Psikolog: Bermain bareng anak tidak perlu ribet

id Bermain bareng anak tidak perlu ribet,Psikolog, orang tua dan anak

Psikolog: Bermain bareng anak tidak perlu ribet

Ilustrasi (Pixabay)

Jakarta (ANTARA) - Interaksi positif antara orang tua dan anak bisa terbangun dari kegiatan bermain yang ternyata tidak perlu ribet, asalkan orang tua fokus selama bersama anak.

"Selain memperhatikan kebutuhan-kebutuhan fisik, seperti makan, tidur dan lainnya, kita perlu ajak bermain anak. Bermain sebenarnya tidak perlu yang ribet-ribet, karena yang anak butuhkan bermain yang interaksinya sama orang tua," ujar psikolog klinis anak, Rayi Tanjung Sari dalam webinar “Peran Probiotik Di 1.000 Hari Pertama Kehidupan", Kamis.

Menurut Rayi, permainan seperti bermain cilukba, main ayun anak dengan selimut atau menggendong anak sambil bernyanyi sebenarnya sudah baik dan cukup.

"Sederhana, boleh menggunakan alat mainan, tapi tidak perlu khawatir jika tidak ada," kata dia.

Baca juga: Tips hindari stres saat mengajari anak di rumah

Sesuaikan juga jenis permainan dan usia anak Anda. Ingatlah, saat bermain sebaiknya orang tua menikmati, fokus sekaligus terlibat dalam permainan. Kesampingkan dulu pikiran-pikiran lain agar bisa berkoneksi dengan kebutuhan anak.

Durasinya tidak perlu terlalu lama, 15 menit dalam satu hari saja sebenarnya sudah cukup misalnya misalnya menjelang tidur, di sela waktu istirahat bekerja atau waktu lainnya.

"Selama 15 menit tidak apa-apa asalkan kita fokus pada anak. Perlu tunjukkan sentuhan kasih sayang yang banyak, pelukan, kontak mata, nada bicara yang lembut dan tepat," tutur Rayi.

Baca juga: Yang harus dilakukan ketika anak minta izin bertemu temannya

Orang tua juga bisa membiarkan anak bermain sendiri namun perlu mengontrol waktunya, sembari diimbangi bermain bersama.

Bermain bersama selain sekedar untuk menghibur anak juga berperan penting dalam tumbuh kembangnya. Penelitian menunjukkan, bermain bisa menumbuhkan kemampuan yang tidak didapat anak saat belajar dari hal-hal akademis.

Selain itu, bermain juga bisa menjadi sarana mengembangkan kemampuan sosial anak misalnya saat mereka berinteraksi dengan teman-teman di lingkungannya, lalu membentuk anak menjadi sosok yang lebih percaya diri.

Baca juga: Ciri-ciri anak sehat secara mental

Baca juga: Tekanan akademis bisa sebabkan anak kena gejala depresi

Baca juga: Jangan lupa atur 'screen time' dan jaga anak tetap aktif