Mitos dan fakta tentang donor darah
Jakarta (ANTARA) - Bulan Januari diperingati sebagai Bulan Donor Darah Nasional di Amerika Serikat, untuk meningkatkan kesadaran akan pentingnya donor darah.
Menurut Palang Merah Amerika, yang ditulis laman Medical Daily, Jumat (12/1), jumlah orang yang mendonorkan darah melalui organisasi nirlaba telah menurun sekitar 40 persen dalam 20 tahun terakhir. Selain penurunan donasi secara keseluruhan, terhentinya proses donor darah antara Natal dan Tahun Baru telah menyebabkan kekurangan sekitar 7.000 unit.
Secara umum syarat donor darah di AS adalah orang yang berusia 17 tahun (16 tahun dengan izin orang tua jika diizinkan oleh undang-undang negara bagian), memiliki berat badan minimal 110 pon (49,8 kg), dan secara umum memiliki kesehatan yang baik.
Direktur Bank Darah dan Pengobatan Transfusi di Rumah Sakit Bellevue-Universitas New York Dr. Jessica Jacobson mengatakan mitos yang banyak ditemukan adalah mendonor darah membuat sakit dan pendonor bisa tertular infeksi. Faktanya, orang sehat yang mendonorkan darahnya tidak akan menjadi kurang sehat setelahnya, dan tidak ada risiko tertular infeksi melalui donasi.
"Donor darah sangat aman. Setiap pendonor diberikan peralatan steril sekali pakai. Seorang pendonor tidak terkena darah orang lain," kata Jacobson.
Jacobson juga mengatakan 95 persen lebih pendonor tidak mengalami efek samping. Sebagian besar efek samping, jika terjadi, adalah ringan dan termasuk memar, merasa ingin pingsan, dan iritasi saraf.
Kurang dari 0,1 persen pendonor darah mengalami reaksi donor darah signifikan yang memerlukan perawatan medis, menurut Jacobson.
Mitos kedua, jika sedang menjalani pengobatan apa pun, seseorang tidak dapat mendonorkan darah.
Namun faktanya, orang dengan masalah kolesterol dan tekanan darah tinggi biasanya memenuhi syarat untuk mendonorkan darahnya. Selain itu, obat-obatan yang diresepkan untuk kondisi ini umumnya tidak mendiskualifikasi seseorang untuk berpartisipasi dalam donor darah.
Meskipun sebagian besar pengobatan tidak membuat seseorang tidak memenuhi syarat untuk mendonor darah, pengobatan tertentu mungkin mendiskualifikasi beberapa individu untuk berpartisipasi dalam proses tersebut.
"Donor darah alogenik harus aman bagi pendonor dan penerimanya. FDA melarang orang yang memakai obat tertentu untuk mendonorkan darahnya untuk melindungi penerimanya. Orang yang memakai obat untuk mencegah atau mengobati infeksi HIV tidak memenuhi syarat untuk mendonorkan darah alogenik," kata Jacobson menjelaskan.
Transfusi alogenik, juga dikenal sebagai transfusi darah homolog, melibatkan transfusi antara donor yang kompatibel dan pasien.
Mitos terakhir adalah mendonorkan darah menghabiskan persediaan darah seseorang
Faktanya, rata-rata orang dewasa memiliki sekitar 10,5 liter darah di tubuhnya, dan hanya sekitar satu liter darah yang dikumpulkan selama sesi donor darah. Volume darah terisi kembali dan kembali normal dalam waktu 24 jam.
Darah utuh dapat didonorkan sekali dalam delapan minggu, sedangkan trombosit dapat disumbangkan dua kali dalam tujuh hari atau hingga 24 kali dalam 12 bulan.
"Seseorang dapat mendonorkan darah utuh setiap 56 hari sekali. Karena sel darah merah biasanya bertahan selama sekitar 120 hari, tubuh Anda terus membuat sel darah merah baru. Setiap hari tubuh Anda menghasilkan sekitar 10 persen trombosit. Faktor pembekuan sel darah putih dan protein lain dalam plasma juga terus dibuat dan diganti," kata Jacobson.
Bagian dari evaluasi setiap donor sebelum mendonor darah adalah memeriksa kadar hemoglobin orang tersebut untuk memastikan bahwa darahnya benar aman bagi mereka untuk berdonasi.
Penerjemah: Fitra Ashari
Menurut Palang Merah Amerika, yang ditulis laman Medical Daily, Jumat (12/1), jumlah orang yang mendonorkan darah melalui organisasi nirlaba telah menurun sekitar 40 persen dalam 20 tahun terakhir. Selain penurunan donasi secara keseluruhan, terhentinya proses donor darah antara Natal dan Tahun Baru telah menyebabkan kekurangan sekitar 7.000 unit.
Secara umum syarat donor darah di AS adalah orang yang berusia 17 tahun (16 tahun dengan izin orang tua jika diizinkan oleh undang-undang negara bagian), memiliki berat badan minimal 110 pon (49,8 kg), dan secara umum memiliki kesehatan yang baik.
Direktur Bank Darah dan Pengobatan Transfusi di Rumah Sakit Bellevue-Universitas New York Dr. Jessica Jacobson mengatakan mitos yang banyak ditemukan adalah mendonor darah membuat sakit dan pendonor bisa tertular infeksi. Faktanya, orang sehat yang mendonorkan darahnya tidak akan menjadi kurang sehat setelahnya, dan tidak ada risiko tertular infeksi melalui donasi.
"Donor darah sangat aman. Setiap pendonor diberikan peralatan steril sekali pakai. Seorang pendonor tidak terkena darah orang lain," kata Jacobson.
Jacobson juga mengatakan 95 persen lebih pendonor tidak mengalami efek samping. Sebagian besar efek samping, jika terjadi, adalah ringan dan termasuk memar, merasa ingin pingsan, dan iritasi saraf.
Kurang dari 0,1 persen pendonor darah mengalami reaksi donor darah signifikan yang memerlukan perawatan medis, menurut Jacobson.
Mitos kedua, jika sedang menjalani pengobatan apa pun, seseorang tidak dapat mendonorkan darah.
Namun faktanya, orang dengan masalah kolesterol dan tekanan darah tinggi biasanya memenuhi syarat untuk mendonorkan darahnya. Selain itu, obat-obatan yang diresepkan untuk kondisi ini umumnya tidak mendiskualifikasi seseorang untuk berpartisipasi dalam donor darah.
Meskipun sebagian besar pengobatan tidak membuat seseorang tidak memenuhi syarat untuk mendonor darah, pengobatan tertentu mungkin mendiskualifikasi beberapa individu untuk berpartisipasi dalam proses tersebut.
"Donor darah alogenik harus aman bagi pendonor dan penerimanya. FDA melarang orang yang memakai obat tertentu untuk mendonorkan darahnya untuk melindungi penerimanya. Orang yang memakai obat untuk mencegah atau mengobati infeksi HIV tidak memenuhi syarat untuk mendonorkan darah alogenik," kata Jacobson menjelaskan.
Transfusi alogenik, juga dikenal sebagai transfusi darah homolog, melibatkan transfusi antara donor yang kompatibel dan pasien.
Mitos terakhir adalah mendonorkan darah menghabiskan persediaan darah seseorang
Faktanya, rata-rata orang dewasa memiliki sekitar 10,5 liter darah di tubuhnya, dan hanya sekitar satu liter darah yang dikumpulkan selama sesi donor darah. Volume darah terisi kembali dan kembali normal dalam waktu 24 jam.
Darah utuh dapat didonorkan sekali dalam delapan minggu, sedangkan trombosit dapat disumbangkan dua kali dalam tujuh hari atau hingga 24 kali dalam 12 bulan.
"Seseorang dapat mendonorkan darah utuh setiap 56 hari sekali. Karena sel darah merah biasanya bertahan selama sekitar 120 hari, tubuh Anda terus membuat sel darah merah baru. Setiap hari tubuh Anda menghasilkan sekitar 10 persen trombosit. Faktor pembekuan sel darah putih dan protein lain dalam plasma juga terus dibuat dan diganti," kata Jacobson.
Bagian dari evaluasi setiap donor sebelum mendonor darah adalah memeriksa kadar hemoglobin orang tersebut untuk memastikan bahwa darahnya benar aman bagi mereka untuk berdonasi.
Penerjemah: Fitra Ashari