baca juga: Dishub Kotim bebaskan biaya parkir ke ojol saat ambil pesanan
Dalam rapat koordinasi kali ini Pemkab Kotim belum menetapkan status apapun terkait penanggulangan banjir lantaran kejadian hanya di satu titik dan dari laporan terbaru banjir sudah surut.
Disamping itu, pada situasi banjir jika situasi dinilai sudah cukup genting, maka penetapan status bisa langsung ke tanggap darurat tanpa perlu melalui penetapan status siaga lebih dulu. Meski begitu, seluruh sumber daya di BPBD Kotim mulai disiapkan dan diharapkan hal itu juga dilakukan oleh seluruh organisasi perangkat daerah (OPD) yang diundang dalam rapat tersebut.
"Dalam artian mereka (red, OPD) bisa melakukan koreksi bagian dalam di institusi masing-masing untuk menyiapkan unit, termasuk kami juga sudah menyiapkan," imbuh Multazam.
Bukan hanya OPD, ia juga berharap hal ini menjadi perhatian masyarakat, khususnya yang bermukim di bantaran Sungai Mentaya. Untuk bisa mengambil langkah antisipasi, apalagi dari keterangan Kepala Desa Rantau Suang banjir bisa terjadi tanpa pertanda, seperti hujan atau air pasang.
"Langkah antisipasi itu di antaranya dengan mengamankan benda-benda berharga serta dokumen penting ke tempat yang lebih aman, misalnya yang rumahnya bertingkat bisa diletakan di lantai dua atau dititip ke rumah keluarga yang tinggal di dataran tinggi," demikian Multazam.
Baca juga: Pelajar SMP Kotim jadi sasaran upaya pencegahan narkoba
Disisi lain, Kepala Desa Rantau Suang Sider menyampaikan desanya sempat dilanda banjir pada 8 Oktober lalu dengan kedalaman satu meter dan berdampak pada 51 KK dan 40 rumah di desa tersebut, namun sekarang banjir sudah surut.
"Dua hari lalu air sempat meluap tanpa ada hujan, kemungkinan daerah hulu ada hujan sehingga airnya mengalir ke desa kami. Tapi, untuk sekarang banjirnya sudah surut dan kondisinya aman," sebutnya.
Ia menambahkan, biasanya banjir di desanya tidak berlangsung lama hanya berkisar enam sampai sembilan jam, namun arusnya cukup deras sehingga membahayakan.
"Kami bersyukur tidak ada korban jiwa dari banjir kali ini, namun sebagian ternak hanyut terbawa banjir sehingga menimbulkan kerugian bagi warga, sehingga ia berharap pemerintah daerah bisa memberikan solusi jangka panjang bagi warga di desanya," demikian Sider.
Baca juga: Kafilah FASI Kotim diharapkan mampu berprestasi
Baca juga: Bawaslu Kotim inventarisasi alat peraga tidak sesuai aturan
Baca juga: Mengenal calon kepala daerah, gabungan OKP Kotim gelar dialog publik
"Rapat koordinasi hari ini adalah bagian dari perintah pimpinan untuk dilakukan kesepakatan atau dilakukan pembahasan terkait dengan persiapan ancaman bencana banjir," kata Kepala Pelaksana BPBD Kotim Multazam di Sampit, Kamis.
Hal tersebut ia sampaikan usai rapat koordinasi sehubungan dengan potensi di Pusdalops BPBD Kotim melibatkan TNI, BMKG, Inspektorat, Dinas Sosial, BKAD, Disdamkarmat, dan lainnya.
Ia menjelaskan, kegiatan ini dilakukan mengingat data historis di Kotim pada 2023 akhir hingga awal 2024 ada beberapa kali kejadian banjir, sehingga pimpinan daerah menginstruksikan agar mengantisipasi dini potensi banjir selanjutnya.
Terlebih berdasarkan informasi dari BMKG setempat, bahwa saat ini Kotim telah memasuki musim hujan dan ada peringatan dini terkait banjir yang disampaikan.
"Informasi BMKG ini juga menjadi atensi kami untuk kemudian berhati-hati melakukan berbagai macam perencanaan terkait dengan ancaman hujan dengan skala yang besar atau intensitas besar, terutama daerah-daerah yang rawan banjir," ujarnya.
Multazam menyebut, BPBD Kotim juga telah mendapat laporan awal kejadian banjir, yakni pada 7-8 Oktober lalu di Desa Rantau Suang, Kecamatan Telaga Antang yang menjadi indikasi bahwa level air di Sungai Mentaya di bagian utara dengan selatan berbeda cukup jauh. Kondisi ini perlu diantisipasi khususnya bagi masyarakat di desa-desa yang berada di bantaran Sungai Mentaya.
Hal ini juga diharapkan menjadi perhatian dan kehadiran pemerintah di tingkat satuan terkecil, mulai dari desa/kelurahan sampai kecamatan harus responsif terhadap apapun informasi kebencanaan. Apalagi dalam waktu dekat akan diselenggarakan event atau kegiatan besar, yakni Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) sehingga semua pihak terkait harus bekerja sama menjaga dan mengamankan Pilkada agar berjalan lancar dan sukses.
"Kami juga sudah menyampaikan kepada para camat segera berkomunikasi dengan teman-teman yang bekerja untuk Pilkada agar mempersiapkan plan B, apabila terjadi hujan yang cukup deras atau banjir pada tanggal pemilihan," tuturnya.
Kendati begitu, Kepala Pelaksana BPBD Kotim itu menegaskan, pengamanan Pilkada hanya salah satu tujuan dalam persiapan menghadapi potensi banjir, karena tujuan utamanya adalah untuk melindungi masyarakat. Itulah standar pelayanan minimal di BPBD.
Baca juga: Dishub Kotim bebaskan biaya parkir ke ojol saat ambil pesanan
Dalam rapat koordinasi kali ini Pemkab Kotim belum menetapkan status apapun terkait penanggulangan banjir lantaran kejadian hanya di satu titik dan dari laporan terbaru banjir sudah surut.
Disamping itu, pada situasi banjir jika situasi dinilai sudah cukup genting, maka penetapan status bisa langsung ke tanggap darurat tanpa perlu melalui penetapan status siaga lebih dulu. Meski begitu, seluruh sumber daya di BPBD Kotim mulai disiapkan dan diharapkan hal itu juga dilakukan oleh seluruh organisasi perangkat daerah (OPD) yang diundang dalam rapat tersebut.
"Dalam artian mereka (red, OPD) bisa melakukan koreksi bagian dalam di institusi masing-masing untuk menyiapkan unit, termasuk kami juga sudah menyiapkan," imbuh Multazam.
Bukan hanya OPD, ia juga berharap hal ini menjadi perhatian masyarakat, khususnya yang bermukim di bantaran Sungai Mentaya. Untuk bisa mengambil langkah antisipasi, apalagi dari keterangan Kepala Desa Rantau Suang banjir bisa terjadi tanpa pertanda, seperti hujan atau air pasang.
"Langkah antisipasi itu di antaranya dengan mengamankan benda-benda berharga serta dokumen penting ke tempat yang lebih aman, misalnya yang rumahnya bertingkat bisa diletakan di lantai dua atau dititip ke rumah keluarga yang tinggal di dataran tinggi," demikian Multazam.
Baca juga: Pelajar SMP Kotim jadi sasaran upaya pencegahan narkoba
Disisi lain, Kepala Desa Rantau Suang Sider menyampaikan desanya sempat dilanda banjir pada 8 Oktober lalu dengan kedalaman satu meter dan berdampak pada 51 KK dan 40 rumah di desa tersebut, namun sekarang banjir sudah surut.
"Dua hari lalu air sempat meluap tanpa ada hujan, kemungkinan daerah hulu ada hujan sehingga airnya mengalir ke desa kami. Tapi, untuk sekarang banjirnya sudah surut dan kondisinya aman," sebutnya.
Ia menambahkan, biasanya banjir di desanya tidak berlangsung lama hanya berkisar enam sampai sembilan jam, namun arusnya cukup deras sehingga membahayakan.
"Kami bersyukur tidak ada korban jiwa dari banjir kali ini, namun sebagian ternak hanyut terbawa banjir sehingga menimbulkan kerugian bagi warga, sehingga ia berharap pemerintah daerah bisa memberikan solusi jangka panjang bagi warga di desanya," demikian Sider.
Baca juga: Kafilah FASI Kotim diharapkan mampu berprestasi
Baca juga: Bawaslu Kotim inventarisasi alat peraga tidak sesuai aturan
Baca juga: Mengenal calon kepala daerah, gabungan OKP Kotim gelar dialog publik