Sampit (Antara Kalteng) - Anggota Komisi II DPRD Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah, Ida Laila mendukung dan mendorong pemerintah daerah itu mengembangkan cabai rawit.
"Harga cabai rawit di pasaran sering mahal dan terkadang tidak terkendali, kondisi itu tentunya akan memicu terjadinya inflasi. Kami harap pemerintah daerah bisa turut menekan gejolak harga di pasar, yakni dengan meningkatkan budidaya cabai rawit," katanya kepada wartawan di Sampit, Selasa.
Lahan di Kotawaringin Timur cukup tersedia dan cocok untuk pengembangan budidaya cabai, peluang tersebut hendaknya bisa dimanfaatkan oleh pemerintah daerah bersama petani.
Menurut Ida Laila, dengan adanya pengembangan cabai diharapkan dapat menekan harga di pasaran.
Selain itu juga untuk menghentikan atau memutus ketergantungan pasokan cabai dari luar daerah, seperti Banjarmasin dan Jawa.
Dari sisi harga komoditas sangat menjanjikan karena harganya mencapai puluhan ribu bahkan ratusan ribu per kilogramnya.
"Belajar dari harga cabai yang terus meningkat bisa jadi pemacu petani kita untuk membudidayakan, fenomenal naik harga ini bukan hanya sekali ini saja, karena itu saya mendukung apabila pemerintah memprogramkan pemberdayaan petani cabai," katanya.
Ida Laila mengatakan, struktur tanah di Kotim cocok untuk pengembangan cabai. Tidak hanya tanah padat, tanah gambut juga bisa ditanami komoditas cabai. Namun, selama ini paradigma yang terjadi di masyarakat belum menyentuh kepada peluang ekonomi budidaya cabai.
"Selama ini masyrakat kita selalu bergantung kepada satu komoditas saja, misalnya kelapa sawit, rotan atau karet. Mereka tidak mau mencoba terobosan untuk mengelola dan membudidayakan tanaman lain seperti cabai atau bawang merah yang harganya cenderung lebih mahal," katanya.
Ida laila menegaskan, ketergantungan pasokan cabai dari luar daerah harus dihentikan, Dinas Pertanian diharapkan punya formulasi untuk membudidayakan hamparan lahan kosong di Kotim melalui program kelompok tani.
Kemudian kelompok itu dibentuk dan diarahkan untuk mengelola komoditas tersebut.
"Dengan harapan ketergantungan pada distribusi cabai dari daerah lain dapat teratasi, apalagi harga cabai sedang mahal. Untuk itu pihaknya mengaku siap membantu penyediaan sarana dan prasarana penunjang untuk petani." katanya.
Sementara itu, berdasarkan data pemerintah Kabupaten Kotawaringin Timur jumlah penduduk di daerah itu merupakan terbanyak di Kalimantan Tengah, yakni 405.700 jiwa dengan kebutuhan cabai per bulan mencapai sekitar 7 ton.
Sedangkan pada 2015 kebutuhan cabai di Kotawaringin Timur sekitar 500 ton dan pada 2016 meningkat menjadi sebanyak 700 ton yang dibutuhkan.
"Pada tahun 2015 tanaman cabai kita seluas 15 hektare, dan pada tahun 2016 bertambah menjadi 71 hektare," kata Kepala Dinas Pertanian Peternakan dan Penyuluhan Kotawaringin Timur, Made Dikantara.
Dia menambahkan, jika ditinjau dari aspek luasan wilayah dan jumlah penduduk, Kotim merupakan wilayah yang cukup potensial untuk didorong menjadi penghasil cabai bagi Kalteng.
Dengan begitu, dia berharap ke depan Kotim menjadi penghasil cabai terbesar di Bumi Tambun Bungai. Bukan hanya untuk kebutuhan masyarakat Kotim, tetapi juga didistribusikan ke daerah-daerah lain di Kalteng.