Raih gelar doktor, Hasto Kristiyanto menagis terharu

id Hasto Kristiyanto, gelar doktor, Universitas Pertahanan, Bung Karno, geopolitik Soekarno,Raih gelar doktor, Hasto Kristiyanto menagis terharu,Unhan,PD

Raih gelar doktor, Hasto Kristiyanto menagis terharu

Mahasiswa doktoral Universitas Pertahanan (Unhan) yang juga Sekjen DPP PDIP Hasto Kristiyanto menahan tangis ketika menyandang gelar doktor bidang Ilmu Pertahanan di Kampus Unhan, Sentul, Bogor, Jawa Barat, Senin (6/6/2022). ANTARA/HO-PDIP

Bogor (ANTARA) -
Tangis haru mahasiswa doktoral Universitas Pertahanan (Unhan) Hasto Kristiyanto saat menyandang gelar doktor Ilmu Pertahanan usai menjalani Sidang Promosi Terbuka Unhan dengan predikat summa cum laude.
 
Sambil menangis, Hasto mengucapkan terima kasih kepada presiden kelima RI yang juga Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri yang menjadi salah satu pengujinya di Aula Merah Putih, Universitas Pertahanan, Sentul, Senin.
 
"Penelitian ini kami persembahkan bagi Ibu Megawati Soekarnoputri sehingga mimpi Ibu, Bung Karno tidak hanya diterima apa adanya, tetapi Bung Karno dengan pemikirannya akan selalu hidup dan menggerakkan Indonesia untuk menjadi pemimpin di antara bangsa-bangsa di dunia. Terima kasih," kata Hasto tak bisa menahan haru.
 
Hasto sempat meneteskan air mata. Maskernya pun dibuka untuk mengusap air mata dan hidungnya. Melihat momen itu, putrinya yang biasa dipanggil Mbak Astri lantas mendekati podium dan memberikan tisu.
 
Sebelum momen itu terjadi, Hasto menceritakan suatu hal penting bersama Megawati.
 
"Saya teringat tahun 2008 saat itu di Buleleng. Di pinggir pantai, suasananya enak, kontemplatif, saya bertanya kepada Ibu Mega. Apa mimpi Ibu Mega? Ini belum pernah saya ceritakan. Bu Mega diam sejenak lalu mengatakan kepada saya 'Mimpi saya adalah agar Bung Karno ini diterima sewajarnya di republik ini'," kata Hasto.
 
Menurut dia, pernyataan Megawati itu luar biasa, apalagi dari pengalaman hidup Megawati bagaikan falsafah Jawa cokro manggilingan.
 
Jadi anak presiden, tinggal di istana, kemudian akibat peristiwa politik yang tidak jelas kebenarannya sampai sekarang menjadi rakyat biasa, tidak membawa apa-apa. Bahkan, Bung Karno tidak tahu berapa gajinya, di mana dana pensiunnya tidak tahu.

"Kami tahu apa yang terjadi dengan Bung Karno. Pernah suatu ketika tanpa proses hukum yang jelas Ibu Mega menengok Bung Karno membawa makanan," kata Hasto.

Ia melanjutkan, "Ransum makanan yang mau dikasih kepada proklamator yang berjuang sejak usia 16 tahun keluar masuk penjara dengan penuh keyakinan berjuang bagi kepentingan negara lebih penting daripada keluarga, makanan ini diaduk-aduk dengan bayonet."
 
Akan tetapi, dengan seluruh proses seperti itu, ketika reformasi, Jenderal Besar H.M. Soeharto jatuh, semua menghujat presiden kedua RI itu.
 
"Ibu Mega mengatakan 'Setop hujat Pak Harto'. Ibu Mega melakukan langkah rekonsiliasi nasional. Bahkan, tidak ada dendam sedikit pun dari Ibu Mega. Pemerintahan dibangun mengatasi krisis yang menyengsarakan rakyat," ucapnya.
 
Hasto lantas bertanya, "Mengapa dengan pengalaman luar biasa itu Ibu Mega melarang agar Pak Harto jangan dihujat?"
 
"Ibu Mega mengatakan, 'Saya tidak ingin seorang pemimpin dipuja ketika berkuasa dan dihujat ketika tidak berkuasa. Biarlah itu jadi pengalaman Bung Karno saja'. Menurut saya ini luar biasa," ucap Hasto.
 
Megawati hanya punya cita-cita sederhana, yaitu bagaimana Bung Karno diterima apa adanya.
 
"Beliau telah melakukan rekonsiliasi nasional tanpa dendam yang menurut saya lebih hebat dari Nelson Mandela," katanya.