Palangka Raya (ANTARA) - Lembaga Sensor Film Republik Indonesia (LSF RI) melibatkan Universitas Muhammadiyah Palangkaraya (UMPR) menyosialisasikan Gerakan Nasional Budaya Sensor Mandiri kepada sejumlah kalangan di Kota Palangka Raya, Provinsi Kalimantan Tengah (Kalteng).
"Melalui sosialisasi gerakan nasional ini, kami ingin masyarakat dapat menyaksikan tontonan sesuai klasifikasi usianya," kata Ketua Subkomisi Desa Sensor Mandiri dan Komunitas LSF, Hairus Salim di Palangka Raya, Rabu.
Sosialisasi bertema "Memajukan Budaya Menonton Sesuai Usia" ini menyasar peserta dari berbagai kalangan mulai dari siswa, mahasiswa, komunitas dan pegiat film, jurnalis, akademisi serta tenaga didik dengan jumlah 70 orang.
Hairus Salim, mengatakan pengaruh film sangat berdampak bagi pola pikir masyarakat. Maka dari itu Lembaga Sensor Film (LSF) memiliki tugas untuk melindungi dan memastikan masyarakat terhindar dari tontonan negatif.
"Pengaruh film ini juga bisa mempengaruhi mindset masyarakat, maka dari itu Lembaga Sensor Film ini hadir untuk bisa melindungi masyarakat kita dari tontonan negatif," katanya.
Untuk itu, kegiatan dilaksanakan dalam rangka peningkatan kesadaran masyarakat terkait pentingnya budaya sensor mandiri, lebih khusus dalam pemilihan tontonan sesuai dengan usia penonton.
Ia juga menegaskan bahwa negara terus berupaya dan berkeinginan untuk menjalankan perannya sebagai pelindung masyarakat, dalam hal ini memastikan tontonan yang diberikan bisa berdampak positif dengan langkah edukasi budaya menonton sesuai usia.
Baca juga: 1.358 lulusan UMPR siap terjun langsung dalam pembangunan daerah
"Negara ingin menjalankan perannya sebagai pelindung masyarakat, dalam hal ini terus berupaya memastikan tontonan yang diberikan bisa berdampak positif. Salah satu langkah yang bisa kita lakukan dengan cara mengedukasi budaya menonton sesuai usia," ucapnya.
Wakil Rektor III, Guntur Satrio Pratomo yang hadir pada kegiatan itu mengatakan, pihaknya juga merasa perlu menjadi motor penggerak dalam memastikan dan memfasilitasi generasi muda untuk bisa berkreasi dalam pembuatan film positif.
"Kami merasa bahwa institusi akademik perlu menjadi salah satu motor penggerak dalam memastikan dan memfasilitasi para generasi muda untuk bisa berkreasi dalam pembuatan film positif," kata Guntur.
Dia pun mengajak seluruh pihak untuk bisa bersungguh-sungguh dalam memfilter tontonan sesuai usia.
"Ini tantangan bagi kita, mari bersama kita bisa bersungguh-sungguh dalam upaya memfilter tontonan sesuai usia," ucapnya.
Sementara itu, materi sosialisasi dalam kegiatan tersebut diisi oleh dua orang narasumber, yaitu Srie Rosmilawati selaku Dosen di Universitas Muhammadiyah Palangkaraya dan Erlan Basri selaku Ketua Subkomisi Pemantauan LSF Republik Indonesia.
Baca juga: UMPR meriahkan P2KK-Wisuda lewat program UMPR Exhibition
Baca juga: KPU Kalteng tingkatkan partisipasi mahasiswa UMPR di Pilkada 2024 lewat film
Baca juga: Lulusan Fapertahut UMPR siap berkontribusi untuk majukan pertanian Kalteng
"Melalui sosialisasi gerakan nasional ini, kami ingin masyarakat dapat menyaksikan tontonan sesuai klasifikasi usianya," kata Ketua Subkomisi Desa Sensor Mandiri dan Komunitas LSF, Hairus Salim di Palangka Raya, Rabu.
Sosialisasi bertema "Memajukan Budaya Menonton Sesuai Usia" ini menyasar peserta dari berbagai kalangan mulai dari siswa, mahasiswa, komunitas dan pegiat film, jurnalis, akademisi serta tenaga didik dengan jumlah 70 orang.
Hairus Salim, mengatakan pengaruh film sangat berdampak bagi pola pikir masyarakat. Maka dari itu Lembaga Sensor Film (LSF) memiliki tugas untuk melindungi dan memastikan masyarakat terhindar dari tontonan negatif.
"Pengaruh film ini juga bisa mempengaruhi mindset masyarakat, maka dari itu Lembaga Sensor Film ini hadir untuk bisa melindungi masyarakat kita dari tontonan negatif," katanya.
Untuk itu, kegiatan dilaksanakan dalam rangka peningkatan kesadaran masyarakat terkait pentingnya budaya sensor mandiri, lebih khusus dalam pemilihan tontonan sesuai dengan usia penonton.
Ia juga menegaskan bahwa negara terus berupaya dan berkeinginan untuk menjalankan perannya sebagai pelindung masyarakat, dalam hal ini memastikan tontonan yang diberikan bisa berdampak positif dengan langkah edukasi budaya menonton sesuai usia.
Baca juga: 1.358 lulusan UMPR siap terjun langsung dalam pembangunan daerah
"Negara ingin menjalankan perannya sebagai pelindung masyarakat, dalam hal ini terus berupaya memastikan tontonan yang diberikan bisa berdampak positif. Salah satu langkah yang bisa kita lakukan dengan cara mengedukasi budaya menonton sesuai usia," ucapnya.
Wakil Rektor III, Guntur Satrio Pratomo yang hadir pada kegiatan itu mengatakan, pihaknya juga merasa perlu menjadi motor penggerak dalam memastikan dan memfasilitasi generasi muda untuk bisa berkreasi dalam pembuatan film positif.
"Kami merasa bahwa institusi akademik perlu menjadi salah satu motor penggerak dalam memastikan dan memfasilitasi para generasi muda untuk bisa berkreasi dalam pembuatan film positif," kata Guntur.
Dia pun mengajak seluruh pihak untuk bisa bersungguh-sungguh dalam memfilter tontonan sesuai usia.
"Ini tantangan bagi kita, mari bersama kita bisa bersungguh-sungguh dalam upaya memfilter tontonan sesuai usia," ucapnya.
Sementara itu, materi sosialisasi dalam kegiatan tersebut diisi oleh dua orang narasumber, yaitu Srie Rosmilawati selaku Dosen di Universitas Muhammadiyah Palangkaraya dan Erlan Basri selaku Ketua Subkomisi Pemantauan LSF Republik Indonesia.
Baca juga: UMPR meriahkan P2KK-Wisuda lewat program UMPR Exhibition
Baca juga: KPU Kalteng tingkatkan partisipasi mahasiswa UMPR di Pilkada 2024 lewat film
Baca juga: Lulusan Fapertahut UMPR siap berkontribusi untuk majukan pertanian Kalteng