KOI kecam aksi rasisme dalam olahraga

id koi,Komite Olimpiade Indonesia,Raja Sapta Oktohari ,rasis,olahraga

KOI kecam aksi rasisme dalam olahraga

Ketua Umum Komite Olimpiade Indonesia (KOI) Raja Sapta Oktohari.(ANTARA/RAUF ADIPATI)

Jakarta (ANTARA) - Ketua Komite Olimpiade Indonesia (KOI) Raja Sapta Oktohari mengecam aksi rasisme dalam olahraga karena akan membuat olahraga Indonesia tidak bisa naik ke level yang lebih tinggi.


"Indonesia punya mimpi menjadi tuan rumah Olimpiade dan banyak multievent olahraga kelas dunia lain. Tapi kalau kita masih ada rasis dan diskriminasi, olahraga kita tidak akan pernah naik level. Mental ini yang harus dibenahi," ujar Oktohari dalam rilis pers yang diterima di Jakarta, Sabtu.

Ia menyampaikan hal itu berkaitan dengan munculnya aksi rasisme dari oknum warga pengguna media sosial (warganet) pendukung timnas Indonesia U-23 usai laga play-off Olimpiade melawan Guinea di Paris, Prancis, Kamis (9/5).

Sebagai bangsa yang besar, kata dia, Indonesia memiliki mimpi untuk menjadi tuan rumah ajang olahraga dunia. Beberapa agenda olahraga dunia telah masuk dalam daftar, seperti Kejuaraan Dunia Senam 2025, Piala Dunia Basket U-19, sampai ke Youth Olympic Games dan Olimpiade 2036.

Oleh sebab itu, Indonesia harus bisa menjunjung tinggi nilai-nilai Olimpiade supaya bisa menaikkan level olahraga di mata dunia.

Oktohari mengatakan, Indonesia sebagai sebuah bangsa yang besar tak boleh ada diskriminasi dalam olahraga sebagaimana nilai-nilai pada Piagam Olimpiade (Olympic Charter) yang menyebutkan tiga prinsip utama yaitu excellentfriendship, dan respect.

Piagam Olimpiade menjamin atlet yang berkompetisi tidak boleh mendapatkan diskriminasi dalam bentuk apa pun, seperti ras, warna kulit, jenis kelamin, orientasi seksual, bahasa, agama, pendapat politik atau hal lain yang berkaitan dengan asal kebangsaan, sosial, properti, kelahiran atau status lainnya.



“Nilai-nilai ini yang harus kita jaga. Indonesia harus punya suara untuk no racism, no discriminations and keep sports as neutral zone," ujarnya.

Oktohari mengingatkan agar jangan sampai Indonesia dikucilkan dari pergaulan olahraga internasional karena melakukan diskriminasi dalam olahraga, terutama kepada atlet.

Olahraga, kata dia, adalah aktivitas independen yang mengedepankan sportivitas, kepedulian, dan persahabatan. Oktohari kemudian mengutip pernyataan Bapak Olimpiade Pierre Le Coubertin yang menyampaikan bahwa perdamaian tidak akan pernah diraih tanpa memisahkan ras.

Sehingga melalui kegiatan olahraga, kata dia, masyarakat Indonesia harus menunjukkan kedewasaan dalam menempatkan diri di kancah dunia. Apalagi, Indonesia sedang menargetkan untuk dapat menjadi tuan rumah Olimpiade pada 2036.

"Butuh kedewasaan untuk semua pihak supaya Indonesia bisa jadi negara yang ramah untuk olahraga internasional. Terlebih Indonesia punya mimpi untuk menggelar Olimpiade maupun Youth Olympic," imbuhnya.



Lebih lanjut, Oktohari juga meminta doa terbaik masyarakat untuk tim Indonesia yang masih berjuang pada babak kualifikasi untuk lolos ke Paris 2024 dari cabang olahraga rowing, panjat tebing, judo, atletik, dan renang.

Hingga saat ini, sudah 20 atlet dari sembilan cabang olahraga berhasil meraih tiket ke Olimpiade Paris 2024. Mereka adalah dua atlet dari panahan, Fathur Gustafian dari menembak, Rifda Irfanaluthfi dari senam artistik, Rio Waida dari cabang selancar ombak, Rahmad Adi Mulyono dan Desak Made Rita Kusuma Dewi dari panjat tebing, dua atlet angkat besi, Eko Yuli Irawan (61kg) dan Rizky Juniansyah (73kg), Memo dari rowing, Bernard van Aert dari cabang balap sepeda.

Terbaru, BWF (Badminton World Federation) telah mengeluarkan pernyataan terkait atlet yang lolos kualifikasi pada Jumat (10/5). Indonesia diwakili sembilan atlet, yakni Jonatan Christie dan Anthony Sinisuk Ginting dari tunggal putra, Gregoria Mariska Tunjung di tunggal putri, Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto dari ganda putra, Apriyani Rahayu/Siti Fadia Silva Ramadhanti dari ganda putri, dan Rinov Rivaldy/Pitha Haningtyas Mentari dari ganda campuran.