Palangka Raya (ANTARA) - Pengusaha furniture asal Selandia Baru Rodney Taua mengaku kekagumannya saat melihat langsung kerajinan tangan khas Kalimantan Tengah (Kalteng) di sejumlah industri rumahan yang ada di Kota Palangka Raya.
"Saya sudah 8 tahun berkecimpung di dunia furnitur dan kerajinan kayu premium, tetapi apa yang saya lihat di sini benar-benar levelnya lain," kata Rodney sambil memegang anyaman tas rotan Dayak di salah satu tempat Industri Kecil Menengah (IKM) di Palangka Raya, Rabu.
Rodney Taua yang memiliki perusahaan furnitur dan dekorasi berbahan kayu ramah lingkungan bernama 'Exquisite Wood Limited' di New Zealand itu mengaku, terpukau seketika ketika melihat anyaman rotan Dayak berkualitas tinggi. Dari ukiran anyaman tas dan sebagainya dengan motif khas suku Dayak Ngaju, serta kain tenun corak batang garing yang dijual para perajin lokal.
Selain itu, istri dari Rodney Taua, Hairunnisa mengatakan, produk para IKM yang ada di 'Kota Cantik' Palangka Raya ini terbilang cukup menarik dan butuh dorongan dan perhatian dari pemerintah terkait produk IKM lokal.
"Minimal ada quality control resmi, pembinaan pengemasan, fumigasi, dan phyto-sanitary yang standar ekspor, sebab New Zealand negara yang paling ketat di dunia soal biosecurity," kata wanita kelahiran Samarinda, Kalimantan Timur itu.
Menurut wanita yang sejak usia lima tahun sudah menetap di Palangka Raya ini, produk Kalimantan yang masih langka justru dianggap unik, otentik, dan memiliki nilai cerita (storytelling) yang kuat, handmade, eco-friendly, dan berbahan alami. Contohnya seperti, anyaman tas purun, topi purun, bakul purun, tas rotan jinjing dan banyak lagi.
Hingga saat ini, Hairunnisa yang juga pemilik galeri Lifestyle Nusantara di Kota Palangka Raya itu, mangaku dalam waktu dekat ini akan membawa beberapa produk-produk andalan khas Kalteng ke Selandia baru, untuk dijual hingga dipromosikan disana.
Baca juga: Produk lokal Kalteng mendunia hingga "Best of the Best" di pasar internasional
"Kita akan upayakan dan membantu memasarkan produk-produk para pengusaha IKM yang ada di Kota Palangka Raya ini, dengan kententuan syarat dan dukungan baik dari pemerintah provinsi maupun pemerintah kota dalam mendukung kemajuan para IKM yang ada di Kalteng," katanya.
Kekaguman seorang pengusaha Selandia Baru ini seolah menjadi pengingat, bahwa kerajinan tangan khas Kalteng bukan hanya warisan lokal, melainkan kekayaan dunia yang layak dipamerkan ke panggung internasional.
Kepala Bidang Industri Dinas Perdagangan, Koperasi, UKM dan Perindustrian Kota Palangka Raya, Margalis menyatakan pemerintah kota terus berupaya memperkuat daya saing UMKM maupun IKM melalui lima pilar utama yaitu permodalan, sarana produksi, peningkatan sumber daya manusia, pemasaran, dan penyederhanaan regulasi.
“Kita punya lima produk industri kecil menengah unggulan yang terus didorong naik kelas, yaitu kerajinan kayu, rotan-purun-nyatu, pangan olahan, sandang termasuk batik benang bintik khas Dayak, serta logam dan alat musik tradisional,” ujar Margalis.
Ia mengungkapkan, pemerintah kota, selalu siap dan mendukung kemajuan para UMKM maupun IKM yang ada di daerahnya.
Meski sejumlah produk sudah berhasil menembus pasar Jepang, Korea Selatan, China, hingga Hong Kong seperti sumpit kayu dan kerajinan personal shipment, Margalis mengakui tantangan terbesar saat ini adalah branding dan kemasan yang belum memenuhi standar global.
Salah satu perajin tas rotan 'A2 Collection' Wawan Setiawan di Palangka Raya mengatakan, sangat bersyukur sekali apabila produknya bisa dipasarkan hingga ke mancanegara, terlebih difasilitasi oleh pihak pemerintah.
"Selama ini, produk yang kami jual hanya di tingkat lokal saja mas, belum sampai menyentuh ke pasar global. Mudah-mudahan dengan hadirnya pengusaha luar negeri ini bisa membawa angin segar untuk kemajuan para IKM yang ada di Kota Palangka Raya," kata Wawan didampingi istri usai menerima kedatangan Pengusaha asal Selandia Baru Rodney Taua dan Hairunnisa di kawasan perumahan Jalan Reflesia IV B, Km 11 Tjilik Riwut.
Baca juga: Produk Kalteng unik, tapi kemasan dan branding masih prematur
Selanjutnya, perajin tas batik khas Kalteng 'Naufal Collection PKY', Fuadi mengatakan, memulai bisnis usahanya sejak 2019 hingga sekarang.
"Produk-produk yang kami jual ini terdiri dari tas batik asli buatan tangan dengan mengikuti perkembangan dan minat anak muda zaman modern sekarang," kata Fuadi di Palangka Raya.
Ia mengungkapkan, selain pembuatan tas batik, pihaknya juga membuat pakaian dengan motif khas Kalteng, yang mana penjualannya memanfaatkan media sosial hingga di Car Free Day (CFD).
Tas batik maupun pembuatan pakaian dengan motif khas Kalteng milik 'Naufal Collection PKY' ini menjadi salah satu produk yang diminati dan akan dibawa ke pasar Selandia Baru.
"Saya berharap apabila produk batik asal Kalteng kita ini bisa go internasional, maka dunia akan mengenal kita bukan hanya sebagai paru-paru dunia, tapi juga sebagai jantung budaya dan identitas," ucapnya.
Pemilik Indang Apang Galeri, Amelia Agustina mengatakan bahwa produk tas rotan buatan pengrajin lokalnya telah berhasil menembus pasar internasional, seperti Amerika Selatan dan Chile.
"Saat ini, Indang Apang Galeri tengah menjajaki kerja sama baru dengan Belanda. Mereka tertarik dengan kualitas anyaman dan keunikan motif tradisional khas Kalteng," kata Amelia.
Ia juga bersyukur dan beruntung setelah bertemu pengusaha asal Selandia Baru Rodney Taua berserta istri saat berkunjung ke galerinya.
Amelia berharap, dengan hadirnya pengusaha asal Selandia Baru ini, produk-produknya bisa bertambah luas ke mancanegara.
"Saya akui, bahwa pasar Selandia Baru memang susah ditembus, apabila bisa masuk saja ke pasar Selandia Baru, maka kami akan sangat bersyukur sekali dengan membuka peluang baru bagi produk khas Kalteng kami," katanya.