Sampit (ANTARA) - Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim) melalui Stasiun Meteorologi Haji Asan Sampit memperingatkan Kalimantan Tengah khususnya Kotim, masuk zona merah atau sangat mudah terbakar.
“Dari sistem peringatan dini cuaca, kami informasikan bahwa satu hingga tiga hari ke depan wilayah Kalteng, khususnya Kotim berada pada indikator merah, jadi sangat berpotensi terjadi kebakaran hutan dan lahan (karhutla), untuk itu masyarakat kami imbau waspada,” kata Kepala BMKG Kotim sekaligus Prakirawan Mulyono Leo Nardo di Sampit, Rabu.
Ia menjelaskan, peringatan dini ini mengacu pada peta kemudahan terjadinya kebakaran yang ditinjau dari analisa parameter cuaca wilayah Kalimantan Tengah.
Peta ini dibedakan menggunakan indikator warna, yakni biru untuk kondisi aman, hijau untuk tidak mudah terbakar, kuning untuk mudah terbakar dan merah untuk sangat mudah terbakar.
“Maka dari itu kepada masyarakat di wilayah Kotim, sekarang kita sudah memasuki musim kemarau dan untuk mencegah terjadinya karhutla dan kemungkinan kabut asap, kami imbau masyarakat tidak membakar hutan dan lahan secara sembarangan,” imbaunya.
Selain itu, pihaknya juga mendeteksi adanya peningkatan kemunculan hot spot atau titik panas yang terpantau melalui satelit. Hot spot ini tersebar di wilayah Kotim, baik itu di wilayah selatan, tengah maupun utara.
Seperti yang terdeteksi pada 28 Juli 2025 terpantau sembilan hotspot yang tersebar di Kecamatan Antang Kalang, Bukit Santuai, Mentaya Hilir Utara, Tualan Hulu dan Parenggean.
Baca juga: Wabup Kotim sebut Apdesi mitra strategis wujudkan kemandirian desa
Lalu, 29 Juli 2025 terpantau delapan hot spot di Kecamatan Teluk Sampit, Tualan Hulu, Baamang, Mentaya Hulu dan Telaga Antang.
Namun, ia menjelaskan hotspot adalah lokasi fisik yang memiliki suhu permukaan lebih tinggi dari sekitarnya. Hot spot tidak selalu berarti kebakaran, karena beberapa hot spot yang terdeteksi oleh satelit ini juga bisa disebabkan oleh faktor lain seperti perairan dangkal atau struktur bangunan.
“Jadi untuk memastikan jumlah kejadian karhutla kami tidak bisa mengkonfirmasi, karena kami di BMKG hanya mendeteksi hot spot saja,” imbuhnya.
Dalam kesempatan ini, Mulyono juga menyampaikan sejumlah wilayah Kotim yang termasuk rawan terjadi kebakaran, sebagian besar di wilayah selatan dan beberapa kecamatan di wilayah tengah Kotim.
Sejumlah wilayah tersebut meliputi Kecamatan Teluk Sampit, Mentaya Hilir Selatan, Mentaya Hilir Utara, Pulau Hanaut, Mentawa Baru Ketapang, Baamang, Seranau dan Kota Besi.
“Karena di daerah-daerah itu dominan lahan gambut dan apabila terbakar sulit dipadamkan. Jika kebakaran sudah meluas, maka akan sulit dikendalikan dan dapat menimbulkan kabut asap. Hal itu dapat mengganggu aktivitas masyarakat, kesehatan dan lainnya,” demikian Mulyono.
Baca juga: Disdik Kotim dukung program cek kesehatan di sekolah
Baca juga: Kadisdik Kotim ingatkan pemanfaatan teknologi informasi tetap harus terkontrol
Baca juga: Pemkab Kotim ajak alumni sekolah berkontribusi terhadap kemajuan daerah