Kuala Kapuas (ANTARA) - Dinas Kesehatan Kabupaten Kapuas Kalimantan Tengah, menyatakan bahwa keracunan massal usai berbuka puasa di Desa Narahan, Kecamatan Pulau Petak beberapa waktu lalu, ternyata mengandung positif bakteri Salmonella dan Kokus.
Hal ini setelah pihaknya mengambil sampel makanan yang menjadi sumber keracunan diantaranya nasi, kurma, telur, sambal merah dan kue roti gepeng saat di uji lab ke Balai Teknik Kesehatan Lapangan (BTKL) Banjar Baru, Kalimantan Selatan dan Balai Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) Palangka Raya.
"Dari hasil pemeriksaan di BTKL Banjar Baru dan BPOM di Palangka Raya, yang kami dapatkan sementara dari semua sampel positif mengandung bakteri Salmonella dan untuk telur sambal merah positif bakteri Kokus," kata Sekretaris Dinas Kesehatan Kapuas Raison saat didampangi Dirut RSUD dr H Soemarno Sostroatmodjo Kuala Kapuas Agus Waluyo kepada sejumlah awak media saat menggelar pers rilis di aula RSUD setempat, Selasa.
"Jadi itu salah satu penyebab mengapa pasien-pasien menderita keracunan tersebut dengan gejala-gejala seperti mual-mual, buang air besar (BAB), pusing dan disertai dengan demam," tambah Raison.
Proses timbulnya bakteri Salmonella ini, katanya, lantaran kemungkinan proses pembuatan/penyimpanan masakan dan lain sebagainya, dikarenakan proses pengolahan dan penyajiaannya kurang higenis. "Karena itu kami sangat berharap proses hal-hal seperti ini tentunya ada konfirmasi terlebih dahulu dengan kami untuk mengantisipasi hal seperti ini," tandasnya.
Baca juga: Ini yang dilakukan Polda Kalteng terkait kasus keracunan massal di Kapuas
Baca juga: Sebagian korban keracunan massal di Kapuas diperbolehkan pulang
Sementara itu, Dirut RSUD Kapuas dr Agus Waluyo menambahkan, hari ini sudah memasuki hari kelima kejadian luar biasa (KLB) tepatnya pada pukul 09.00 WIB, bahwa jumlah kunjungan korban akibat keracunan makanan ini berjumlah 308.
"Namun setelah kita cek secara cermat, ternyata ada yang sudah pulang. Jadi jumlah pasiennya total 291, kenapa ada perbedaan ini?, ada selisih 17, ternyata yang 17 ini sudah dipulangkan karena masih ada gejala-gejala yang sebenarnya gejala itu sudah tidak mengkhawatirkan lagi dan bisa dirawat jalan, cuma karena ada kekahwatiran akhirnya pasien ada yang kembali lagi," kata Agus.
"Jadi jumlahnya saat itu ada 308, jumlah hasilnya sendiri adalah 291 sampai jam 09.00 WIB tadi. Sedangkan pasien yang masih dirawat berjumlah 11 pasien terdiri dari 4 pasien anak-anak dan 7 pasien orang dewasa," terangnya.
Dari 7 pasien itu, lanjut Agus, masih ada satu pasien yang masih dalam perawatan di ICU atau perawatan intensif yang sebelumnya dua orang tinggal satu orang.
Tetapi kondisi pasien tersebut saat ini sudah cukup membaik dan sudah bisa berkomunikasi serta kesehatannya mulai membaik, hanya saja perlu perawatan secara intensif, "Mudah-mudahan hari ini bisa dirawat di ruangan yang biasa," demikian dr Agus Waluyo.
Baca juga: Korban keracunan massal di Kapuas bertambah jadi ratusan orang
Baca juga: Bupati, dandim, kapolsek dan warga diduga keracunan makanan usai berbuka puasa di Kapuas
Baca juga: Polisi bentuk tim terkait keracunan massal di Kapuas
Hal ini setelah pihaknya mengambil sampel makanan yang menjadi sumber keracunan diantaranya nasi, kurma, telur, sambal merah dan kue roti gepeng saat di uji lab ke Balai Teknik Kesehatan Lapangan (BTKL) Banjar Baru, Kalimantan Selatan dan Balai Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) Palangka Raya.
"Dari hasil pemeriksaan di BTKL Banjar Baru dan BPOM di Palangka Raya, yang kami dapatkan sementara dari semua sampel positif mengandung bakteri Salmonella dan untuk telur sambal merah positif bakteri Kokus," kata Sekretaris Dinas Kesehatan Kapuas Raison saat didampangi Dirut RSUD dr H Soemarno Sostroatmodjo Kuala Kapuas Agus Waluyo kepada sejumlah awak media saat menggelar pers rilis di aula RSUD setempat, Selasa.
"Jadi itu salah satu penyebab mengapa pasien-pasien menderita keracunan tersebut dengan gejala-gejala seperti mual-mual, buang air besar (BAB), pusing dan disertai dengan demam," tambah Raison.
Proses timbulnya bakteri Salmonella ini, katanya, lantaran kemungkinan proses pembuatan/penyimpanan masakan dan lain sebagainya, dikarenakan proses pengolahan dan penyajiaannya kurang higenis. "Karena itu kami sangat berharap proses hal-hal seperti ini tentunya ada konfirmasi terlebih dahulu dengan kami untuk mengantisipasi hal seperti ini," tandasnya.
Baca juga: Ini yang dilakukan Polda Kalteng terkait kasus keracunan massal di Kapuas
Baca juga: Sebagian korban keracunan massal di Kapuas diperbolehkan pulang
Sementara itu, Dirut RSUD Kapuas dr Agus Waluyo menambahkan, hari ini sudah memasuki hari kelima kejadian luar biasa (KLB) tepatnya pada pukul 09.00 WIB, bahwa jumlah kunjungan korban akibat keracunan makanan ini berjumlah 308.
"Namun setelah kita cek secara cermat, ternyata ada yang sudah pulang. Jadi jumlah pasiennya total 291, kenapa ada perbedaan ini?, ada selisih 17, ternyata yang 17 ini sudah dipulangkan karena masih ada gejala-gejala yang sebenarnya gejala itu sudah tidak mengkhawatirkan lagi dan bisa dirawat jalan, cuma karena ada kekahwatiran akhirnya pasien ada yang kembali lagi," kata Agus.
"Jadi jumlahnya saat itu ada 308, jumlah hasilnya sendiri adalah 291 sampai jam 09.00 WIB tadi. Sedangkan pasien yang masih dirawat berjumlah 11 pasien terdiri dari 4 pasien anak-anak dan 7 pasien orang dewasa," terangnya.
Dari 7 pasien itu, lanjut Agus, masih ada satu pasien yang masih dalam perawatan di ICU atau perawatan intensif yang sebelumnya dua orang tinggal satu orang.
Tetapi kondisi pasien tersebut saat ini sudah cukup membaik dan sudah bisa berkomunikasi serta kesehatannya mulai membaik, hanya saja perlu perawatan secara intensif, "Mudah-mudahan hari ini bisa dirawat di ruangan yang biasa," demikian dr Agus Waluyo.
Baca juga: Korban keracunan massal di Kapuas bertambah jadi ratusan orang
Baca juga: Bupati, dandim, kapolsek dan warga diduga keracunan makanan usai berbuka puasa di Kapuas
Baca juga: Polisi bentuk tim terkait keracunan massal di Kapuas