"Tugu ekuator ini merupakan salah satu potensi pariwisata di Murung Raya sehingga kami akan bekerja sama dengan pihak lain untuk mengelola objek wisata itu," kata Kepala UPTD KPHP Murung Raya (Mura), Budi Santosa di Puruk Cahu, Selasa.
Menurut Budi, sekarang sejumlah potensi objek wisata di kabupaten paling pedalaman Sungai Barito ini pengelolaanya dilakukan pihaknya setelah terbentuknya KPHP oleh Pemerintah Pusat dan Pemprov Kalteng.
Sehingga, kata dia, kesatuan pengelolaan hutan bisa mengelola sendiri kalau punya kemampuan dan juga bisa bekerjasama baik dengan perorangan, BUMDes, BUMN, Koperasi/UMKM, BUMD dan BUMSI.
"Untuk menyiapkan pengelolaan potensi wisata ini kami sedang menyusun site plan dan meningkatkan Sumber Daya Manusia diantaranya melatih tenaga wisata konservasi dan pemandu wisata," katanya.
Budi menjelaskan Tugu Ekuator yang merupakan kawasan lintasan garis khatulistiwa berada di kabupaten paling utara Kalteng itu dibangun pada 2001 oleh perusahaan hak pengusahaan hutan (HPH) PT Sarang Sapta Putra.
Tugu di wilayah kabupaten yang kaya akan hasil sumber daya alam diantaranya kayu, batu bara dan emas ini merupakan daerah pemekaran dari Kabupaten Barito Utara itu letaknya relatif jauh dari Puruk Cahu, ibu kota Kabupaten Murung Raya, sekitar 3-4 jam dengan perjalanan menggunakan mobil maupun roda dua atau sekitar 100 kilometer lebih, kalau musim kemarau jarak tempuh hanya sekitar 2 jam lebih.
"Untuk itu kami berupaya mengelola potensi wisata ini untuk menjadi salah satu destinasi pariwisata baik di Murung Raya maupun Kalteng," jelas dia.
Apalagi tidak jauh dari lokasi tugu tersebut ada air terjun Bumbun yang tingginya mencapai 20 meter, sehingga dengan keindahan air terjun yang dikelilingi hutan itu mampu menghilangkan kelelahan menuju kawasan tersebut.
Dia mengakui saat ini sarana dan prasarana di kawasan tugu dan air terjun Bumbun itu masih minim dan terbatasnya SDM potensi wisata dan belum dibuatkan website.
Meski masih belum maksimal, namun kawasan wisata tugu ekuator dan air terjun itu sudah banyak dikunjungi wisatawan lokal terutama pada hari-hari libur istimewa seperti akhir tahun dan lebaran.
Sebagian besar wisatawan lokal sendiri dari Puruk Cahu dan luar daerah diantaranya dari Muara Teweh, Kuala Kurun dan Palangka Raya.
"Memang saat ini masuk ke tempat wisata ini tidak dipungut biaya atau gratis, namun kedepannya dijajaki untuk dipungut retribusi atau tiket masuk yang akan diatur melalui Peraturan Guberur Kalteng," kata dia.
Budi mengatakan saat sejumlah potensi wisata di Murung Raya yang sudah tercatat di Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan serta Bappenas ini selain tugu khatulistiwa dan air terjun Bumbun itu juga ada Puncak Muro di Desa Olong Muro Kecamatan Tanah Siang Selatan.
Kemudian Jembatan Pajai yang terbuat dari baja dan kayu ulin yang mampu dilewati truk logging di Kecamatan Uut Murung, Bukit Pasir Putih di Desa Olong Balo Kecamatan Tanah Siang dan memansing ikan Sapan ikan endemik di hulu Sungai Barito.
"Disamping wisata alam juga wisatawan bisa mengunjungi potensi wisata budaya di Kecamatan Tanah Siang diantaranya rumah adat Dayak Betang dan lainnya," ujar Budi.