Sampit (ANTARA) - Intensitas curah hujan di Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim), Kalimantan Tengah mulai menurun dalam sepekan terakhir, walau begitu Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) setempat menyebut potensi banjir masih ada selama Februari-Maret 2025.

“Memang untuk wilayah Kotim saat ini masih aman, karena curah hujan lebih banyak di wilayah selatan, tapi itu tetap menjadi perhatian kita. Apalagi untuk ancaman banjir itu tetap ada pada Februari - Maret,” kata Kepala Pelaksana BPBD Kotim Multazam di Sampit, Senin.

Ia menuturkan, awalnya pihaknya cukup mengkhawatirkan potensi banjir di Januari 2025, sebab jika mengacu pada 2024 lalu pada bulan yang sama terjadi banjir yang cukup parah di sebagian besar wilayah Kotim.

Namun, pihaknya bersyukur Januari 2025 bisa dilalui dengan baik, meski sempat terjadi banjir di beberapa desa tetapi durasinya tidak lama, rata-rata tidak sampai 24 jam sudah surut. 

Multazam menyebutkan, berdasarkan rapat di tingkat provinsi diketahui curah hujan pada periode ini memang lebih banyak di wilayah selatan, seperti Kabupaten Kapuas, Barito Selatan dan Katingan.

Kendati demikian, dengan kondisi iklim di Kotim yang sulit diprediksi maka antisipasi terhadap bencana banjir tetap menjadi prioritas. Terlebih, meskipun intensitas curah hujan mulai berkurang tetapi sebenarnya saat ini Kotim masih diliputi musim hujan.

“Hasil rapat kemarin banjir di Kapuas termonitor cukup dalam dan ini tetap menjadi bagian perhatian kami, karena bagaimanapun juga bencana itu tidak mengenal daerah teritorial, sehingga kami tetap melakukan antisipasi,” ujarnya.

Baca juga: Kunjungan MPP Habaring Hurung meningkat hingga 30 persen

Ia meneruskan, untuk menindaklanjuti masih adanya ancaman banjir di Kotim, maka langkah yang penting dilaksanakan adalah mencari penyebab banjir. 

BPBD Kotim telah melakukan asesmen di beberapa lokasi, khususnya di wilayah perkotaan yang diketahui penyebabnya berhubungan dengan drainase dan ini pun telah dikoordinasikan dengan dinas terkait agar dapat melakukan pembersihan drainase.

Contohnya di drainase maupun sungai di Jalan Sampoerna. Upaya ini telah dilakukan pula pada 2024 lalu dan walau tidak bisa mencegah terjadinya banjir sepenuhnya, tetapi setidaknya dapat mempercepat proses surutnya debit air. 

Disamping itu, pihaknya mengimbau masyarakat untuk tetap waspada karena terkadang banjir datang secara tiba-tiba. Dalam beberapa kejadian, di daerah tertentu tidak diguyur hujan namun justru mendapat kiriman air dari wilayah hulu yang menyebabkan banjir.

“Misalnya hujan lebat di wilayah atas, ditambah terjadi air pasang yang cukup tinggi sehingga kecepatan tinggi muka air itu terjadi secara drastis. Hal-hal seperti ini perlu diwaspadai,” imbuhnya.

Multazam juga mengharapkan kesadaran masyarakat agar dapat bersama-sama mencegah terjadinya banjir atau meminimalkan dampaknya. Pasalnya, banjir sering kali disebabkan oleh perilaku manusia, seperti membuang sampah sembarangan dan pendangkalan sungai.

“Pendangkalan sungai juga bisa disebabkan oleh manusia, melalui pembukaan lahan yang bebas kemudian menggerus tanah dan itu mengalir ke wilayah sungai sehingga terjadi sedimentasi dan arus di sungai menjadi tidak optimal. Untuk itu, kami berharap kesadaran masyarakat,” demikian Multazam.

Baca juga: DLH Kotim: Dugaan pencemaran sungai di Parenggean imbas pengerukan

Baca juga: DLH Kotim sangat terbantu kinerja 192 tenaga kontrak

Baca juga: Tiga titik panas muncul, BPBD Kotim tingkatkan kesiagaan


Pewarta : Devita Maulina
Uploader : Admin 2
Copyright © ANTARA 2025