Balai Adat Malaris dijaga kelestariannya

id bp geopark meratus,balai adat malaris,dayak gunung meratus,kalteng

Balai Adat Malaris dijaga kelestariannya

Balai Adat Malaris Loksado, di HSS, Kalsel. (ANTARA/Bayu Pratama)

Banjarmasin (ANTARA) - Badan Pengelola Geopark Meratus Kalimantan Selatan memastikan Balai Adat Malaris atau Balai Adat Agama Kaharingan Suku Dayak Gunung Meratus di Loklahung, Kecamatan Loksado, Kabupaten Hulu Sungai Selatan terus dijaga kelestariannya.

 

BP Geopark Meratus dan Pemprov Kalsel melalui Dinas Komunikasi dan Informatika Kalsel pun berupaya terus mendorong kesadaran dan pengetahuan masyarakat tentang pentingnya menjaga kelestarian situs yang besar bangunannya sekitar 50x45 meter tersebut.
 
Tenaga Ahli Badan Pengelola Geopark Pegunungan Meratus Nur Arif di Loksado, Minggu, mengatakan Balai Adat Malaris menjadi prioritas karena terbesar di kawasan Geopark Meratus.
 
"Oleh karena itu, kita wajib jaga kelestariannya," kata dia.


 
 Ia mengatakan, keunikan budaya dan kehidupan masyarakat Suku Dayak Meratus di balai adat ini tentunya menjadi daya tarik tersendiri bagi sektor pariwisata.
 
"Situs geopark atau taman bumi tidak bisa terpisahkan dari pengembangan sektor pariwisata, sehingga berdampak pada masyarakat sekitarnya. Situs geopark itu harus berdekatan dengan masyarakat, memberikan dampak pada masyarakat sekitarnya," ujarnya.
 
Menurut dia, geopark itu fungsinya untuk pendidikan, konservasi, dan pengembangan ekonomi masyarakat.

"BP Geopark Meratus dan Pemprov Kalimantan Selatan terus berupaya untuk membantu mengupayakan pelestarian hingga pengembangan bagi situs-situs ini agar memberikan manfaat yang besar bagi masyarakat," katanya.
 
Salah seorang penduduk di sekitar balai tersebut Wardiansyan (70) mengatakan Balai Adat Malaris ini dibangun sekitar 20 tahun lalu oleh pemerintah untuk menggantikan balai adat lama yang sudah tua.


 
"Hingga kini balai adat masih berfungsi, utamanya untuk kegiatan ritual-ritual khusus seperti aruh adat," katanya.
 
Balai Adat merupakan bagian tidak terpisahkan dari budaya dan kehidupan suku di tempat tersebut, karena tidak hanya sebagai tempat melaksanakan ritual, namun juga tempat tinggal.
 
Di dalam balai adat tersebut, ada bilik-bilik atau layaknya kamar-kamar sebagai tempat ditinggali setiap keluarga, semua rukun bersama, bergotong royong dalam memenuhi kebutuhan sandang maupun pangan.
 
"Kehidupan Suku Dayak Meratus kental dengan kekeluargaan dan persatuan dalam satu atap yang mungkin sudah ratusan tahun lamanya, tercermin dari gambaran nyata pada balai adat tersebut," katanya.
 
Saat ini, menurut dia, era modern sudah masuk ke wilayah dan kebudayaan mereka, sehingga Balai Adat Malaris tidak lagi ditinggali. Namun, kekentalan budaya dan kepercayaan nenek moyang mereka tetap dijaga kelestariannya, dan balai adat tetap menjadi bagian terpenting yang tidak bisa dipisahkan dari identitas kehidupan mereka, termasuk alam di tempat tersebut.

 
"Di balai adat itu mereka bisa melaksanakan berbagai ritual, dari syukuran rezeki melimpah dari bumi, tolak bala hingga ritual pengobatan tradisional," katanya.