Sampit (ANTARA) - Dalam melaksanakan tugas membina warga binaan, Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Kelas IIB Sampit Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim), Kantor Wilayah Kemenkumham Kalimantan Tengah tidak hanya berfokus pada pembinaan keterampilan tetapi juga spiritual, salah satunya melalui seni hadrah.
“Kami secara rutin mengadakan latihan hadrah bagi warga binaan yang beragama Islam, diharapkan melalui pembinaan seperti ini bisa menjadi kesempatan bagi warga binaan untuk lebih dekat dengan Allah,” kata Kepala Lapas Kelas IIB Sampit, Meldy Putera di Sampit, Senin.
Pembinaan spiritual bagi warga binaan adalah upaya untuk membantu mereka memperkuat hubungan spiritual dan ketenangan batin selama menjalani masa hukuman.
Pembinaan spiritual juga bertujuan untuk membentuk karakter dan mental warga binaan, sehingga mereka dapat menjadi pribadi yang lebih baik dan siap kembali ke masyarakat.
Selain seni hadrah ada beberapa kegiatan pembinaan spiritual yang dilaksanakan Lapas Kelas IIB Sampit disesuaikan dengan agama dari warga binaan, salah satunya ibadah Basarah yang dilaksanakan umat Hindu Kaharingan setiap Kamis.
Meldy mengaku bangga, karena antusiasme yang ditunjukkan warga binaan setempat terhadap program pembinaan spiritual cukup tinggi.
Ia yakin kegiatan ini dapat membawa dampak positif dalam pembinaan warga binaan, memberikan kesempatan bagi mereka untuk berubah dan memperbaiki diri.
Baca juga: Disnakertrans Kotim bagikan 4.400 lebih kartu BPJS pekerja rentan
“Latihan hadrah ini membawa harapan baru bagi warga binaan untuk terus berkembang dalam aspek spiritual dan keterampilan,” ucapnya.
Latihan hadrah biasanya dilaksanakan di Masjid At-Taubah yang berada di dalam lingkungan Lapas Kelas IIB Sampit setiap pekan. Kegiatan ini sudah seperti intermezo bagi warga binaan di tengah rutinitas harian mereka.
Dengan semangat tinggi, puluhan warga binaan berkumpul untuk mengasah keterampilan seni, sekaligus mendekatkan diri pada Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Seni hadrah yang melibatkan rebana sebagai alat perkusi, bukan sekadar hiburan, tetapi juga sarana spiritual.
Dalam setiap hentakan rebana dan syair yang dilantunkan, warga binaan menemukan kedamaian dan ketenangan. Tidak sekadar belajar musik, tetapi juga menggali makna dalam setiap gerakan dan kata, menjadikan ini sebagai jalan untuk memperbaiki diri.
“Saya senang mengikuti pelatihan ini, karena memberikan saya kesempatan untuk merasa lebih dekat dengan Allah, seperti sebuah pelarian dari rutinitas yang berat,” ucap Ahmad, salah seorang warga binaan.
Meskipun selama menjalani pembinaan tak selalu mulus, terkadang ada rintangan yang dihadapi seperti alat musik yang rusak atau rasa grogi berada di tengah warga binaan lainnya yang membuat kurang percaya diri.
Namun dengan saling mendukung, semangat mereka kembali menyala dan menambah rasa kebersamaan di antara sesama warga binaan.
Baca juga: Disdik Kotim tunggu petunjuk teknis program makan bergizi gratis
Baca juga: Pemkab Kotim anggarkan Rp1 miliar untuk beasiswa santri ke luar negeri
Baca juga: Bantuan DAK merosot, Disdik Kotim ingatkan sekolah perbaiki dapodik