"Selama pandemi, ibu hamil mengalami beberapa hal yang menyebabkan stres seperti pembatasan sosial, perasaan takut akan kematian, kondisi keuangan yang tidak stabil, dan lain-lain," kata direktur Developing Brain Institute, Catherine Limperopoulos, dalam dilansir dari artikel pada Medical Daily yang dirilis 11 Mei 2023.
Dia menambahkan perubahan plasenta terjadi pada beberapa ibu hamil dan perlu adanya penelitian untuk mengetahui dampak dari perubahan tersebut terhadap anak-anak yang lahir selama pandemi COVID-19.
Dalam penelitiannya tim riset membandingkan hasil pemeriksaan radiologi dari 165 wanita yang hamil sebelum Maret 2020 dengan 63 wanita yang hamil selama pandemi.
Baca juga: Kurangi risiko keguguran dengan diet banyak buah dan sayur
Partisipan yang hamil selama pandemi tidak terkena COVID-19 dan memiliki skor tinggi dalam kuisioner yang mengukur tingkat stres dan depresi.
Sebelumnya para peneliti menemukan bahwa plasenta dapat beradaptasi dengan perubahan negatif pada kondisi mental ibu hamil. Namun gangguan pada fungsi plasenta juga menunjukkan dampak negatif terhadap perkembangan otak janin dan neurobehavior serta temperamen anak.
Hasil dari penelitian baru menunjukkan bahwa gangguan pada perkembangan plasenta dalam rahim dapat memengaruhi kemampuan plasenta dalam mendukung kesehatan janin.
Para peneliti memperhatikan keterkaitan antara perubahan pada struktur plasenta dan peningkatan stres selama kehamilan. Mereka berharap faktor stres ini dapat dicegah jika diketahui lebih awal dan dapat memperbaiki kesehatan plasenta serta kehamilan.
"Jika diketahui lebih awal, stres kehamilan adalah faktor risiko yang dapat diubah yang bisa ditangani dengan psikoterapi, dukungan sosial, dan intervensi berbasis bukti lainnya yang dipersonalisasi," kata Catherine.
Baca juga: Awas! Wanita hamil yang depresi berisiko kena stroke usai melahirkan
Baca juga: Benarkah positif COVID-19 saat hamil berisiko gangguan otak pada bayi laki-laki
Baca juga: Kenali penyebab hingga makanan yang baik untuk gangguan kesuburan