Sampit (ANTARA) - Suasana kekeluargaan dan kebersamaan terasa saat warga etnis Tionghoa di Kota Sampit Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim), Kalimantan Tengah berkumpul untuk merayakan Cap Go Meh sebagai perayaan puncak sekaligus penutup Tahun Baru Imlek 2576 kongzili.
“Hari ini kami melaksanakan peringatan Cap Go Meh yang di dalam ajaran Khonghucu ada ibadah shang yuan atas hari pertama dicurahkannya berkat Tuhan, juga sebagai rangkaian penutup Tahun Baru Imlek,” kata Rohaniawan Khonghucu Wenshi Suhardi di Sampit, Rabu.
Suasana gembira ini seperti yang terlihat di Klenteng Kong Miao Litang atau Harmoni Kehidupan yang berlokasi di Jalan MT Haryono Sampit.
Ia menjelaskan, dalam bahasa Hokkien, Cap Go berarti lima belas dan Meh berarti malam. Cap Go Meh merujuk pada malam ke 15 bulan pertama dalam kalender lunar, yang jatuh dua minggu setelah perayaan Imlek.
Kebetulan pada tanggal 15 dalam kalender lunar bertepatan dengan Purnama Raya atau saat terang bulan, sehingga Cap Go Meh juga sekaligus untuk merayakan bulan purnama pertama setelah Tahun Baru Imlek.
“Cap Go Meh ini juga menandai bahwa perayaan Tahun Baru Imlek kali ini telah berakhir dan kita akan memperingati Tahun Baru Imlek di tahun yang akan datang,” imbuhnya.
Agar perayaan Cap Go Meh ini lebih bermakna, umat Khonghucu di Sampit mengawalinya dengan melaksanakan ibadah bersama yang disebut ibadah shang yuan atau ibadah syukur karena telah melewati tahun lalu dan untuk menyambut tahun yang baru.
Baca juga: DMPD Kotim minta camat fasilitasi penyelesaian masalah bantu sosial di Desa Rawa Sari
Umat Khonghucu juga memanjatkan rasa syukur atas segala karunia Tuhan yang tercurah pada tahun sebelumnya dan berdoa agar hari-hari ke depan bisa lebih baik lagi.
Setelah ibadah, umat Khonghucu bersama tamu lainnya mengikuti acara makan bersama untuk semakin mempererat rasa kebersamaan. Kemudian acara diakhiri dengan atraksi Kelompok Barongsai Kong Miao Harmoni Kehidupan (KMHK) binaan klenteng setempat.
“Pertunjukan barongsai tidak ada makna khusus, hanya hiburan saja. Sebagai ungkapan kegembiraan dari Perayaan Tahun Baru Imlek yang kita jalani dengan penuh sukacita dan puncak perayaan itu digelar secara meriah,” ucapnya.
Wenshi Suhardi pun menyebut, perayaan Cap Go Meh ini juga sebagai wujud nyata kerukunan antar etnis maupun agama di Kotim. Sebab, yang hadir bukan hanya warga Tionghoa dan umat Khonghucu, tapi juga warga etnis dan agama lainnya.
Antusias masyarakat dari tahun ke tahun pun dinilai sangat baik. Meski tergolong minoritas, namun mereka merasa diterima dengan baik di Bumi Habaring Hurung tersebut.
Mulai dari pemerintah daerah yang telah berusaha memfasilitasi, mengayomi dan melayani sama seperti agama besar lainnya, sehingga mereka merasa disejajarkan dalam hak dan sebagainya. Lalu, respons masyarakat terhadap umat Khonghucu juga sangat rukun dan harmonis.
“Kami pun terlibat di dalam Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB), di mana Konghucu, Buddha, Hindu, Kaharingan, Islam, Katolik dan Kristen semuanya diberi ruang yang sama diberi kesempatan yang sama,” demikian Wenshi Suhardi.
Baca juga: Pemkab Kotim beri peringatan pedagang berjualan di badan jalan
Baca juga: Disdik Kotim usulkan penangguhan gaji kepsek yang bolos kerja
Baca juga: Dua bocah kakak beradik di Kotim tenggelam di Sungai Mentaya