Muara Teweh (Antaranews Kalteng) – Program pemerintah tentang keluarga berencana (KB) harus ditingkatkan, khususnya peningkatan kesadaran kaum pria tentang bagaimana merencanakan masa depan bersama anak dan istrinya. Kalangan pria perlu mendapatkan perlakuan yang berbeda, terutama oleh para penyuluh KB di lapangan.
"Banyak kaum pria yang merasa malu ketika membicarakan masalah program KB, apalagi kalau penyuluhnya saat ini kebanyakan perempuan. Para bapak-bapak pasti ada perasaan sungkan, malu atau tidak enak kalau membahas masalah itu, apalagi ketika membicarakan penggunaan alat kontrasepsi," kata Anggota Komisi IX DPR RI Hang Ali Saputra Syah Pahan, di Muara Teweh, Jumat.
Menurutnya penyuluh KB pria perlu diperbanyak, sehingga laki-laki yang menjadi sasaran dalam penyuluhan terkait program tersebut bisa lebih mudah dilakukan. Khususnya ketika melakukan diskusi betapa pentingnya melaksanakan program KB bagi kesejahteraan keluarga.
Kemudian, para laki-laki juga akan lebih mudah berkonsultasi dengan penyuluh KB pria, yang berkaitan dengan penggunaan alat kontrasepsi dan hal-hal lain yang berkaitan dengan masalah tersebut.
Peningkatan kesadaran serta pemahaman tentang KB di kalangan laki-laki itu sangat diperlukan, lanjut Hang Ali, sebab untuk mewujudkan dan mencapai tujuan keluarga berencana, memerlukan kesadaran dan pemahaman yang sama antara pasangan suami-istri.
Baca juga: BKKBN Kalteng Terus Berupaya Kuatkan Pembinaan Kesetaraan KB Pria
"Sampai saat ini masih sering terdengar ketika berbicara soal KB, maka bapak-bapaknya pasti mengatakan ‘itu urusan ibu-ibu’. Padahal saat ini, pemerintah melalui BKKBN dan instansi terkait di daerah tengah menggalakkan program KB pria,” ucapnya.
Saat ini, secara resmi alat kontrasepsi (KB) pria diketahui ada dua macam, yaitu kondom dan vasektomi. Namun baru sebagian kecil masyarakat yang mengerti tentang kontrasepsi pria tersebut, terutama vasektomi.
Sementara itu, Kasubbid Bina Kesertaan KB RS dan Klinik Pemerintah Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Pusat Wahidah Paheng, menjelaskan bahwa sukses atau tidaknya keluarga berencana tergantung kesamaan persepsi pasangan suami-istri dan masyarakat.
"Yang harus juga harus dipahami bersama adalah, KB itu bukan hanya kontrasepsi atau untuk mencegah kehamilan. Karena sesungguhnya tujuan utama KB itu agar pasangan suami-istri bisa merencanakan kehidupan keluarganya dalam arti luas, salah satunya adalah jumlah anak. Sehingga diharapkan mereka mampu mewujudkan keluarga yang sehat dan sejahtera," jelas Wahidah.
Hal itu disampaikannya dalam kegiatan integrasi Kampung KB yang digelar BKKBN bersama Mitra Kerja (Komisi IX DPR) di Desa Walur Kecamatan Gunung Timang Kabupaten Barito Utara, Jumat (23/11).
Camat Gunung Timang, Sahmiludin mengatakan, Desa Walur merupakan salah satu kawasan yang ditetapkan sebagai Kampung KB. Desa Walur juga merupakan Kampung KB pertama yang ditetapkan di Kabupaten Barito Utara.
Dipilihnya Desa Walur sebagai Kampung KB, jelas Sahmiludin, daerah itu dinilai memenuhi indikator-indikator yang ditetapkan. Beberapa diantaranya tingkat kelahiran serta kematian ibu dan bayi yang tinggi, masih banyaknya tingkat pernikahan usia dini dan perceraian yang ada di Kecamatan Gunung Timang.
Selain warga Walur, kegiatan yang diikuti 250 orang peserta itu juga datang dari desa-desa sekitar. Kegiatan itu juga diikuti pula para kader dan penyuluh KB, turut hadir Kadis Dalduk KBP3A Barito Utara, Siti Norhanah Irawati.
Baca juga: Vasektomi Itu Bukan Pengebirian, Kata BKKBN
"Banyak kaum pria yang merasa malu ketika membicarakan masalah program KB, apalagi kalau penyuluhnya saat ini kebanyakan perempuan. Para bapak-bapak pasti ada perasaan sungkan, malu atau tidak enak kalau membahas masalah itu, apalagi ketika membicarakan penggunaan alat kontrasepsi," kata Anggota Komisi IX DPR RI Hang Ali Saputra Syah Pahan, di Muara Teweh, Jumat.
Menurutnya penyuluh KB pria perlu diperbanyak, sehingga laki-laki yang menjadi sasaran dalam penyuluhan terkait program tersebut bisa lebih mudah dilakukan. Khususnya ketika melakukan diskusi betapa pentingnya melaksanakan program KB bagi kesejahteraan keluarga.
Kemudian, para laki-laki juga akan lebih mudah berkonsultasi dengan penyuluh KB pria, yang berkaitan dengan penggunaan alat kontrasepsi dan hal-hal lain yang berkaitan dengan masalah tersebut.
Peningkatan kesadaran serta pemahaman tentang KB di kalangan laki-laki itu sangat diperlukan, lanjut Hang Ali, sebab untuk mewujudkan dan mencapai tujuan keluarga berencana, memerlukan kesadaran dan pemahaman yang sama antara pasangan suami-istri.
Baca juga: BKKBN Kalteng Terus Berupaya Kuatkan Pembinaan Kesetaraan KB Pria
"Sampai saat ini masih sering terdengar ketika berbicara soal KB, maka bapak-bapaknya pasti mengatakan ‘itu urusan ibu-ibu’. Padahal saat ini, pemerintah melalui BKKBN dan instansi terkait di daerah tengah menggalakkan program KB pria,” ucapnya.
Saat ini, secara resmi alat kontrasepsi (KB) pria diketahui ada dua macam, yaitu kondom dan vasektomi. Namun baru sebagian kecil masyarakat yang mengerti tentang kontrasepsi pria tersebut, terutama vasektomi.
Sementara itu, Kasubbid Bina Kesertaan KB RS dan Klinik Pemerintah Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Pusat Wahidah Paheng, menjelaskan bahwa sukses atau tidaknya keluarga berencana tergantung kesamaan persepsi pasangan suami-istri dan masyarakat.
"Yang harus juga harus dipahami bersama adalah, KB itu bukan hanya kontrasepsi atau untuk mencegah kehamilan. Karena sesungguhnya tujuan utama KB itu agar pasangan suami-istri bisa merencanakan kehidupan keluarganya dalam arti luas, salah satunya adalah jumlah anak. Sehingga diharapkan mereka mampu mewujudkan keluarga yang sehat dan sejahtera," jelas Wahidah.
Hal itu disampaikannya dalam kegiatan integrasi Kampung KB yang digelar BKKBN bersama Mitra Kerja (Komisi IX DPR) di Desa Walur Kecamatan Gunung Timang Kabupaten Barito Utara, Jumat (23/11).
Camat Gunung Timang, Sahmiludin mengatakan, Desa Walur merupakan salah satu kawasan yang ditetapkan sebagai Kampung KB. Desa Walur juga merupakan Kampung KB pertama yang ditetapkan di Kabupaten Barito Utara.
Dipilihnya Desa Walur sebagai Kampung KB, jelas Sahmiludin, daerah itu dinilai memenuhi indikator-indikator yang ditetapkan. Beberapa diantaranya tingkat kelahiran serta kematian ibu dan bayi yang tinggi, masih banyaknya tingkat pernikahan usia dini dan perceraian yang ada di Kecamatan Gunung Timang.
Selain warga Walur, kegiatan yang diikuti 250 orang peserta itu juga datang dari desa-desa sekitar. Kegiatan itu juga diikuti pula para kader dan penyuluh KB, turut hadir Kadis Dalduk KBP3A Barito Utara, Siti Norhanah Irawati.
Baca juga: Vasektomi Itu Bukan Pengebirian, Kata BKKBN